“Fay, ayo nyari kayu bakar” Panggil Fito “Mmm, Fayra nyari kayu bakar sama gue” Ucap Kak Dimas tiba-tiba. Maksudnya, aku akan mencari kayu bakar bersama dia? Oh, sudah pasti ini akan menjadi kegiatan yang paling menyenangkan. “Nggak apa-apa kan?” “Oke, nggak masalah”
Sekitar setengah jam, kami memutari pinggir hutan, untuk mencari ranting kayu bakar. 2 ikat nampaknya sudah cukup, kami pun kembali ke perkumpulan. Selama perjalanan, dia banyak berbicara denganku. Tak menyangka, jika Kak Dimas akan sehumble ini denganku. Baik, lucu, keren, dan manis, dia termasuk dalam tipe pilihanku. Aku bukanlah perempuan yang mudah menyukai seorang pria, Kak Dimas, Kak Eki, Kak Ferdin, Kak Utap, dan Kak Rendy, mereka semua tipe idealku, tidak ada yang lain, titik.
Kami diberi waktu untuk beristirahat di tenda masing-masing. Namun, ada juga dari mereka yang masih keluyuran tenda untuk berfoto-foto. Lebih baik, aku ganti baju, dan mempoles wajahku agar terlihat segar dan cantik kembali. Lalu menyantap makanan, dan merebahkan diri sejenak.
Sayangnya waktu berlalu begitu cepat, waktu malam sudah tiba. Aku kembali berkumpul bersama panitia. Dan spirit untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya.
Waktu yang paling ditunggu, penampilan api unggun. Perwakilan kelas maju dan unjuk kehebatan kelasnya masing-masing. Kelas ku 11 IPS 2, menunjuk Harif sebagai gitaris, Dara dan Salsa bernyanyi, sisanya Amel, Alifa, dan Lulu mengiringinya dengan berjoget dan menari bersama.
Dimulai dari kelas 12 IPS 1, Kak Dimas membawakan gitar sembari bernyanyi, diiringi seorang perempuan yang ikut mengiringinya, Kak Aira. Ditambah lagi Kak Utap dan Kak Rendy yang entah berjoget tidak jelas dibelakang sana. Dan beberapa part ditengah lagu, seluruh kelasnya ikut meramaikan dengan mengikuti alunan lagu.
“Panitia, tambahan durasi ya? Satu lagu lagi” Ucap Kak Dimas setelah lagunya selesai. Semua menoleh kearah ku, mau tidak mau aku mengangguk.
Malam semakin dingin, aku mendekatkan diri ke perapian. Sayangnya, ada yang jauh lebih menghangatkan dari sebuah api unggun. Suara Kak Dimas, begitu tenang ketika masuk ke telingaku. I Still Love you, dia membawakannya penuh dengan penghayatan. Andai saja, aku bisa berdiri disebelahnya, berduet, dan membuat semua orang iri.
Tinggal tersisa beberapa kelas lagi yang belum tampil. Aku dan beberapa panitia telah melakukan evaluasi kegiatan hari ini, senangnya semua berjalan dengan baik. Malam semakin dingin, malas sekali rasanya untuk beranjak ke tenda untuk mengambil jaket.
“Ngapa, dingin lo” Sahut Hilal yang sedari tadi menemaniku, ia ingin melepas jaket dan memberikannya kepadaku “Nggak usah sok jadi pahlawan gitu deh, segala buka jaket. Pikirin diri lo sendiri” “Peduli salah, nggak peduli salah” “Nih, pakai jaket gue” Kak Dimas datang menghampiriku, kalau yang ini aku tidak bisa menolak. “Nanti Kakak pakai apa?” “Gue nggak ngerasa dingin kok” “Thanks” “Ikut gue yuk?” “Hah kemana?” Kak Dimas mengajakku ke suatu tempat. Mengajakku bergabung bersama genknya di belakang tenda.
“Aku balik lagi deh Kak, nggak enak kalau harus gabung” “Nggak apa-apa Fay, sini” Sahut Kak Ferdin. “Kita mau ngapain sih?” Tanyaku sedikit berbisik kepada Kak Dimas yang masih berada disamping ku. “Ayo duduk” Ajaknya.
Malam semakin dingin, aku mengeratkan jaket yang sedang kukenakan. Mereka memandangku sembari memberi kode, hah apasih, aku benar-benar seperti orang bodoh di tengah-tengah mereka.
“Kamu udah buka ig belum?” Tanya Kak Dimas. “Ada apa emang?” “Coba buka menfess sekolah kita” Aku menyalakan data ponselku. Kubuka akun menfess yang dimaksud oleh Kak Dimas. Tapi tunggu, mengapa banyak sekali notif yang menyebut namaku di instagram “Hah, kok” Aku terkejut bukan kepalang. Banyak sekali yang menyebut namaku di menfess, mulai dari ‘Untung Ketupelnya Fayra, gue jadi betah deh berlama-lama di hutan’ ‘Tadi capek dan ngantuk banget, pas liat senyum Fayra jadi seger lagi gue” Sekiranya itu yang baru kubaca. Aku memerhatikan mereka semua, tersenyum dan menertawaiku.
“Fans lo banyak juga” Ujar Kak Randy. “Paling orang iseng doang” Jawabku “Bukan orang iseng, tapi orangnya cupu, nggak berani ngomong langsung” Sahut Kak Dimas. “Jangan ngomong doang dong, buktiin” Kak Utap ikut angkat bicara. Tanpa bicara lagi, mereka tiba-tiba pergi meninggalkan kami berdua. Perasaanku semakin tak karuan, ada apa sih ini!?
“Fay” “Iya Kak, ada apa sih ini. Kenapa kita nggak gabung sama yang lain?” Dia hanya tertawa, kenapa? Memangnya ada yang lucu? “Satu bulan yang lalu, blezer OSIS kamu ilang kan?” Aku mengangguk. “Terus kamu panik, dan tiba-tiba blezer itu udah ada di loker” “Kok tau?” “Blezer kamu dibawa sama agit, dipake dan dibuat semena-mena sama mereka. Aku liat kamu panik nyariin, aku ambil dari mereka, terus aku taro di loker kamu. Terus, soal air minum—” “Kakak juga?” “Iya” “Berarti, Kakak liat isi loker aku dong!?” “Sorry, nggak sengaja baca. Soal Eki kan?” Benar saja dugaanku. Kacau sudah semuanya. “Kak!” “Jujur aku nggak sengaja baca Fay, kan kamu tempelin di dinding loker” “Tapi itu dulu, sekarang aku udah nggak ada rasa apa-apa sama dia. Please jangan ngomong soal itu ke Kak Eki ya?” “Iya, buat apa aku ngomong sama dia. Kan Eki udah sama Indah” “Bagus deh”
“Kalo aku suka sama kamu gimana?” Ucap Kak Dimas. “Mana mungkin” “Serius” “Masa?” “Aku belum pernah deketin cewek, kamu bisa tanya sama Ferdin. Ya selama ini, aku emang deket dengan mereka. Tapi nggak ada satupun yang spesial, dan cuma kamu yang bikin aku berani buat deketin” “Banyak nyamuk deh disini” Ucapku karena bingung harus berkata apa lagi. “Mungkin kamu belum bisa terima, yang penting kamu tau dulu, aku akan buktiin” “Yang Kakak liat dari aku apa sih?” “Nggak ada kok. Kamu cuma seorang gadis lucu, yang suka berkoar-koar pas lagi ada event. Menurut aku, kamu kalo lagi marah itu malah lucu. Mukanya merah, tatapannya serius, tapi aku bikin ketawa” “Berarti, aku nggak bisa tegas ya” “Ya engga gitu. Mungkin, aku emang nggak bisa se-keren Eki yang jadi Ketua Futsal idola kamu—” “Aku pernah kok liat kamu main futsal, bola sepak itu ditendang, bukan ditangkep” “Ya itu dia, kocak ya” “Tapi, kayaknya sekarang aku sukanya sama pemain gitar yang suaranya bagus deh kayak siapa ya itu?” “Waduh tadi banyak yang main gitar” Aku beranjak dari tempat duduk itu. Berjalan sedikit, dan membelakanginya. “Kamu beneran mau buktiin kan?” Tanya ku. “Iya, aku pasti akan buktiin” “Oke, udah malam aku harus balik ke tenda” “Siap-siap jatuh cinta sama aku ya Fay” “Kita liat aja”
kembali ke tenda. Tapi belum, aku harus mampir ke tenda sahabatku untuk menceritakan kejadian ini. “Apa!?” Teriak Amel. Selebihnya diam sembari menatap ku aneh. “Kok diem sih, gue kan lagi cerita” “Fay, dari awal kita kan udah sama-sama idolain genk mereka. Dan udah pernah janji kalau salah satu dari mereka ada yang suka sama kita, ya harus Terima, karena kan kita udah tau bibit bobotnya. Sana balik lagi, gue nggak mau lo nyesel” Salsa memintaku untuk kembali lagi kepadanya, gila ini sudah malam. “Cepet woi, malah bengong lagi!” Amel menyadarkan lamunan ku. “Gue ambil nih Dimasnya!?” Sahut Ririn. “Sekarang banget?”
Aku memutuskan untuk kembali ke tempat tadi. Ternyata ia masih ada disana. “Kenapa Fay, ada yang ketinggalan?” “Iya ada yang ketinggalan” “Apa? Dimana?” Aku melangkah kearahnya. Merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena tertiup angin. “Hati aku” “Maksudnya?” “Iya, hati aku ketinggalan disini. Udah nyantol, nggak bisa lepas kayaknya” Dia tersenyum dan tertawa mendengar ucapanku. “Tandanya?” “Aku berubah pikiran. Nggak butuh waktu lama untuk jatuh cinta sama kamu. Nggak ada lagi hal yang perlu dibuktikan. Seharian bersama kamu disini, udah cukup” Dia teriak begitu kencang, membuatku kaget saja.
“Makasih ya” “Nggak perlu” “Tadi aku bikin ini, pakai ya” Dia meletakkan ranting kayu yang sudah dipuntal menjadi bando, dihiasi bunga, dan diletakkan diatas kepalaku “Cantik banget bandonya” Ucap ku ketika melihat buatannya. “Iya, sesuai sama yang pakai. Ekhem, Fay, kamu mau kan jadi pacar aku?” Hatiku terdengar sudah tak karuan, rasanya ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Ini dia pertanyaan yang sudah kutunggu-tunggu.
“Iya, aku mau!” Aku sedikit berteriak, untuk meluapkan kesenanganku hari ini. Dia memelukku, membuatku semakin nyaman berada dalam dekapannya. Hari yang benar-benar tak terduga. Bayangan akan hari yang melelahkan itu, justru berbalik menjadi hari yang paling bahagia dalam hidupku. Dia benar-benar membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Walau pertemuan kami singkat, tapi entah, ada suatu hal di dalam hati ini yang membuatku merasa yakin kalau aku memang mencintainya.
Cerpen Karangan: Cut Riidha Blog / Facebook: cutriidha
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com