Matahari bersinar cerah di pagi hari. Seorang gadis baru bangun dari tidurnya. Semaleman dia gak bisa tidur mengingat di pagi hari dia akan menjadi murid pindahan di sekolah barunya. Ia adalah Luna Nadifah, umur 12 tahun berasal dari Indonesia yang tinggal di luar negeri karena pekerjaan ayahnya. Dia pun akhirnya bangkit dari kasurnya untuk bersiap-siap.
“Apakah hari ini aku akan melakukannya dengan baik? Apa aku bisa mempunyai teman-teman yang baru? Apakah mereka akan menerima aku apa adanya?” pertanyaan kekhawatiran seperti itu bermunculan terus dari beberapa hari sebelum ia pindah.
Setelah membersihkan diri dan sarapan dengan kakaknya yang juga akan pindah bersama dia, akhirnya Luna keluar untuk memulai halaman yang baru. Saat di jalan menuju sekolah, ia terus membuat skenario-skenario yang membuatnya tambah khawatir. Karena membayangkan segala itu dia sampai gak sadar udah sampai sekolahnya.
“Luna ayo kita udah sampai.” Ujar kakaknya. Saat mereka menuju ke gerbang sekolahnya, Luna bisa meliat banyak orang berkumpul di lapangan. Ternyata mereka sedang apel pagi. Pada akhirnya dia berpisah dengan kakaknya karena dia lebih muda 2 tahun dari kakaknya, ya tentu saja mereka beda kelas.
Lalu ada guru yang menghampiri dia, “De murid baru ya? Kelas berapa?” guru tersebut bertanya dengan senyuman yang manis karena sepertinya ia baru melihat anak pindahan dari luar negeri. “Saya kelas 6 bu.” Lalu gurunya menunjukan barisan tempat ia harus bergabung. Dengan keraguan Luna pun mulai berjalan menuju barisannya.
Setelah bergabung, orang di depannya menoleh ke belakang. Orang tersebut terkejut karena ada murid baru yang sepertinya berbeda dengan yang lain. Dia pun langsung bisik-bisik ke temannya bahwa ada murid baru. Gak lama setelah itu semua orang mulai menoleh kearah Luna dan juga mulai berbisik-bisik.
Setelah apel pagi selesai, semua murid mulai berjalan ke kelas masing-masing. Luna bingung kelas dia dimana. Karena hal itu dia mengikuti orang yang di depan dia tadi sampai dia akhirnya sampai ke kelasnya yang berada di lantai tiga. Saat dia masuk kelas, semua mata bertuju ke dia sampai dia duduk di bangku. Dia melihat ke sekitar dia, sepertinya semua orang memiliki teman sebangu, namun Luna tidak punya.
Bell sekolah berbunyi untuk memberi tau pelajaran sudah mau dimulai. Ternyata pelajaran pertama cuma untuk sapaan wali kelas dan absen. Gurunya pun masuk dan langsung menyadari anak barunya sudah ada. “De kamu murid pindahan baru ya? Coba berdiri untuk memperkenalkan diri.” “Umm baik bu.” Dan nada yang gugup.
“Halo semuanya! Perkenalkan nama aku Luna Nadifah atau bisa dipanggil Luna. Semoga kita bisa berteman dan bantu satu sama lain.” Lalu dia duduk kembali. Setelah itu pun pelajaran mulai.
Saat beberpa jam kemudian akhirnya waktunya untuk istirahat. Luna menarik perhatian teman sekelasnya karena dia murid pindahan dari luar negeri sampai anak kelas sebelah datang ke depan kelas Luna untuk melihat dia. “Mungkin ini pertama kali ada anak baru dari luar negeri di sekolah mereka?” Pikir Luna.
Saat dia sedang bengong tiba tiba dari samping dia ada orang yang nyapa dia. “Hai anak baru, perkenalan dongg. Nama aku Prina. Kamu?” Prina mengulurkan tanya untuk berjabat tangan. Setelah sadar Luna pun jawab, “Oh aku Luna.” Lalu mereka berjabat tangan. “Aku boleh nanya gak? Kamu dari mana?” bertanya Prina. “Aku dari Indonesia. Aku lahir disana tapi udah lama tinggal disini.” “Oh begitu tohh. Lalu kenapa kamu pindah ke sekolah ini?” “Oh itu karena…” saat pertanyaan itu muncul ia ingat kembali kejadian di sekolah dulunya. Di sekolah itu ternyata dia dibully sama sekelompok anak dari kelas lainnya. Karena dia pun saat itu berbeda dengan yang lainnya, makanya itu alesan mereka membuat perbuatan itu kepada Luna. Dia pindah ke sekolah baru agar bisa memulai halaman baru, dimana dia berharap gak diperlakuin seperti sebelumnya. Makanya dari beberapa hari yang lalu dia sangat khawatir akan terjadi hal seperti itu lagi.
“…itu karena ayah aku pindah kerja ke kota ini jadi aku harus pindah hehe.” Dia berbohong karena dia khawatir Prina akan berpikir dia lemah. Dan dia juga ingin melupakan masa lalu itu. “Oalah begitu tuhh. Haha anak-anak yang lain pada penasaran tapi mereka malu untuk bertanya. Oiya kalau kamu butuh bantuan, tanya aja ke aku yaa.” Lalu Prina pergi ke bangku dia dengan memberikan senyuman yang ramah. Hal itu membuat Luna senyum kembali. “Mungkin aku bisa mulai kehidupan yang baru.” Senyuman kelegaan bersinar di mukanya.
Gak lama setelah itu, teman-teman sekelasnya menghampiri dia, sampai anak-anak dari kelas sebelah pun ikutan. Semua orang mengerumuninya. Biasa orang-orang saat dikerumunin gak suka tapi beda untuk Luna, dia malah sangat senang karena dikelilingi oleh orang yang terlihat ramah, ya walaupun ini hari pertama dia tapi dia makin percaya dia akan betah di sekolah tersebut.
Beberapa minggu kemudian Luna terlihat dia sudah menyesuaikan diri dia di sekolah itu. Dan dia juga sudah memiliki banyak teman yang sangat menyayanginya. Kini masa lalu dia mulai memudar. Gak ada yang ketahui tentang masa lalu Luna. Tentu saja gak ada yang perlu mengetahuinya, karena itu masa lalu yang harus terlupakan seiring jalannya waktu.
Cerpen Karangan: Naurah Lavinia