“Teng-teng-teng!” Demikian bunyi lonceng tersebut mengakhiri pelajaran di sekolah itu. “Kakak bagaimana jika kita membeli es krim?, cuaca hari ini sangat panas, boleh ya?” ucapnya memohon. Kakak laki-lakinya lalu mengiyakannya dan menghampiri sebuah toko es krim. Adiknya sendiri sedang sibuk memilih rasa dan topping untuk es krimnya. “Kakak, kakak” ucap adik mencoba memanggil kakaknya yang terdiam sejenak. Diriku lalu mencoba memanggilnya kembali sambil mengambil cone ice cream, “kak apa yang kau pikirkan?”. “Tidak, mari kita pulang!” Ajak kakak membayar es krim tersebut.
Kami lalu berjalan meninggalkan toko dan melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Sampai di rumah kakak langsung berjalan masuk ke kamar tanpa sepatah kata apapun. “Ada apa dengan kakak, apa dia marah karena aku memintanya membelikan es krim tadi?” tanyaku kepada diri sendiri. Aku lalu menutup pintu dan segera ke kamar.
Oh iya, di rumah ini aku tinggal bareng 2 kakak nih, kakak perempuanku dan kakak laki-laki itu. Kakak perempuan terkadang jarang sekali tidur di rumah, itu karena dirinya selalu diberikan tugas di daerah lain.
Di kamar aku masih dipenuhi pertanyaan tadi, kakak bukan orang yang seperti itu dan kurasa ini pertama kalinya. “Sudahlah lupakan, aku masih punya tugas sekolah”.
Malam pun tiba dan kakak memasak di dapur, sedangkan aku baru selesai mandi dengan piyama yang rapi. “Wah kakak, apa yang kamu masak?” tanyaku mencoba mendekati kakak yang tidak menunjukkan sedikitpun senyuman. “Ada deh” balas kakak singkat dan melanjutkan menggoreng udang yang sudah dilumuri tepung.
Selesai memasak kakak lalu menyajikan makanan yang sudah dibuatnya di meja makan. Aku mencoba merapikan ruang keluarga yang sudah penuh dengan debu. Aku mulai merindukan suasana ini, tempat dimana papa, mama, aku dan kakak-kakakku berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Aku lalu melihat bingkai foto yang terpajang di tengah-tengah dinding.
Dari dapur terdengar suara bahwa kakak memanggil diriku, “adik cepat makan!.” Cepat-cepat aku lalu berlari ke arah suara memanggil. Aku dan kakak laki-lakiku lalu menyantap makanan yang ada di atas meja. “Burp…” suaraku bersendawa, “sepertinya aku sangat kenyang. Makanan hari ini sangat enak dari biasanya” ucapku mencoba memberikan pujian kepada kakak laki-laki yang masih tidak memberikan sedikitpun senyuman.
Aku lalu berjalan meninggalkan dapur dengan hentakan kaki yang keras menunjukkan bahwa diriku sedang kesal. Kakaknya lalu mulai menolehkan kepala melihat tingkah adiknya itu. Sebenarnya dirinya ingin mencoba menanyakannya tapi ia mengurungkan niatnya tersebut.
Hari pun berlalu dengan cepat, yap hari ini hari minggu. “Hippie!, akhirnya sudah selesai misa” sorakku berlari masuk ke rumah.
Kebetulan kakak lagi buat kerajinan melipat, aku hampiri dulu ah. “Kakak!” panggilnya dan kakaknya hanya mengiyakannya. Adiknya mencoba memanggilnya kembali, kali ini kakaknya sama sekali tidak menjawabnya. Sudahlah, aku lalu berjalan meninggalkannya.
Besoknya aku ke sekolah dan saat pulang aku malah kehujanan, kakak lalu datang ke sekolah membawakan payung untukku. “Makasih” ucapku terharu, ternyata dia peduli juga ya. Sampai di rumah aku mengajukan banyak sekali pertanyaan, tapi ia malah menyuruhku untuk meminum sup yang ia buat.
Beberapa saat kemudian, kakak perempuan datang tiba-tiba. Ia menghampiri kami, kakak laki-laki lalu membantunya untuk menaruh kopernya. Dan segera memberikan semangkuk sup yang sama denganku. “Terima kasih banyak, kau banyak berubah ya” ejeknya sembari menepuk bahunya.
Hari-hari yang sama dilalui, dan hari ini tepatnya 22 Desember adalah hari ibu. Kakak laki-laki membuat muffin yang selalu ia buat setiap tahunnya. Kakak perempuan membuat makanan kesukaan mama yaitu pangsit. Dan aku membuat gambaran yang terdiri kami, mama dan papa.
“Mari kita makan dulu, mari duduk di kursi ini!” ajak kakak perempuan Pertama kami semua mempersembahkan doa untuk mama agar ia selalu tenang di sisi Tuhan. Ternyata nenek dan kakek serta bibi dan 1 anaknya datang ke rumah tanpa diundang. “Kalian ada kabar apa datang kemari?” tanya kakak laki-laki kaget. Nenek lalu menjawab, “kami hanya ingin melihat kabar cucu-cucu nenek, ternyata kalian sudah sangat dewasa.”
Kami lalu mengajak nenek, kakek dan bibi serta anaknya untuk makan bersama. Syukur kakak perempuan membuat banyak makanan jadi akan cukup untuk kami semua. Kakek memuji muffin yang dibuat kakak laki-laki, “wah muffin ini sangat empuk.” Kami makan-makan bersama sampai kenyang.
Tidak ada mama-papa hidupku tetap sempurna, aku punya banyak memori dengan mereka. Bersyukur punya saudara seperti mereka, itu sudah cukup bagiku. Dan untuk kamu, jagalah mereka keluargamu.
Selesai
Cerpen Karangan: Angel Laurent
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com