Namaku ibrahim fasya atau biasa dipanggil aim. Aku sekarang sedang berkuliah di salah satu universitas ternama di pulau sumatera. Sedikit aku membagikan kisahku yang abstrak dan abu-abu. Ayahku seorang dokter di ujung pulau sumatera dan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Aku sudah tinggal dengan kakek nenekku mulai dari kecil. Hidupku awalnya sangatlah menyenangkan hingga masa sulit itu muncul.
Aku harus kehilangan ayahku saat duduk di bangku smp dan harus kehilangan salah satu orang yang paling kusayangi yaitu kakekku sejak SD dikarenakan penyakit kanker yang menggerogotinya. Aku harus menguburkan ayahku di saat 3 hari sebelum lebaran berlangsung. Sedih, marah, kecewa, bahkan depresi menghantuiku. Bahkan ingin rasanya aku hilang dari bumi ini menelanku hidup-hidup dan ikut bersama ayahku.
Pesan terakhir yang kuingat adalah semoga kalian bisa hidup dengan bahagia ya ini sertifikat rumah dan simpanan papa. Duniaku, matahariku, bahkan ragaku hilang seketika melihat ayahku terbujur kaku di atas tempat tidur. Maafkan aku pa tidak bisa membahagiakanmu bahkan hingga akhir hayatmu, maafkan aku yang belum bisa menjadi kebanggaanmu.
Aku harus melewati ujian nasional tanpa sosok ayah. Julukan anak yatim tersemat di diriku. Tuhan mengapa ini harus terjadi padaku. Mengapa ini harus terjadi kepadaku sesosok anak lugu yang bahkan harus bertemu ayahnya setahun sekali atau dua kali. Sebelum cita-cita ayahku menjadi dokter speasialis tercapai. Bahkan sebelum cita-citanya meraih S2.
Hidup memang menyedihkan tatkala semua belum berakhir cobaan silih berganti datang terus menerus. Sebelumnya aku harus ditinggal oleh seorang kecintaanku yaitu kakekku. Tapi aku yakin Tuhan lbih sayang kepada mereka, Masih banyak yang belum kuucapkan kepadamu pa. Tak ada yang seindah matamu hanya rembulan, Tak ada yang selembut sikapmu Hanya lautan tak tergantikan, Walau kita Tak lagi saling menyapa dan bertegur sapa kuharap kau tenang berada di surga jannatun naim.
Pa maafkan anakmu belum bisa menjadi sepertimu tapi sekarang aku berada di universitas yang sama denganmu. Berada di rumpun kesehatan hanya saja berbeda. Mungkin aku hanya mencari pembenaran tapi maaf aku belum bisa sepertimu.
Aku berharap engkau bahagia dan tertawa melihatku. oh iya pa aku juga dapat beasiswa bisa membantu mama tidak membayar uang kuliah. Berkat kerja kerasmu aku bisa menikmati hidup dengan bahagia sekarang pa. Masih banyak yang ingin kuceritakan pa izinkan aku melihat wajahmu sehari saja bermimpi bernostalgia mengenang kebersamaan kita.
Untuk teman-teman kehilangan orang tersayang ayo bergandengan lepaskan beban jangan menyalahkan diri sendiri karena hidup telah diatur yang maha kuasa mari berdoa untuk orang yang kita sayangi dan cintai. Untuk kalian sayangilah orang yang kalian cintai rawat mereka dan peluklah sekarang.
Terinspirasi dari kisah nyata.
Cerpen Karangan: Muhammad Fikri Perkenalkan nama saya muhammad fikri kegiatan saya sekarang ini berkuliah di universitas sumatera utara fakultas kesehatan masyarakat. Saya ingin menulis dan berbagi kisah lewat cerpen saya sehingga dapat menginspirasi teman-teman dan membuat masalah dalam hidup berkurang. Mental health adalah ancaman yang nyata di era globalisasi ini semoga lewat tulisan ini permasalah anxiety disorder, bipolar disorder dll dapat kita atasi bersama dan cita-cita saya mendirikian don’t suicide yaitu tempat orang berkeluh kesah dapat terwujud.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 14 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com