2 hari lagi adalah hari ulang tahunku. Yap! Betul. Besok lusa adalah hari Rabu, tanggal 11 Maret 2020. Hari itu adalah hari ulang tahunku yang kesebelas. Ayah dan ibuku berniat untuk menyelenggarakan sebuah pesta ulang tahun untukku. Kak Ezra sedang meneruskan pendidikannya di Singapura, jadi dia tidak sempat datang ke pestaku, namun ikut merayakannya lewat video call melalui gadget yang ia miliki.
Kami serumah memiliki tugas masing-masing. Ayah sedang memesan dekorasi pesta dan tempat dimana pesta ulang tahun itu diselenggarakan. Ibuku memesan kue tart untukku dan beberapa cemilan dengan bantuan mbak Maya yang merupakan ART (asisten rumah tangga) di rumah. Sedangkan aku, menulis beberapa surat undangan untuk dibagikan ke saudara, teman-teman, sekaligus tetangga.
Ulang tahunku akan datang 1 hari lagi. Hatiku sudah berdebar-debar. Tidak sabar untuk merayakan pesta ulang tahunku. Selasa ini, kujalani dengan semangat yang penuh. Hampir semua orang melihatku dengan penuh semangat sempat geleng-geleng kepala. Tapi, itu memang kebiasaanku kok! Jika sesuatu yang menggembirakan akan datang di waktu yang dekat, aku akan menjadi semangat. Oh ya, aku lupa untuk memperkenalkan diri. Perkenalkan! Namaku Adalah Saraswati. Aku dapat dipanggil dengan panggilan Saras agar lebih mudah.
Besoknya, aku diminta oleh ibuku untuk membagikan semua surat undangan pesta kepada orang yang telah dituju. Teman-teman sekolahku, tetangga, saudara, dan bahkan wali kelasku. Aku suka pesta yang ramai dan meriah, maka dari itu ibuku mengajak banyak orang.
Setelah beberapa jam aku membagikan surat-surat undangan kepada orang-orang, aku pun pulang kembali ke rumah. Tiba-tiba, aku tak sengaja mendengar ibuku sedang berbicara dengan mbak Maya. “Buk, saya boleh ajak kakak saya ke ulang tahunnya kak Saras? Kasian, dia di rumah gak ada yang nemenin.” Izin mbak Maya ke ibuku Hmm? Mbak Maya mau ngajak kakaknya ke pestaku? Aku sama sekali nggak tahu kalau mbak Maya punya saudara kandung “Gak apa apa kok mbak, ajak aja kesini.” Ucap ibuku. Aku sebenarnya sedikit terganggu jika seseorang yang asing bagiku mengikuti pesta ulang tahunku. Namun aku berusaha positif, karena orang itu adalah kakak kandung dari ART rumahku. Jadi aku akan berusaha untuk akrab dengannya, siapa tahu, orangnya asik untuk diajak bicara.
Hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Akhirnya, ulang tahunku terlaksanakan di hari ini! Ayahku telah memesan tempat dimana pestaku akan digelar, yaitu di sebuah halaman gedung yang dihias seperti pesta outdoor pada umumnya. Sebanyak 100 orang lebih diundang ke pesta ulang tahunku ini. Banyak penyelenggara acara sibuk mengatur dan memperhatikan kembali pesta yang mereka dirikan. Letak kue ulang tahunnya berada di posisi sebelah mana, berapa kursi yang harus disediakan, hidangan apa sudah disiapkan apa belum. Tetapi aku tahu mereka bekerja keras demi mendapatkan hasil yang terbaik! Aku sedang berada di dalam ruang rias, salah satu MUA (Make Up Artist) sedang menata rambutku. Aku meminta kakak itu untuk membuat rambutku menjadil model Soft Layer, agar sesuai dengan baju yang akan aku pakai nanti.
Ibuku sedang duduk-duduk di kursi sambil mengobrol dengan beberapa saudara. Sambil menunggu, aku memainkan handphoneku, dan membuka salah satu sosial media terkenal dunia. Saat melihat-lihat, aku menemukan sebuah postingan yang menjelaskan jika angka kasus Covid-19 bertambah tinggi. Tiba-tiba, entah mengapa aku merasa khawatir. Apakah pesta ulang tahunku ini akan mengundang Covid? Apakah semua yang ada disini akan terinfeksi oleh virus itu? Ah entahlah, aku tidak mau berpikir berlebihan. Aku sekarang harus bersenang-senang terlebih dahulu, karena hari ini merupakan hari ulang tahunku.
Sepertinya, pembawa acara telah menaiki panggung. Sesuai rencananya ayah, sebelum peniupan kue tart dimulai, akan terdapat beberapa lomba untuk mengisi waktu. Aku tidak tahu lomba seperti apa yang akan diumumkan, yang terpenting, aku senang jika pesta ulang tahunku berlangsung meriah.
“Tok tok tok” Tiba-tiba pintu ruang rias terbuka. Terdapat seorang pria bertubuh sedang dengan sedikit rambut di kepalanya. Dia memakai baju garis hitam putih, dan menutupinya dengan cardigan hitam polos. Orang itu menghampiri mbak Maya. “Maaf aku terlambat, tadi- uhuk uhukk. Di jalan agak macet.” Ujar orang itu sambil terbatuk-batuk.
Tidak salah lagi, orang itu adalah kakak kandung dari mbak Maya, ART rumahku. Aku masih belum tahu nama asli orang itu, dan anehnya lagi, entah mengapa aku merasa curiga dengan orang itu. Hatiku mengatakan jika kakak kandung dari mbak Maya akan membuat keadaan menjadi berantakan atau bisa disebut juga menjadi pengacau. Aduh kenapa sih aku berpikiran seperti itu. Orang itu kan kakak kandung dari mbak Maya, mengapa aku harus khawatir.
Aku mendengar dari percakapan ibuku dengan orang itu, dan ternyata nama beliau merupakan Muhammad Alif. Ia bisa dipanggil dengan sebutan mas Alif.
Kakiku melangkahkan dirinya ke atas panggung. Semua orang bertepuk tangan melihat kehadiranku. Seketika para hadirin mengeluarkan tepuk tangannya yang meriah. Kue Tart ulang tahunku sudah terpajang tepat di atas meja kayu yang berada di tengah-tengah panggung. Pembawa acara memberikanku sebuah microphone, dia membiarkanku untuk berbicara sebentar mengenai pesta ulang tahun kali ini.
Tes tes tes, “Selamat siang semuanya, nama saya Saraswati, hadirin semua dapat memanggil saya sebagai Saras untuk panggilannya.” “Pada tanggal 11 Maret 2020 kali ini, kalian semua diundang untuk mengunjungi pesta ulang tahun saya, yang dimana saya akan berulang tahun pada umur 11 tahun.” Banyak orang yang masih berbincang-bincang. Ada juga yang masih menggunakan gadgetnya untuk memfoto, menelepon seseorang, bahkan untuk bermain. “Saya sangat berterimakasih kepada hadirin sekalian telah menyempatkan diri untuk menghadiri pesta ulang tahun saya.”
Aku melanjutkan beberapa kalimat terakhir sebelum pemotongan kue. Dan di saat aku mengatakan beberapa ucapan terakhir untuk tamu-tamu undangan, aku melihat mas Alif sedang mendekati beberapa jamuan makanan yang telah disediakan di atas meja. Dia terlihat sedang bersin dan batuk-batuk, syukurlah dia memakai beberapa tisu. Tetapi… setelah aku cermati lebih jelas lagi, tisu yang telah dipakai mengapa ia letakkan di atas meja? Bukannya bekas bersin dan batuknya dapat mengotori meja makan? Aku melihat sekitaran dia dengan jelas lagi. Seketika aku pun terkejut. Beberapa tisu-tisu yang kotor telah bertebaran di atas meja. Astaga, aku tidak mengira mas Alif begitu jorok! Seharusnya, di sekitaran sana pasti terdapat sebuah tong sampah atau plastik sampah. Dengan adanya benda-benda itu, mas Alif dapat membuang sampah-sampahnya disana dengan mudah. Jika tidak, dia bisa menanyakannya kepada beberapa staff disana untuk membuangkan tisu-tisu yang telah ia pakai. Firasatku memang benar adanya. Mas Alif akan mengacaukan pesta ulang tahunku. Ah sudahlah. Mungkin saja perbuatan yang mas Alif lakukan tidak berpengaruh besar pada pesta ulang tahunku.
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com