Seperti hari-hari biasanya perang membara antara siang dan malam yang terjadi pada sore hari telah dimenangkan oleh malam. Malam merayakan kemenanganya dengan menaburkan jutaan bintang di angkasa. Hari ini, tempat tandus dan gersang telah dikuasai oleh malam. Malam adalah pemimpin yang dikenal diktator dan kejam. Semua makhluk di bawah kekuasaannya takut padanya, mereka memilih bersembunyi di sarang dari pada harus dijadikan tumbal kegelapan.
Makhluk itu berjalan melewati sunyinya malam, dia tidak takut pada kegelapan yang mungkin bisa melahapnya. Dia adalah Wanita paruh baya yang pulang dari pabrik tempat dia bekerja. Makhluk itu selalu ambil lembur alasannya sebentar lagi anak semata wayangnya akan memasuki jenjang pendidikan. Dia tidak mempedulikan malam seperti ketidakpeduliannya pada tubuh lemah miliknya yang dipaksa kerja tanpa henti. Langkah gontai, pegal, dan lapar menemaninya di perjalanan. Di ujung jalan kegelapan mulai memudar. Makhluk tanpa rasa takut itu berhenti di depan restoran yang sebentar lagi tutup.
“Masih ada sisa makanan?” tanya makhluk itu seperti pernyataan perang. Makhluk lemah itu ternyata kuat, dia berhasil menang dari peperangan, buktinya dia bisa mendapat jarahan sebungkus makanan yang sebentar lagi basi.
Akhirnya setelah perjalanan panjang makhluk yang luar biasa itu bisa sampai di depan istana megah miliknya. Gubuk reyot yang hampir roboh adalah istana yang paling indah di dunia ini. Untuk bisa tinggal di istana itu makhluk itu harus membayar sesaji pada dewa pemilik tanah, sesaji itu bisa disebut “bayar kontrakan”. Dia membuka pintu istana itu, di dalam pangeran kecil telah menunggu kepulanganya. Pangeran kecil yang sudah harus memikul beban masa depan itu berlari memeluk ratu yang sangat disayanginya, “Lihat ibu membawa ikan bakar kesukaanmu.” Makhluk itu memeluk dan menggendong pangeran kecilnya.
Makhluk itu bersama pangeran kecil lalu menyantap ikan bakar tadi. Berdua berdekapan melihat bintang di sela-sela genting yang bocor saat hujan “Kerajaan seharusnya pemimpin adalah raja, tetapi mengapa istana ini tidak ada raja, kenapa semua beban harus dipikul sendiri oleh ratu?” tanya pangeran di sela-sela saat dia mengunyah ikan bakar. Makhluk lemah itu menghela nafas dalam-dalam, “Pangeran ibu akan menceritakan kisah masa lalu ayahmu, yaitu si raja yang bijaksana.”
Makhluk itu lalu menceritakan bualan tentang raja di istana itu untuk menutupi fakta bahwa raja lebih memilih selir daripada permaisuri. Si pangeran polos hanya bisa bangga karena di cerita ratu ayahnya gugur dengan gagah berani saat memepertahankan istana megah milik keluarganya. Hati kecil milik si pangeran itu membara menyulut api di bola matanya sehingga terbakar berbinar-binar. Dia sudah memutuskan akan meneruskan perjuangan ayahnya dan menggantikan pengorbanan ibunya, tanpa tahu fakta yang sebenarnya.
Miris cerita kerajaan di atas bukan fiksi, itu memang terjadi. Bukan hanya satu kerajaan, banyak sekali kerajaan yang diselimuti kemunafikan. Sebagai kerajaan yang damai kita jangan menutup mata, tetapi harus membantu membangun perdamaian antar kerajaan. Mungkin jalan satu-satunya adalah mencabut akar ketamakan dari kekaisaran dengan persatuan kerjaan-kerajaan yang diselimuti kegelapan dan ambisi. Siang dan Malam pasti tegoyah hatinya melihat pengorbanan kita demi perdamaian, mereka akan menghentikan waktu untuk memberi senja yang sangat lama. Karena penderitaan akan berkurang bila kita menertawakannya bersama.
Cerpen Karangan: Imron Blog / Facebook: Imronis Perjelata
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com