Namanya Aisyah. Gadis remaja dengan keanggunannya. Aisyah hidup di sebuah desa yang dikelilingi oleh pesawahan. Dia lahir dari keluarga yang sederhana. Keterbatasan ekonomi tidak menutup aisyah untuk meraih mimpi setinggi angkasa. Dia sosok yang hampir jarang ditemui. Seperti capung, hanya ditemui di pedesaan atau di pegunungan. Aisyah sebuah capung yang akan naik ke angkasa untuk mewarnai dunia ini.
Cahaya Mentari mulai terlihat dengan keelokannya. Menembus atmosfer hingga kaca rumah sosok seorang gadis.
“Aisyah cepatlah bergegas, Matahari sudah mulai tinggi” kata kakanya “Iya kak, ini aisyah mau berangkat, Dah kakak” jawab Aisyah. “Hati-hati di perjalanan yah, ingat Capung angkasa” Ucap kakanya. “Siap kak Lia” ucap Aisyah dengan nada bersemangat.
Aisyah pergi dengan semangat yang membara. Setiap pagi kakaknya selalu berkata capung angkasa. Mereka mempunyai makna sendiri tentang ”Capung Angkasa”.
“Capung ini ibaratya kita aisyah” ucap kak lia saat mengobrol dengan Aisyah di kamarnya. “Kamu tahu Capung ini sudah jarang ditemui di pedesaan ini?” tanya kak Lia terhadap Aisyah. “Kenapa Kak lia?”jawab Aisyah. “Karena perkembangan teknologi maupun dunia aisyah, hanya beberapa capung yang masih ada.” Ucap kak lia.
“Kita ibarat capung aisyah, Sudah jarang ditemui” lanjutnya. “Lalu Angkasa itu ibarat mimpi kita aisyah, tinggi nan jauh diatas sana.” kak Lia melanjutkan “Maka kita harus menjadi Capung angkasa Aisyah seorang remaja dari desa yang mempunyai mimpi setinggi angkasa” menutup obrolannya dengan Aisyah
“TIIIIINGGGG…” Suara bel berbunyi. Masuklah semua murid ke dalam kelas. Sosok guru dengan aura positif masuk kedalam kelas. “Baik adek-adek kelas 12 karena sebentar lagi kita mau kelulusan sekarang coba kalian maju satu-satu memaparkan mimpi kalian” ucap Bu Guru memulai kelas. Lalu mulailah satu dari mereka memaparkan mimpinya. Hingga tiba giliran aisyah untuk memaparkan mimpinya. “Coba sekarang aisyah paparkan mimpi aisyah pada teman-teman” bu guru menyuruh aisyah. “Baik bu” Jawab aisyah.
“Mimpi saya ingin menjelajahi dunia, saya mempunyai prinsip “Capung Angkasa” ” lanjutnya. Temannya terkejut mendengar istilah Capung Angkasa karena istilah itu sangat asing di telinga mereka. Lalu aisyah memaparkan istilah Capung Angkasa seperti yang dijelaskan kakaknya.
Semua temannya terpana melihat penjelasan Aisyah. Semua mata di ruangan itu tertuju pada setiap kata yang diucapkan oleh aisyah. Lalu diakhir aisyah mengatakan “Setiap sudut dunia ini di isi oleh ruang-ruang mimpi setiap manusia”. “Dunia berwarna karena mimpi setiap orang” lanjutnya. “Jadi ayolah bermimpi untuk mewarnai dunia ini dengan mimpi yang kita punya” tutup aisyah.
“Ayooo kita menjadi Capung Angkasa” celetuk seorang anak dari pojok ruangan. “Ayooooo hidup Capung Angkasa, hidup kita semua” semua anak berteriak memenuhi ruangan kelas.
Bau menyengat tempe dan tahu goreng menggoda Aisyah. Kakaknya sedang menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Hingga semuanya berkumpul di satu meja makan.
“Buatan kakakmu ini aisyah memang ngga ada tandingannya” puji ayah terhadap kak Lia. “Jadi menurut ayah masakan ibu ndak enak toh” sindir ibu. “Yah ndak bu, masakan kak lia juga masakan ibu kan ibu toh yang ngajarin gadis-gadis kita ini” Rayu ayah terhadap ibu. Pipi ibu mulai memerah mendengar ucapan ayah.
“Gadis-gadisku yang cantik nan cerdas, Ayah bersyukur memiliki kalian. Karena bagi ayah kalian adalah satu-satunya harapan ayah” ucap ayah dengan nada sedih. “Kalian adalah harapan keluarga, bangsa dan agama. Kalian adalah penyemangat ayah dalam bekerja” Air mata ayah mulai menetes. Ibu mengambil tisu untuk ayah. Sambil mengusap air mata. “kalian harus jadi orang hebat, orang yang banyak memberi bukan banyak meminta” Sesenggukan ayah. “Ayah ndak sia-sia mendidik kalian, bekerja siang malam untuk menyolahkan kalian, agar kalian lebih baik dari ayah” semuanya meneteskan air mata. “Gapailah mimpi kalian, ayah akan selalu dukung apa yang kalian impikan” tutup ayah.
Suasana meja makan itu sangat mengharukan. Semua saling menyayangi dan mencintai. Makan malam yang sangat berkesan. Keluarga yang saling mengerti, mendukung, dan memahami. Semenjak kejadian di meja makan itu. Aisyah dan kak lia mulai sibuk menggapai mimpinya. Aisyah mulai fokus belajar untuk meraih beasiswa kuliah di luar negeri. Sedangkan tetehnya mulai fokus mengembangkan bisnisnya.
2 tahun kemudian. Suara pesawat terdengar dari seorang gadis. pesawat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. “Selamat tinggal temanku” ucap seorang teman. “Kau jaga diri baik-baik disana” lanjutnya. “Terima kasih aku akan jaga diri baik-baik disana” ucap seorang gadis .
Pesawat sudah mendarat tepat di bandara dengan dua sosok orang yang saling melepas kenangan. Masuklah gadis itu ke dalam pesawat. Lalu “Selamat jalan aisyah kau akan semakin meraih mimpimu untuk menjelajahi dunia”. Lambainya sambil berteriak keras. Mereka berdua saling melambaikan tangan. Dunia sangat senang melihat mereka. Impian membuat mereka semakin semangat menjalani hidup.
London, Kota dengan banyak keindahan bangunannya telah terlihat oleh mata seorang gadis pemimpi. Dia sampai di tempat tunggu. Matanya mulai mencari sosok cahaya hidupnya. Hingga terdengar suara “Aisyaah” Ucap sosok yang sangatdikenalnya. Aisyah menoleh kearah suara itu. Terlihat senyum yang merekah darinya. Aisyah langsung berlari menujunya. Berpeluklah mereka saling melepas rindu. Air mata haru menetes membasahi lantai.
“Kau berhasil aisyah” ucap kak lia dengan nada lirih. “Aku bangga padamu, Capung Angkasa” Lanjutnya dengan nada bangga. “Semua atas izin tuhan, kakak yang mengajarkanku untuk menggapai mimpi maka tuhan akan mewujudkannya” Kata Aisyah. “Kakak juga telah berhasil menggapai mimpi kakak, mengembangkan bisnis hingga ke luar negeri” lanjut aisyah terharu. Mereka berdua saling melepas rindu. Lalu melanjutkan mimpi mereka.
Cerpen Karangan: Dimas Priangga Blog: capungangkasa11.blogspot.com Facebook: Dimas priangga megajaya2463[-at-]gmail.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com