Di siang hari ku berdiam diri dan tak lama kemudian masa laluku menghampiriku dan tak mau pergi dari pikiranku. Masa lalu yang akan selalu mengikutiku kemana pun aku melangkah.
Masih bisa kurasakan pukulan, rasa panas di kulit tergesek dengan lantai marmer, maupun gelapnya mata yang tertutup dengan pita perekat (lakban warna coklat). Tak hanya bagian mata yang direkatkan tetapi tangan dan kaki pun juga disatukan menggunakan benda tersebut. Itulah perlakuan yang kuterima disaat diri ku masih anak-anak (Masih TK besar) dan menunjukan nilai yang jelek kepada ibuku.
Aku hanya bisa menangis sekeras-kerasnya dan tak ada satu pun yang bisa menolongku, karena tidak ada yang berani melawan ibuku, semakin keras ku menangis semakin keras juga dia memukulku sambil menyeretku dengan satu tangan. Kemudian dia akan mengurungku di gudang yang sempit, gelap dan tidak ada ventilasi di ruangan itu, di situ aku pun dikunci cukup lama dan aku diharuskan mengerjakan ulang pekerjaan sekolah dengan benar. Yang kulakukan hanya menangis, menahan sedih yang luar biasa (yang pada saat itu aku pun tak paham apa yang kurasakan sebagai anak kecil yang tersiksa) dan sakit fisik yang akan sembuh nantinya. Aku tetap menangis sambil memarahi diriku sendiri untuk bisa berpikir dengan benar dan mengerjakan soal-soal tadi.
Nenekku yang menyaksikan kejadian itu pun tidak bisa berbuat apa-apa karena dalam rumah tangga ini yang berkuasa adalah ibuku, sedangkan bapakku dia terus bekerja dan sangatlah jarang menghabiskan waktu dengan keluarga di rumah.
Aku bukan anak tunggal di keluarga ini, aku mempunyai kakak perempuan yang sempurna sekali. Seperti yang ibuku harapkan darinya sangat feminin, pintar di sekolah, mempunyai paras yang rupawan dan selalu menurut dengan orangtua. Sangat bertolak belakang dengan diriku yang dilahirkan tidak sesuai dengan gambaran ibuku disaat dia mengandungku. Dia sangat berharap sekali bahwa anaknya yang kedua harus laki-laki, ibuku pergi ke orang pintar diberikan jimat agar anak yang dikandungnya adalah laki-laki. Ku berpikir sebegitu perjuangan ibuku untuk mempunyai anak laki-laki dan tentunya sekarang aku cukup bisa memahami sebagaimana kecewa dan patah hatinya ibuku disaat aku terlahir sebagai perempuan.
Setidaknya itu yang ada di pikiranku disaat ibuku memperlakukanku sangat berbeda dari kakak perempuanku. Di saat ku beranjak dewasa pun, ternyata perlakuan ibuku berubah. Setidaknya dia sudah tidak terlalu sering menyiksaku seperti itu dan aku pun merasa kuat apabila ibuku menyiksaku lagi aku berjanji pada diriku bahwa aku tidak akan menunjukkan diriku lemah dengan menangis di depan dia, aku akan memasang wajah berani dan tidak menangis atau pun tersenyum.
Cerpen Karangan: peD Anak baru yang memulai menulis lagi setelah bertahun-tahun berhenti menorehkan tinta di kertas.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Oktober 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com