Gadis itu berdiri di depan jendela kamarnya. Menatap indah suasana pagi yang membuatnya tersenyum. Menghirup udara segar dari luar lewat jendela kamar yang selalu dibukanya setiap pagi. Pagi ini ia sangat senang, kerinduannya ke sekolah sudah tak terbendung. Padahal baru kemarin ia tak bersekolah, karena kemarin hari Minggu. Zea, gadis itu tak sabar ingin kembali ke sekolah lagi.
“Maaf ya Ma, Pa.” Zea membuka pembicaraan di ruang makan, sedari tadi ia dan kedua orangtuanya hanya diam. “Maaf kenapa nak?” Tanya Papa Zea. “Zea belum bisa membahagiakan Mama dan Papa.” Ujar Zea tertunduk lesu. “Sayang, dengar Mama. Kamu itu semangat banget ke sekolah. Belajar juga rajin. Kamu juga rajin mengaji dan selalu Shalat tepat waktu. Kamu anak yang salihah. Itu semua membuat Mama dan Papa bahagia sayang.” “Tapi Ma, teman-teman Zea selalu ikut olimpiade dan memenangkannya. Mereka juga selalu membawa piala dari lomba yang mereka ikuti. Tadi di sekolah, ada banyak teman-teman Zea yang mengikuti olimpiade. Dan mereka menang. Tapi, nyatanya Zea enggak bisa seperti mereka.” “Apa Papa dan Mama mau kamu menjadi seperti mereka?” Zea menggeleng “Nah, jadi kamu enggak harus menjadi seperti teman-teman kamu. Itu kelebihan mereka, kamu juga punya kelebihan yang harus kamu syukuri.” “Iya sayang, kalau kamu juga mau ikut olimpiade atau lomba Papa dan Mama pasti dukung. Enggak perlu cemburu dengan apa yang orang lain dapatkan. Kalau kamu juga mau berhasil, berusaha sayang. Kamu pasti bisa.” Kata Mama. Zea mengangguk dan tersenyum pada kedua orangtuanya. Betapa bersyukurnya Zea, Papa dan Mamanya selalu mendukung dirinya.
Zea, seorang gadis cantik berjuta impian di benaknya. Berjuta impian yang seakan tak pernah habis. Selalu hadir impian baru setiap harinya. Dukungan yang penuh, kasih sayang, dan perhatian dari orangtuanya selalu membuatnya semangat menggapai setiap impiannya.
Ia sedang duduk di meja belajarnya. Buku-buku berserakan dimana-mana. Lelah sudah tampak di wajahnya, tapi ia masih berusaha kuat untuk menggapai impiannya. Hari sudah larut malam, Zea masih belum minggat dari meja belajarnya. Ia masih tekun mengerjakan latihan soal-soal. Semangatnya hampir redup, tapi kembali menyala terang setelah ia teringat Papa dan Mamanya. Cinta mereka selalu membuatnya tak ingin patah semangat. Ia kembali menekuni soal-soal di depannya.
“Alhamdulillah sayang.” Mama dan Papanya memeluk gadis itu dengan sangat erat. Mereka tersenyum haru pada anaknya tercinta. Zea, seorang gadis berjuta impian, telah menggapai salah satu impiannya. Ia sangat bersyukur kepada Allah SWT. Zea berhasil menjadi juara dalam olimpiade matematika internasional. Telah banyak rintangan yang dihadapi Zea, dan ia sudah sampai pada titik yang begitu membahagiakannya, juga kedua orangtuanya.
“Ma, Pa tunggu ya, masih banyak impian Zea. Zea akan terus berusaha membahagiakan Papa dan Mama. Zea sadar, enggak akan pernah bisa membalas semua kasih sayang Papa dan Mama. Tapi setidaknya, Zea berusaha. Zea sayang sama Papa dan Mama.” Mendengar penuturan anaknya, khususnya Mama Zea sedih sekaligus bahagia. Mama dan Papa Zea, memeluknya penuh keharuan bercampur kebahagiaan.
Memang benar kata Zea, ia tak akan pernah bisa membalas semua kebaikan dan kasih sayang orangtuanya. Tapi setidaknya, ia berusaha membahagiakan mereka. Dengan hanya membuat mereka tersenyum, itu saja sudah membahagiakan mereka. Apalagi jika bisa lebih dari itu. Dan seperti namanya, gadis berjuta impian. Impiannya masih banyak, dan mungkin saja tak akan pernah habis.
Cerpen Karangan: Khalila
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 7 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com