Aku anak ketiga dari tiga bersaudara, dan anak perempuan satu-satunya, jadi wajar kalau aku sangat disayangi oleh mereka, paling dimanja, dituruti semua keinginannya, diperlakukan bagai seorang ratu. Pasti seperti itu pikiran kalian semua. Kenyataannya tidak seperti itu, semua jauh dari ekspektasi, di kelas tiga smp ayah berpisah dengan ibu, dan ia menikah lagi dengan perempuan yang aku tak mau tau seperti apa wujudnya. Dan aku memilih tinggal dengan ibu, ngapain harus berharap dengan seorang ayah seperti itu, begitulah isi pikiranku.
Waktu berlalu, ibu enggan menikah lagi, ia tetap tinggal bersamaku, menemaniku dan selalu mendukung cita-citaku. Siapa sangka aku belum sempat membuatnya tersenyum. Tepat pada saat aku selesai SMA, ibu juga selesai dengan kehidupannya di dunia. Hatiku hancur, pikiranku sudah jauh kedepan, aku sudah tau bakal seperti apa nanti kehidupanku tanpa seorang ibu. Bagaimana dengan ayah, ah sudahlah, aku tak terlalu memikirkannya, biar saja dia dengan kehidupannya dan aku dengan kehidupanku. Aku lanjut semua kehidupanku, aku tinggal dengan abang dan kakak iparku.
Kini menjelang waktu masuk pendaftaan kuliah, aku ingin sekali melanjutkan pendidikan tinggi, melanjutkan backgroundku yaitu sekolah pertanian, ya tepat sekali, aku ingin jadi seorang insinyur. Ayahku tidak tau apa tujuanku dan wajar saja karena memang tidak pernah aku kasih tau, semua rencana besarku hanya aku dan ibu yang tau. Tak ingin kukatakan pada ayah aku ingin kemana, aku berjalan seolah tak mau tau, aku merasa dia memang tak pernah mempedulikanku.
Tak disangka ayah telah mendaftarkanku di sebuah perguruan tinggi islam swasta di kota Medan dengan jurusan ekonomi manajemen, what!!! Yang benar saja, sejak kapan aku menyukai perhitungan uang orang, aku menolak, aku menangis aku tak mau dengan jurusan itu. Ayah gak pernah tau apa yang aku mau, ayah tak pernah bertanya aku ingin kemana, ayah hanya diam dan tak pernah mempedulikanku. Ayah egois, ayah gak pernah tau betapa aku bingung harus bersandar pada siapa, seolah aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. Kenapa ibu begitu cepat meninggalkan aku, aku belum siap untuk semua jalan hidupku ini bu. Bu, apa mungkin engkau kembali?
Setelah itu, ayah membiarkanku dengan pilihanku, aku memilih masuk perguruan swasta di kota Siantar dengan jurusan agroteknologi pertanian. Aku melupakan keinginan besar yang pernah aku rencanakan pada ibu. Perlahan aku menjalani hidup ini, selangkah demi selangkah, walau berat harus tetap dijalani. Hidup ini terlalu berat untuk mereka yang manja, buatku ini sudah biasa, gumam perempuan yang berdarah batak ini.
Aku mulai kuliah, dengan menyembunyikan segala kesedihanku, menyembunyikan semua yang menyakitkan. Mereka semua menganggap aku it’s oke dan aku menjawab maybe. Benar saja ketika kau sedih teman terbaik hanya bayangmu yang di cermin sedangkan teman mainmu hanya ingin wajah gembira darimu. Tak ingin ada kesedihan tak ingin mengingat semua kenangan, aku ingin tenang, aku ingin terbang bebas ke angkasa, menikmati oksigen di atas aksara, terbang tanpa arah, pulang tanpa tujuan. Itulah aku anak perempuan yang tak pernah tampak sedih padahal di dalam hati penuh dengan semua perih.
Hampir empat tahun kuliah, aku jarang sekali pulang ke rumah, semua mereka beranggapan aku anak paling durhaka, tak rindu orangtua, padahal bukan seperti itu, sebenernya aku juga mau pulang, cuman bagaimana ketika aku pulang aku mencari yang sudah tidak ada, lalu apa alasanku untuk pulang, siapa yang ingin aku liat, ayah?, Dia tak seperti ibu, coba bayangkan yang aku liat hanya kenangan rumah bersamanya, tempat tidur dulu aku tidur bersamanya, bajunya yang masih tersusun rapi di lemari, aroma rumah yang masih tercium seperti masih ada diriya, lalu siapa yang ingin pulang kalau hanya ingin melihat semua kenangan?
Cerpen Karangan: Wahyu P.SP Blog / Facebook: Wahyu Soeharto hanya pemuda biasa lulusan sarjana pertanian yang suka menulis
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com