Banyak yang bilang surga kita dibawah telapak kaki ibu. Lalu bagaimana dengan Ayah?
Ayah juga turut andil dan mempunyai peran untuk keluarganya, anak istrinya. Mempunyai peran yang sangat penting bahkan lebih menantang dari ibu. Ayah harus bekerja keras, memeras keringatnya. Betapa seluruh waktunya banyak dihabiskan diluar rumah demi sesuap nasi dan masa depan keluarganya. Itulah ayah Cucuran keringatnya yang tak pernah habis dan peluhnya yang jatuh sekenanya disitulah letak surga-Nya. Dibalik diamnya tersimpan rasa cinta yang menggelora untuk anaknya. Dia tak ingin terlihat lemah dan cengeng dengan cinta dan kasih sayangnya.
Seperti pagi itu di rumah sakit, ibu mendatangiku dan lirih berkata “Van, apa kamu tau betapa besar rasa sayang ayah sama kamu. Jangan sedih, dia akan tetap bersama kamu, dia laki laki dan kamu adalah anak perempuan satu satunya dia tidak akan mudah melepaskanmu”. Aku tidak bergeming masih terdiam, tidak mengerti apa yang dikatakan sama ibu seperti biasanya.
“Ayah lelaki, pantang baginya menangis” “Maksud ibu?” tanyaku makin heran “Saat kamu pergi kuliah di Jakarta, sebenarnya hati ayah yang paling rapuh, seolah tak peduli. Beda sama ibu”. Aku terdiam dan mencoba mencerna apa yang ibu katakan. Dan yaa akhirnya aku tau arah pembicaran ibu.
“Ketika kamu pamit berangkat ke jakarta, saat kita berpelukan dan menangis di stasiun, ayah memilih menjauh pergi dan matanya menatap orang orang yang berwara wiri padahal dia sedang menghibur diri. dan memilih diam agar terlihat tegar dan kuat karena hatinya tak ingin nampak sedih” “Ayah seperti itu?” “Dan yang menyuruh ibu untuk menelepon kamu setiap hari dengan segala cerewetnya yaa ayah kamu” “Kenapa ngga ayah saja yang langsung meneleponku?” “Ayah ngga bisa basa basi, takut salah ucap atau tersinggung. Ayah ngga ingin seperti itu” Akhirnya aku tahu perasaan ayah di balik diamnya selama ini, yang berbicara sekenanya saja denganku.
“Saat kamu lulus kuliah, matanya berkaca-kaca sambil berkata vanilla sekarang sudah besar, lalu tanpa sengaja air matanya menetes dan dengan segera dia menghapusnya agar ibu ngga mengejeknya” “Ayah menangis?” “Ya dia ternyata sangat rapuh hatinya, lalu saat kamu akan dilamar Raga..” “apa yang ayah katakan?” “Lelaki pertama yang mencium vanilla ialah ayah, apa ayah akan sanggup melepaskan anak perempuanya bagaimana nanti kalau vanilla menangis padahal ayah sendiri berusaha membuat anak semata wayangnya bahagia tetapi walaupun begitu ayah harus merestui lelaki baik yang akan meminang vanilla. Katanya menangis dan terisak.”
Hatiku terasa terbuka ketika tahu betapa sungguh cinta ayah padaku begitu sangat berarti, selama ini aku menganggapnya ayah tidak mau dekat denganku karena sosoknya yang jaim.
“Lalu kenapa saat ayah sakit seperti ini ngga mengabari vanilla?” “Sekali lagi ayah yang menyuruh ibu agar jangan kasih tau kamu, kamu pasti akan khawatir dan kerjaan kamu akan terganggu. Dan sampai pada akhirnya kamu tau dengan sendirinya”
Angin meniup lirih membuat daun daun terbang tak beraturan. Aku dan ibu berdiri dan masuk menuju bangsal ayah. Hari ini kepulangan ayah dari rumah sakit.
“Ayah maafkan vanilla” “kenapa van?” “vanilla selama ini ngga sadar ternyata cinta ayah begitu besar. Ayah terima kasih yaa”
Tangan kasar ayah mengelus kepalaku, aku mendekap dan memeluk erat merasakan kehangatan dadanya dengan hembusan nafas yang kian tersesak. Aku melepaskanya, ayah mengusap air mataku dengan lembut sambil tersenyum kecil menatapku. “Vanilla, terimakasih sudah menjadi anak ayah” Dia tidak pandai berbahasa, bahasa cinta ayah bukanlah kata kata melainkan dengan sikap. Ada cinta yang terbahasakan dalam sebuah restu saat aku dilamar lelaki baik.
“Ayah vanilla ayo kita pulang” Aku dan ayah mengangguk bersama saat ibu dengan suara khasnya menyuruh kita pulang.
Seorang ayah tidak menunjukan rasa cintanya seperti ibu. Ibuku memang jembatan kuat untuk cinta tulus ayah terhadapku. Cinta ayah tak nampak kasat mata dan memang cintanya terasa hebat, kita akan merasakan suatu saat. Padahal hatinya rapuh saat harus berpisah dari anaknya yang selama ini berusaha dijaga dan dilindunginya. Dia pemilik cinta yang terlupakan, ia sosok hebat yang tak mau terlihat.
Ditengah perjalanan pulang tiba tiba ayah berhenti, menyuruhku dan ibu menunggu tetap di mobil. Dia keluar sendiri entah kemana, beberapa menit berlalu ayah masuk dan membawakan ice cream.. “Ice cream vanilla untuk vanilla” katanya dengan senyum sumringah “Ayahhhhh”
Ayah banyak diamnya, tak banyak cakap beda dengan ibu tapi tak bisa dipungkiri cintanya terlalu malu dan selalu disembunyikan. Namun ketahuilah, bahwa ia orang paling takut kehilangan.
Cerpen Karangan: Nourma Larasati Blog: normalarasati.blogspot.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com