Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah pindah dari sekolah sebelumnya. Tapi aku heran dengan sekolahku yang sekarang. Bukannya apa apa, tapi mengapa aku melihat sekolahku kali ini sangat suram. Aku yakin bukan hanya aku tapi semua orang melihatnya seperti itu.
Aku berjalan di koridor untuk mencari dimana letak kantor kepala sekolah. Hingga aku melihat seorang perempuan yang berjalan dengan wajah datar. Aku sedikit takut dengan wajahnya yang datar dan kulitnya yang putih pucat. Sungguh sekolah ini sangat aneh, dan menyeramkan. Dari pada aku harus keliling sekolah yang luas ini hanya untuk sekedar mencari ruang kepala sekolah, lebih baik aku bertanya kepada perempuan itu-batinku.
“Ehmm” aku menghadang jalan perempuan itu, perempuan itu menatapku dengan tatapan yang sama, datar. “Emm, aku mau tanya” ucapku yang dibalas dengan satu alisnya yang terangkat. “Ruang kepala sekolah dimana ya? aku murid baru disini” Setelah mengatakan itu, jantungku dibuat hampir copot karena perempuan itu tiba tiba menyeret tanganku.
“Eh eh mau kemana, lepasin dong tanganku sakit” protesku namun juga mengikuti langkahnya. Hingga ia berhenti di depan sebuah ruangan, lalu langsung meninggalkanku di depan ruangan tadi. “Lah, aku ditinggal?” tanyaku pada diriku sendiri.
Kepalaku mendongak menatap papan diatas pintu ruangan itu, papan itu tertulis “Ruangan Kepala Sekolah”. Jadi perempuan tadi membantuku, namun dia tidak berkata sedikit pun. Aku jadi curiga ia bisu.
Setelah mengetahui letak kelasku, aku berjalan ditemani seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit kuning langsat. Ditengah perjalanan menuju kelasku, aku mengajak laki-laki ini berbicara. “Jadi kamu siapa?” “Oh ya, saya belum berkenalan denganmu” ia berhenti berjalan lalu menatapku dengan sedikit menunduk karena tinggiku yang hanya sebatas dadanya, “Perkenalkan, nama saya rendra ketua osis disini” ia mengahiri ucapannya dengan senyuman manis, senyuman yang mampu membuatku membeku beberapa saat. “Ehem, namaku zasanya panggil saja anya” “Anya, oke” Setelah perkenalan tadi kami lanjut berjalan menuju kelasku, sambil berbicara tentang banyak hal. Rendra ketua osis yang humoris, friendly, asik dan pastinya tampan. Kriteria yang sangat cocok untuk menjadi ketua osis.
Setelah perkenalan di depan kelas tadi. Aku duduk di bangku paling belakang, bersama perempuan yang mengantarku ke ruang kepala sekolah tadi. Sangat mengejutkan, ternyata aku sekelas dengannya. Dan setelah beberapa kali percobaan, akhirnya aku berhasil mengetahui nama perempuan ini. Namanya adalah angel, wanita dengan karakter kasar, dingin, cuek dan temperamen.
Bel istirahat berbunyi sejak 5 menit lalu, namun aku masih membujuk angel untuk pergi ke kantin. Dan ya, setelah aksi bujuk membujuk tadi disinilah kami. Di tempat dimana banyak tersedia makanan, yap kantin. “Mau makan apa?” tanyaku pada angel. “Bakso” “Okay, tunggu yaa” aku berjalan menuju stand penjual bakso, memesan 2 mangkok bakso lalu kembali menuju meja dimana aku dan angel tadi duduk.
Namun saat sampai di meja, angel tak lagi sendirian, namun ia bersama 3 laki-laki. Aku tidak mengetahui siapa mereka, namun setelah melihat dengan teliti ternyata ada sang ketua osis di sana. “Ehm, kenapa kalian duduk disini?” tanyaku sambil memberikan makanan angel. “Kita?” aku menganguk menjawab pertanyaannya, “meja lain penuh, dan hanya disini yang masih kosong, jadi kita duduk disini” “Oh baiklah”
Disinilah aku sekarang, di bangunan yang sangat besar, gelap, juga dilengkapi dengan interior yang menyeramkan. Disinilah aku, di rumah Angel. Setelah 2 bulan mengenal angel, baru pertama kali aku diajak berkunjung ke rumahnya. Kalo boleh jujur, aku sedikit menyesal meminta angel agar membawaku ke rumahnya. Karena rumah angel yang sangat menyeramkan. Sekarang aku berada di kamar angel, menunggu angel membersihkan diri di kamar mandi.
Aku bosan, lalu aku berkeliling kamar angel yang luasnya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kamarku. Aku melihat lihat kamar nya yang bernuansa hitam dan ungu ini. Menarik dan juga seram.
Saat sedang asik melihat lihat, mataku tertuju pada satu objek. Sebuah pintu dengan warna merah, berbanding jauh dengan warna temboknya. Aku penasaran apa isi ruangan itu. Aku berjalan mendekati pintu itu, hingga sampai di depan pintu, aku menyentuh gagang pintu tersebut hendak membukanya. Namun sebelum berhasil membukanya, aku dibuat terkejut
“Ngapain?” tanya angel disampingku dengan sedikit berbisik. Aku jatuh ke lantai sangking terkejutnya. “Ngapain?” tanyanya sekali lagi, dengan pandangan yang menyeramkan. “Eh ini, enggak gak ngapa-ngapain” elakku Kalau boleh jujur saat ini aku seperti mencuri dan kepergok. Rasanya menakutkan. “Hm, ayo makan dulu” “Iya ayo”
Selama 2 bulan berteman dengan angel, sifatnya tetap sama. Ia masih cuek, dingin dan juga menyeramkan. Tapi selama itu juga aku sedikit mengenalnya, dibalik ke cuekannya ia adalah sosok yang perhatian. Pernah saat aku diganggu oleh rendra, ia menyelamatkanku. Dan hal itu tak terjadi sekali saja, namun berulang kali dengan masalah yang berbeda beda.
Setelah selesai makan, aku dan angel berada di ruang keluarga untuk melihat tv. Namun aku lupa menanyakan sesuatu padanya, tentang.. “Orangtua kamu dimana? kok enggak keliatan dari tadi” “Kerja” “Ohh” Namun aku masih belum puas dengan jawabannya, karena aku sama sekali tidak melihat foto keluarganya di rumahnya. Hanya terdapat foto hiasan juga beberapa barang antik yang ditata rapi.
“Kamu tidak memiliki saudara?” “Kakak laki-laki, habis ini pasti datang” “Hah?” jujur aku masih bingung dengan cara bicara angel yang sangat irit.
Belum sempat mendapatkan jawaban dari angel, pintu utama terbuka memperlihatkan seorang laki-laki dewasa yang memakai baju khas kantor.
Laki-laki itu menatapku, lalu berjalan mendekati angel. Setelah berada di hadapan angel, ia mengulurkan tangannya pada angel lalu angel menjabat tangan lelaki itu dan mencium tangannya. “Temanmu?” “Iya, baru 5 bulan lalu” “Kok mau?” “Ck, pertanyaan yang gak perlu saya jawab” “Hahaha kau tetap sama, menyeramkan”
“Siapa namamu gadis kecil” tanya pria itu padaku “Tidak usah mengganggu temanku kak!” geram angel “Aku enggak ngganggu loh, cuman mau berkenalan” “Ck” Angel berdecak
“Namamu?” tanya pria itu sekali lagi padaku. Aku menoleh menatap kepada angel meminta saran, apakah aku harus menjawab pertanyaannya atau tidak. Angel membalas tatapanku dengan angukan kecil. “Em namaku zasanya panggil saja anya” “Oh nama yang bagus” Punjinya “Haha terimakasih pak” “Panggil saja kak dino, saya kan kakaknya angel” “Oh kakaknya, saya kira siapa”
Pagi ini berjalan seperti biasanya, mentari bersinar cerah. Namun tidak dengan angel, sejak aku memasuki kelas angel terlihat semakin dingin dan temperamen. Entah apa yang terjadi namun sepertinya ia tak ingin diganggu kali ini.
Jam istirahat datang, aku meminjam buku tulis angel untuk menulis materi yang tadi dijelaskan saat aku tertidur. Ya saat pelajaran tadi, aku sangat mengantuk hingga tertidur. Dan akhirnya aku tidak mengikuti pelajaran. Setelah rayuan panjang kali lebar pada angel, akhirnya ia meminjamkan buku tulisnya padaku. Ya inilah salah satu perhatian angel padaku.
Niatku untuk mengembalikan buku tulis angel saat pulang sekolah gagal, karena angel pulang terlebih dahulu daripada aku. Terpaksa nanti sore akan kukembalikan ke rumahnya.
Jam menunjukkan pukul 15.30, dan saat ini aku berada di depan gerbang rumah angel. Saat aku memasuki perkarangan rumahnya, samar samar aku mendengar suara seorang wanita yang marah marah. Aku langsung berlari menuju ke dalam rumah angel. Namun sebelum memasuki rumahnya, aku dibuat terdiam oleh keadaan. Aku lihat di sana, seorang wanita meluapkan emosinya pada sahabatku angel. Wanita itu memegang tangan angel sambil berbicara keras.
“Bisa tidak merepotkanku?!” “Saya capek pulang kerja keadaan rumah sepi tidak ada makanan, dan kamu malah enak enakan tidur!” Sayu kudengar perkataan wanita itu pada angel. Aku terdiam, hatiku berbicara masuklah dan bantu angel, namun tubuhku terdiam kaku melihat semua ini. Hingga seorang pria menerobos masuk ke dalam dan memisahkan keduanya. “Sudahlah bu, ingat angel anak ibu” “Anak tidak tahu diuntung!” Pria itu memeluk wanita tadi untuk memenangkannya. Ternyata ia adalah kak dino, ia menatapku seolah berkata bahwa aku harus membawa angel keluar dari rumah ini.
Setelah tragedi tadi, aku membawa angel ke taman dekat rumahnya. Kami duduk di salah satu bangku melihat matahari yang sebentar lagi tenggelam. Sejak tadi angel masih diam, dengan air mata yang menetes sendirinya. Aku tidak tega melihat itu.
“Kamu baik baik saja?” tanyaku sambil menatapnya. Tiba tiba angel memelukku lalu menangis histeris di bahuku. “Kenapa ibu begitu membenciku? apakah aku melakukan kesalahan fatal? tapi aku tak tau” ucapnya di sela sela tangis nya. “Tenangkan dirimu dulu, lalu ceritakan padaku masalahmu”
Setelah tenang, ia bercerita banyak hal padaku. Hingga aku mengetahui alasan kenapa ia menjadi dingin dan tak tersentuh. Dulu angel adalah anak yang ceria dan cerewet, hingga kejadian itu mengubah hidupnya. Ibunya membencinya karena ayahnya meninggal ketika mencari angel kecil yang sedang bermain di rumah temannya. Ayahnya meninggal tertabrak truk saat akan menyeberang jalan untuk menjemput angel kecil. Saat itu ibunya sangat terpukul, ia meluapkan emosinya dengan kerja terus menerus tanpa tahu waktu, melupakan angel yang saat itu masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Ibunya menyimpulkan bahwa angel adalah penyebab kematian suaminya.
Kami berdua pulang ke rumah angel. Saat memasuki rumahnya, angel langsung mendapatkan pelukan hangat yang dari dulu ingin ia rasakan, pelukan seorang ibu. Ibunya telah mengikhlaskan suaminya, ia mengaku salah telah menyalahkan anaknya untuk kematian suaminya yang sebenarnya adalah takdir tuhan. Angel menangis bahagia sambil memeluk ibunya. Melihat angel menangis aku ikut menangis merasakan kebahagiaan angel saat itu.
Setelah kejadian itu, angel kembali menjadi anak yang ceria dan tak irit bicara.
Cerpen Karangan: Mawadatul nadilla Blog / Facebook: Mawadatul Nadilla
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com