Suara adzan subuh terdengar lantang. Alarm yang disetting setiap harinya dan di jam yang sama ikut menggugah Wulan dari tidurnya. Ia pun bergegas berdiri dari ranjangnya dan bersiap untuk shalat berjamaah di masjid. Tak lupa ia membangunkan Neneknya untuk melaksanakan shalat subuh di rumah. “Nek, sudah shubuh. Wulan berangkat ke masjid dulu ya, Assalamualaikum”.
Wulan tinggal di rumah sederhana milik ibu RT yang sudah tidak dihuni berdua dengan Neneknya. Orangtua wulan sudah bercerai sejak ia kecil dan mereka memiliki kehidupan masing-masing. Itu semua mengharuskan Wulan untuk serba mandiri dan dewasa. Semua pekerjaan rumah mulai dari mencuci sampai merapikan rumah ia kerjakan sendiri karena Neneknya sudah tidak bisa melakukan aktivitas yang berat. Tak jarang Wulan diminta oleh beberapa tetangganya untuk membantu pekerjaan rumah dengan diberi upah yang nantinya upah itu akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain menjadi anak yang mandiri, Wulan juga termasuk siswi yang pintar di kelasnya. Ia selalu menduduki posisi 3 besar di sekolahnya begitu juga di kelas mengajinya. Kecerdasan itu ia manfaatkan untuk menghasilkan uang dengan membuka jasa les mengaji untuk anak-anak paud dan TK.
Saat ini Wulan duduk di kelas 2 SMA. Ia cukup aktif mengikuti kegiatan sekolah dan luar sekolah sampai-sampai ia sering jatuh sakit karena terlalu lelah. “Nak, jangan dipaksakan ya. Kalau sudah merasa capek lebih baik istirahat. Makan yang banyak yaa. Jangan lupa minum obat”, kata-kata yang selalu diucapkan Nenek saat Wulan jatuh sakit. Begitu juga jika Nenek jatuh sakit. Wulan merawat Nenek dengan sabar.
Pada suatu sore Nenek dan Wulan bersantai di teras rumah sambil berbincang-bincang. “Nek, aku pengen banget deh besok kalau udah lulus sekolah mau kerja, punya uang yang banyak terus bisa beliin nenek rumah baru”, ucap Wulan dengan suara agak keras karena pendengaran Nenek kurang baik. “Iya nak, Nenek selalu doain Wulan biar sekolahnya pinter besok jadi orang sukses. Bisa bikin rumah buat nenek. Nenek mau kamar yang ada kamar mandinya di dalam ya nak” balas nenek. Mengingat kamar mandi yang jauh dan cukup licin membuat Nenek kesusahan untuk ke kamar mandi. Wulan tertawa kecil, “Iya nek, besok kamarnya ada kamar mandinya di dalam biar Nenek enak kalau mau ke kamar mandi”. Perbincangan singkat itu membekas di hati Wulan, menjadi salah satu cita-citanya untuk membahagiakan Nenek.
Waktu berlalu begitu cepat. Sebentar lagi wulan akan disibukkan dengan ujian akhir kelas 3 SMA. Ia mempersiapkan semuanya dengan matang. Mengulang materi yang telah disampaikan dan memperbanyak latihan. “Belajar yang rajin ya nak. Jangan lupa istirahat”, kata nenek saat melihat Wulan sedang belajar. Wulan berharap waktu berjalan cepat. Ia tidak sabar hari kelulusan datang dan ia bisa bekerja. Melihat usia nenek yang tidak lagi muda, perbincangan sore itu menjadi salah satu motivasinya untuk menjadai sukses.
Hari ini hari raya qurban. Seperti biasa Wulan dengan semangat menyiapkan segala bumbu dapur yang nantinya akan dipakai untuk mengolah daging qurban. Biasanya Nenek dan Wulan masing-masing mendapat 5 bungkus daging. Tetapi qurban tahun ini wulan dan nenek hanya mendapat masing-masing 2 bungkus. Keadaan ekonomi memburuk akibat covid-19 dan berdampak pada jumlah qurban tahun ini. Setelah mendapat daging qurban Wulan mulai mengolah daging. Kebetulan nenek ingin dimasak rawon. Setelah matang Wulan dan Nenek makan bersama. Walaupun hanya berdua mereka sangat bahgia menikmati daging qurban bersama. “Masakanmu enak nak. Memang cucu nenek pintar sekali”, ucap nenek sambil mengunyah makanannya. Wulan tersipu malu atas pujian Nenek.
Tak lama setelah hari raya qurban Nenek jatuh sakit. Tekanan darah Nenek tinggi dan asam urat nenek kambuh karena mengkonsumsi daging terlalu banyak. Nenek terbaring di kamarnya sudah seminggu. Nenek tidak bisa kemana-kemana, bahkan buang air kecil dilakukan di atas kasurnya. Nenek juga sulit jika diminta minum obat karena nenek kesusahan menelan obat dan makanan. “Nek, ayo diminum obatnya biar nenek cepat sembuh. Kalau nenek sakit begini Wulan sedih nek. Nenek harus cepat sembuh ya”, ucap Wulan saat membantu Nenek minum obat. Wulan dengan sabar merawat Nenek, berrharap Nenek baik-baik saja dan segera pulih.
Tapi, takdir berkata lain. Allah lebih sayang Nenek… Tepat pada pukul 21.30 hari senin Nenek meninggal dunia. Wulan tak tahu harus bagaimana. Ia merasa sangat terpukul oleh kepergian Nenek. Semua kenangan bersama Nenek tiba-tiba muncul dan mengundang rasa sedih begitu dalam. Nenek yang selalu ada sejak wulan kecil tiba-tiba pergi meninggalkan Wulan sendiri.
Para tetangga dan sanak saudara datang ke rumah untuk menenangkan Wulan. Dengan tegar Wulan membaca al-qur’an di sebelah jasad Nenek yang sudah dimandikan. Lantunan ayat al-qur’an dan isak tangis wulan membuat suasana haru di rumahnya. “Nak, yang sabar ya. Ikhlaskan Nenekmu. Nenekmu orang baik. insyaAllah beliau tenang di sana”, ucap tante Wulan yang datang dari luar kota. Para tetangga dan sanak saudara juga terisak memikirkan nasib Wulan.
Setelah pemakaman selesai, Wulan sementara tinggal di rumah sanak yang dekat. Ia tak bisa tidur nyenyak. Isak tangis terdengar sampai larut malam. Rasa sesak di dada membuatnya sulit bernafas.
Semenjak kematian Nenek Wulan sering menangis dan merenung. Tetapi ia tetap berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi orang yang sukses, seperti apa yang diinginkan Nenek saat masih hidup. Ia tak sabar hari kelulusan tiba dan ia bisa bekerja. Wulan berjanji akan bekerja keras, membuat kamar yang terdapat kamar mandi di dalamnya, sesuai permintaan Nenek.
Cerpen Karangan: Dyah Ayu Tri Untary
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com