Haii… Namaku Alesa, aku adalah anak dari pasangan Nur dan Aditya. Aku punya satu kakak perempuan bernama Mayang. Bagiku keluarga adalah nomor 1. Apapun yang kulakukan semuanya hanya untuk membuat keluargaku bahagia dan bangga hingga nantinya mereka bisa berkata dengan penuh percaya diri bahwa aku adalah bagian dari mereka. Namun entah mengapa semakin hari kurasa jarak yang tercipta diantara kami semakin bertambah.
Saat ini aku tinggal di luar kota bersama Rubby sahabatku karena urusan pekerjaan. Persahabatan kami dimulai sejak kami masih kecil saat ia menjadi tetangga baruku. Makanya, tidak heran jika dia sangat mengenalku dan keluargaku.
Dring… Dring… Dring. Bunyi telepon berdering “Alesa… Dimana kau? Kemarilah. Ada telepon untukmu” Paggil Rubby padaku Mendengarnya aku pun langsung bergegas menuju ruang tamu dan meninggalkan masakan.
“Dari siapa?” Tanyaku pada Rubby “Kak Mayang” Jawabnya
Seperti biasa kakak akan menanyakan bagaimana kabarku dan juga pekerjaanku lalu setelahnya ia baru akan mengatakan alasan mengapa ia menelepon. Pembicaraan kami tidak berlangsung lama karena kakak hanya sekedar menyampaikan kabar kepadaku.
“Al… makanannya sudah siap. Kemarilah jika sudah selesai” Ucap Rubby padaku Setelah menutup telepon aku pun langsung segera menuju meja makan
“Heyy… mengapa wajahmu murung begitu. Apa yang terjadi? Apa kakakmu mengatakan sesuatu?” Tanya Rubby padaku dengan penuh keheranan. “Kakak akan menikah jadi dia memintaku pulang untuk membantu persiapan pernikahannya” Jawabku dengan lesu “Wah ini kabar yang luar biasa. Adik macam apa kau ini, harusnya kau bahagia. Tapi lihatlah wajahmu itu. Apa yang kau pikirkan?” Tanya Rubby padaku dengan penuh keheranan. “Ayolah Rubby. Tidakkah menurutmu ini sudah terlalu lama semenjak aku memutuskan pergi dari rumah. Aku yakin kau tahu betul seberapa besarnya jarak yang tercipta antara aku dan keluargaku” Ucapku “Heyy Al. Duduklah. Dengar, aku tahu betul soal itu. Tapi Al dia kakakmu, kakak yang sangat kau sayangi. Yang setiap permintaannya selalu kau anggap sebagai perintah. Setidaknya kali ini demi dirinya lupakanlah jarak itu sejenak dan pulanglah ke rumah. Pikirkanlah” Saut Rubby sembari membujukku
Aku tidak tahu harus bagaimana, aku sama sekali tidak bisa berpikir. Apa yang Rubby katakan memang benar. Tapi jika melihat jarak yang sudah tercipta ini, rasanya ragu untuk kembali pulang ke rumah. Setelah makan aku langsung pergi ke kamar dan mulai melamun membayangkan bagaimana jarak itu bisa tercipta.
Dua tahun yang lalu… Di meja makan “Aditya, Mayang, Alesa, kemarilah makanan sudah siap” Panggil ibu.
Malam ini adalah malam yang spesial karena kami ingin merayakan keberhasilan kakak karena ia telah naik jabatan dari staff menjadi kepala bidang. Kami sangat bangga padanya. Jika dibandingkan denganku jelas saja aku masih kalah jauh darinya hahaha.
“Kau memang yang terbaik kak. Aku bangga padamu. Oh iya ayah, ibu, kakak. Aku punya kabar untuk kalian. Aku sudah lama memikirkannya dan kurasa ini waktu yang tepat untuk memberitahukannya pada kalian” Ucapku dengan raut wajah bahagia “Apa itu? Katakan Al” Tanya kakak dengan antusias “Aku memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Aku sudah mendaftarkan diri ke kelas menulis dan minggu depan kami akan memulai kelas perdananya. Kalian tahu, ini adalah impianku sejak lama. Aku harap kalian akan mendukungku” Jawabku dengan raut wajah bahagia
Kakak sangat bahagia mendengarnya. Tetapi aku tidak tahu apa yang terjadi pada ayah dan ibu, mereka sepertinya terkejut dan tidak bahagia. Mendengarnya ayah langsung menghentakkan tangannya di meja dan mulai membentakku “Apa maksudmu. Mengapa kau mengambil keputusan tanpa bicara dulu pada kami. Tidak tidak aku tidak akan menyetujuinya. Kau tidak perlu melakukan hal itu, batalkan kelasmu. Ayah sudah putuskan bahwa kau akan bekerja di tempat kakakmu berkerja. Dengan rekomemdasi darinya ayah yakin kau akan diterima dengan mudah. Kau dengar itu!!!” Bentak ayah padaku “Apa yang ayahmu katakan itu benar Al, kau tidak perlu menjadi seorang penulis. Ini keputusan kami. Tidak ada protes” Saut ibu
“Heyy… Ada apa dengan kalian. Mengapa kalian seperti ini. Bukankah ini impiannya, apa salahnya jika Al melakukan apa yang dia impikan” Ucap kakak sembari memberi dukungan padaku “Apa kau orangtuanya. Kami tahu apa yang baik dan tidak untuk dirinya. Jadi kau tidak perlu ikut campur” Balas ayah dengan marah
“Cukup!!! Kalian semua sudah terlalu banyak bicara. Sekarang giliranku. Sampai saat ini, apa pernah kalian bertanya padaku apa yang kuinginkan. Tanpa tahu apa yang kuinginkan kalian selalu membuatku diam dengan semua keputusan yang kalian ambil. Apa kalian pernah bertanya bagaimana perasaanku. Bahagai atau tidak. Seperti kakak yang setiap keinginannya selalu kalian dukung dan wujudkan, apa aku tidak boleh seperti itu? Apa tidak boleh?” Teriakku sembari terisak tangis “Ini impianku. Impian yang sejak lama aku ingin wujudkan. Dan hari ini aku dapat kesempatan untuk mewujudkannya. Terserah apa yang akan kalian katakan dan lakukan, aku tidak akan membatalkan kelas. Ini keputusanku” Sambungku
Tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Aku langsung berlari ke kamar. Tidak berselang lama kakak datang menghampiriku ke kamar sembari membawa makan malam karena dia tahu aku tidak makan dengan benar tadi.
“Apa semua orang merasakan hal ini juga kak atau hanya aku. Mengapa ini selalu terjadi. Katakan kak, apa yang tidak aku lakukan untuk mereka? Mengikuti kelas bahasa inggris, kelas renang, kelas musik, mengambil jurusan kuliah sesuai permintaan mereka yang bahkan aku sendiri tidak menyukainya. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku ingin melakukan hal yang kuimpikan. Tapi lihat bagaimana reaksi mereka. Katakan kak apa aku tidak boleh memutuskan sesuatu dalam hidupku. Apa tidak boleh?” Tanyaku pada kakak sembari menangis
“Makan ini dulu. Dengar Al tidak ada satupun orang yang berhak melarangmu untuk melakukan apa yang kau impikan. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana cara berpikir ayah dan ibu. Tapi kau tidak perlu memikirkannya, aku akan membujuk mereka. Kau hanya perlu ingat kalau aku selalu medukungmu. Sekarang jangan menangis. Pergilah jika kau ingin pergi. Lakukan semuanya dan kembalilah dengan membuatku bangga lewat buku-buku yang berhasil kau tulis” Ucap kakak sembari menghiburku
Apa yang kakak katakan sangat membantuku hari itu. Akhirnya kuputuskan untuk pergi dari rumah dan melakukan apa yang sudah sejak lama aku impikan yaitu menjadi seorang penulis.
Lamunanku terhenti ketika Rubby mengetuk pintu kamarku. Dia sahabatku, dia akan tahu jika aku tidak langsung tidur saat masuk ke kamar. Dia menghampiriku dan kami mulai mengobrol hingga tengah malam.
“Bagaimana?” Tanya Rubby padaku “Apa” Jawabku dengan heran “Keputusanmu, pergi atau tidak” Balas Rubby padaku “Aku masih tidak tahu” Ucapku dengan ragu
“Kau ini benar-benar. Kau tau Al. Memiliki jarak dalam suatu hubungan itu memang menyakitkan. Tapi akan lebih menyakitkan kalau kau tetap membiarkan jarak itu semakin tercipta. Aku yakin jarak antara kau dan keluargamu akan terhapus jika kau pulang. Karena hanya dengan kebersamaanlah jarak itu akan bisa terhapus” Ucap Rubby padaku “Tapi jarak ini berbeda. Jarak mungkin bisa kita hapus, tetapi kalau jarak itu ada dalam hati sekeras apapun kita mencoba kurasa tetap saja tidak bisa” Balasku “Kau mau bertaruh? Kalau aku benar maka kau harus mentraktirku setelah pernikahan kakakmu selesai. Tapi kalau aku salah maka aku akan melakukan hal sebaliknya. Jika kau tidak setuju akan kuanggap kau seorang pengecut. Bagaimana?” Ucap Rubby “Heyy, kenapa kau selalu punya cara agar orang-orang mau mentraktirmu hah. Ada-ada saja. Tapi baiklah kurasa itu bisa dicoba. Aku akan pulang dan mari kita lihat bagaimana akhir dari kisah ini” Jawabku
Cerpen Karangan: Ika Pramudita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 17 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com