Ayam dari tadi berkokok tanpa henti membangunkanku dari tempat tidur. Aku menoleh jam dinding, ternyata masih terlalu pagi. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu libur, aku pun lanjut tidur.
Tak berselang lama, Ibu mengetuk kamarku dan memanggilku seperti biasa, “Karyonooo..” lantang dan begema. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat dan pasrah. Aku tahu Ibu tidak akan beranjak pergi jika Aku belum memenuhi panggilannya.
“Iya,” jawabku dan lantas Aku membuka pintu dengan mata masih setengah terbuka, “apa bu?” lanjutku. “Jagain adekmu dulu nih, Ibu mau masak” “Yaudah, mana sini,” lantas Aku langsung menggendong adekku yang bernama Risa.
Aku membawanya ke ruang tamu, menemaninya bermain mobil-mobilan supaya adem ayem dan tidak menganggu Ibu yang sedang memasak.
“Ini mobilnya dek, ngeeeng” sembari mendorong mobil-mobilan ke arahnya. “hehe,” tersenyum dan menghindar. “Risaaa, nama mainan ini apaaa?” tanyaku sembari menunjukan mainannya. Risa tidak menjawab, hanya melihat dan tersenyum tersipuh malu. “Ini Mo-“. Aku tidak langsung memberitahunya, karena Aku tidak tahu Ia lupa atau memang tidak tahu. “Bil” jawab Risa. “Pinter,” jawabku sembari tersenyum.
Setiap bermain dengan adekku, Aku selalu melemparkan pertanyaan demi pertanyaan karena Aku ingin tahu seberapa banyak pengetahuan dan wawasannya terhadap mainannya. Hehe. Tapi tidak selamanya Aku selalu bertanya, ada waktunya Aku yang ditanya.
“Kak, ini namanya apa?” tanya Risa kepadaku dengan menunjukan motor-motorannya. “Itu namanya motor dek,” jawabku sembari tersenyum. “Kalau ini namanya apa Kak?” tanyanya lagi sembari menunjukan robot-robotannya. “Itu namanya robot,” jawabku.
Pertanyaan yang remeh-temeh tapi lumayanlah untuk memperlambat waktu hingga Ibu selesai memasak. Ya, walaupun terkadang Aku malas menjawabnya, tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau saja Aku tidak menjawab pasti Risa akan bosan dan kata yang akan Ia lontarkan adalah “IBU” sembari merengek meminta digendong. Akulah yang akan kena marah, karena tidak bisa menjaganya agar bisa adem ayem tidak mengganggu Ibu yang sedang proses masak-memasak.
Sekarang, masakan sudah siap dan misiku menjaga adek kesayangan keluarga sudah selesai. Ibu sudah membawa seluruh makanan ke meja makan. Dan, Ibu lagi-lagi harus menjadi alarm untuk membangunkan Ayah dan Rasa, adekku yang pertama dari yang kedua. Membangunkan Ayah adalah hal yang paling mudah, karena Ayah orangnya selalu waspada. Bahkan, Ibu tidak perlu mengeluarkan suara merdunya untuk membangunkan Ayah, cukup dengan satu sentuhan di kaki Ayah sudah terkoneksi dengan dunia nyata. Kalau Rasa, Ibu hanya perlu membangunkannya ke posisi duduk dan ngelus-ngelus punggungnya karena Ibu tidak mau berteriak, itu hanya akan membuat Rasa nangis karena terkejut.
Kini, Rasa sudah memasuki bangku SMP dan bebanku berkurang satu. Tapi, walaupun Rasa sudah SMP, aku sebagai kakak masih mempunyai tanggung jawab untuk melindunginya dari laki-laki berbulu domba. Setiap Rasa berpamitan, Aku selalu bertanya mau kemana dengan siapa. Itu saja sudah cukup, yang penting Aku tahu dia akan kemana. Karena kalau sampai malam belum pulang, yang terkena sasarannya adalah Aku, untuk mencarinya hingga ketemu.
Setelah semuanya sudah hadir di meja makan. Sekarang waktunya makan, dan Aku telah membuat rencana setelah makan Aku akan kembali tidur, setelah bangun tidur Aku akan lanjut tidur. Karena libur adalah tidur bagiku.
Setelah makan, Aku bergegas ke kamar tidur untuk menunaikan rencanaku. Tidak ada waktu untuk bermain gadget, karena Aku tidak sabar untuk mengejar mimpi yang sesungguhnya.
Cerpen Karangan: Abdul Karim Blog / Facebook: Karim Penulis yang menginginkan pembacanya bingung.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com