Assalammualaikum semuanya. Namaku Cintya. Aku akan menceritakan pengalamanku tentang Covid 19. Suatu hari romo (dalam bhs jawa artinya bapak) sakit. Gejalanya adalah batuk berdahak, demam. Waktu itu bude Nanik, bude Sulis dan mas Aan ke rumah kami. Karena mereka ingin melihat keadaan romo. Tapi kata romo dia baik baik saja. Dan pada saat hari itu aku juga ngerasa tidak enak badan. Lalu aku bilang ke bunda “bun, aku ngerasa gak enak badan” bunda lalu memegang keningku. “Iya, demam, ntar kamu minum obat ya” jawab bunda. Terus saat sholat ashar aku menangis. Mungkin aku takut dan cemas kalo romo kena Covid 19. Karena demam itu bukan penyakit yang menular. Kecuali demam karna Covid 19. Lalu bunda menenangkanku.
Dalam beberapa hari romo masih demam. Bunda menyarankan romo agar berobat. Akhirnya romo berobat menaiki grab. Beberapa hari kemudian saat malam hari rombongan Jogja datang ke rumah. Pagi harinya bude Sulis, bude Nanik dan mas Aan mengantar romo ke rumah sakit. Sedangkan yang lain di rumah bersama kami. Saat sore hari bude Nanik, bude Sulis dan mas Aan pulang ke rumah. Saat didapur aku bertanya pada bunda “bun, romo negatif atau positif?” Tapi bunda tidak menjawab. Dalam pikiranku jangan jangan romo kena Covid 19.
Keesokan harinya… Di rumah sepi, aku baru bangun tidur. Lalu bude Sulis keluar dari kamar sebelah. Lalu bunda bertanya “lah, yang lain pada kemana?” Bude Sulis menjawab “tadi malam udah pada pulang”. Lalu setelah itu aku, Adya (adikku yang pertama) dan bude Sulis menaiki motor. Namun bude Sulis agak kesusahan saat mau menyalakan motor. Lalu bunda menelepon romo gimana cara menyalakan motornya. Setelah motornya menyala, kami pergi ke pasar untuk membeli buah pir. Setelaah itu kami pulang ke rumah. Bunda mengupasi buah pir nya. Setelah itu bude Sulis mengantarkan buah pir nya ke romo. Tentu saja tidak secara langsung.
Sore harinya…. Pada saat siang hari setelah bude Sulis mengantarkan buah pir, dia pulang ke rumah. Kalo gak salah dia pulang membawa roti. Waktu itu romo dikasih oleh salah satu saudara romo yaitu roti. Atau gimana ya, pokoknya itu roti romo tapi karena romo tidak suka roti jadi akhirnya dikembalikan lagi sama dia. Suatu saat aku merasa sesak nafas, lalu aku menangis karena aku takut kena Covid 19. dan sore harinya, aku, Adya dan bude Sulis pergi ke apotek untuk membeli Vicks. Soalnya aku minta Vicks, biar gak terlalu sesak nafas gitu. Lalu saat pulangnya ada mobil grab dan ada yangti, yangkung, mbak Intan dan keluarga Jogja lainnya. Lalu kami memasuki rumah. “Assalammualaikum” bunda menjawab “waalaikumsalam”. Yangti ternyata membawa minuman degan yang dicampur madu (kalo tidak salah ya). Lalu kami meminum degan tersebut.
Suatu hari… Kami dan keluarga Jogja ingin menengok romo, tapi tetap dibatasi oleh kaca kamar. Sedangkan aku dan yangti pergi ke klinik teduh, sebelahnya RS. dr. Oen, tempat romo dirawat. Setelah aku diperiksa, aku bertanya pada dokter “dok, paru paruku bersih nggak?” Lalu dokter menjawab “bersih kok, adik cuma harus makan buah dan sayur ya” “tadi pagi aku makan sayur kangkung dok” jawabku dengan polos karna waktu itu aku kelas 3 SD. Lalu susternya ketawa. Setelah itu kami kembali ke mobil dan keluwes gentan. Disana aku membeli buku cerita berjudul “Abu Ubaidah bin Jarrah”, salah satu sahabat nabi Muhammad yang dijamin masuk surga. Setelah itu kami pulang ke rumah.
1 minggu kemudian… Rencananya romo akan dipindahkan ke rumah sakit Bethesda, di Jogja. Aku, bunda dan keluarga jogja dimobil Terios hitam. Sedangkan romo rencananya akan di mobil Ertiga merah. Romo tidak pake ambulan soalnya dia tidak mau. Dan Alhamdulillah hasilnya negatif. Tapi karena dia masih harus dirawat jadi dia dipindahkan ke RS. Bethesda.
Malam harinya… Aku duduk bersama keluarga Jogja lainnya di kursi teras yang disediakan RS. Kami habis makan bakmi. Aku sebenarnya ngantuk. Kalo tidak salah sudah jam 9 malam. Lalu aku dan bunda mencari tempat romo berada. Namun karna tidak terlihat, akhirnya aku dan bunda memutuskan untuk keluar, namun saat sampai di pintu keluar, tiba tiba bunda melihat romo di ruangan dekat pintu keluar. lalu kami melihat keadaan romo. tapi kami memilih untuk tidak masuk ke ruangan. Setelah itu kami keluar. Dan beberapa menit kemudian, kami diberitahu dari hasil swab, romo dinyatakan positif. Sentak aku dan bunda kaget. “lho, bukannya hasil swab di RS. dr. Oen hasilnya negatif, kok disini hasilnya positif?” Itulah yang ada di pikiranku dan bunda. Setelah itu kami menginap di rumah bude Rin.
1 minggu kemudian… Romo rencananya akan isolasi mandiri di rumah Eyang, di sebuah kamar di aula rumah Eyang, dan yangkung yang mengurusnya.
Di solo… Suatu saat yangti sakit demam. bahkan saat sholat yangti sholat sambil tiduran karena gak kuat berdiri atau duduk. ia kehilangan nafsu makannya. hanya mau makan nasi putih. Kejadian itu berlangsung 2 hari. Selanjutnya bunda yang sakit demam. Waktu itu bunda sempat kehilangan indera penciumannya. Kejadian itu juga berlangsung 2 hari. Alhamdulillah, bunda sudah sehat kembali…
2 minggu kemudian…. Alhamdulillah setelah isolasi mandiri, romo sudah negatif, hanya saja untuk sementara romo jangan bekerja dulu. Dan aku dan romo harus minum air hangat. Karena kalo minum air dingin ntar takutnya gatal tenggorokan. Saat romo sampai rumah aku menghampirinya lalu menyalimi tangannya.
Beberapa hari kemudian…. Suatu yangti ingin pulang ke Jakarta, namaun karena yangkung masih harus berada di Solo, jadi yangti akan pulang bersama bude Titi menaiki bus Agramas. Meski begitu tujuan merka berbeda. Yangti ingin ke Jakarta, sedangkan bude Titi ingin ke Serang.
Beberapa hari kemudian di Jogja… Eyang dan bude Titi terkena Covid 19. Akhirnya, Eyang isolasi mandiri di rumahnya. Dan suatu saat aku, romo, Adya dan dede Rafa vidio call sama bude Titi. romo menyuruhnya untuk berobat. Akhirnya dia berobat.
Beberapa hari kemudian… (yangkung sudah pulang ke Jakarta) Suatu ketika bunda mendapat SMS dari mbak Rahma. Ternyata isi SMS itu adalah berita duka. Dan ternyata, Innailahi wainailahirojiun. Bude Titi meninggal karena terpapar Covid 19 dan telat berobat. Bunda langsung menelepon yangti tentang berita duka tersebut. Awalnya romo ingin mengikuti prosesi pemakaman. Tetapi bude Sulis mengingatkan kalau romo baru saja sembuh. Takutnya ntar kena Covid 19 lagi. Aku syok mendengar berita tersebut. Karna sebelum dia pulang ke Serang kami pernah makan bersama di soto Soempil.
Malam harinya aku tidur di kasur bawah, jadi aku tidur dekat bunda. Soalnya aku takut. Tiga hari kemudian setelah aku merasa sudah tenang. Aku kembali tidur di tempat tidur tingkatku.
15 Januari 2022… Aku, Mawar (saudara sekaligus sahabatku), dan keluarga Jogja lainnya memasuki area kuburan. “Assalammualaikum ya kubur” kata kami saat memasuki gerbang kuburan. Lalu kami sampai dikuburan bude Titi. Kami berdoa dengan kusyu. Setelah itu kami mencuci tangan dan kaki. Aku dan Mawar berpegangan tangan seraya keluar dari gerbang kuburan. (Cerita ini berdasarkan kisah nyata dan kejadian ini terjadi tahun 2020)
Cerpen Karangan: Cintya Vidya Sasikirana Kelas: 4 SD Lahir: 11- November- 2011 Hobi: membaca, mengarang Agama: Islam Alamat: Kec.Baki, Solo, Jawa tengah Terimakasih bagi yg telah membaca cerpenku jaga kesehatan kalian ya. Patuhilah Prokes
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Februari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com