Saat ini aku sedang berada di kamarku, memandang jendela kamar sembari mengerjakan pekerjaanku. Meja belajarku terletak di dekat jendela kamarku tentu saja yang menata kamarku adalah diriku sendiri. Aku sendiri adalah seseorang yang menyukai langit terutama awan-awan yang terletak di langit. Dari jendela kamarku aku bisa melihat langit setiap hari, saat pagi hari biasanya awan akan terlihat berwarna putih, lalu saat siang hari awan sedikit sedangkan warna biru langit lebih mendominasi, saat sore hari langit perlahan berubah menjadi warna jingga yang kemudian saat malam hari aku sudah tidak bisa melihat awan karena aku hanya bisa melihat langit yang berwarna gelap. Saat hari sudah malam aku menutup jendela kamarku dengan kain gorden yang berwarna hijau polos lalu tidur.
Keesokan harinya aku berangkat menuju ke sekolah dengan sepedaku seperti biasa, sepanjang perjalanan mataku memandang banyak sekali pemandangan indah yang dihasilkan di kota yang saat ini aku tinggali. Taman kota dengan tanaman-tanamannya yang cantik, Jalanan di kota yang bersih tanpa ada sampah, orang-orang beraktivitas seperti biasa, dan juga awan-awan yang berbentuk indah menghiasi langit di pagi ini.
Lalu saat pulang dari tempat les di sore hari aku kembali mengendarai sepeda pemandangan yang aku jumpai membuat rasa lelahku menghilang. Aku sangat bersyukur dan juga berterimakasih kepada tuhan karena sudah menciptakan pemandangan yang indah ini. Oleh karena itu setiap hari aku tidak ingin mengeluh dan justru merasa sangat bahagia, terkadang aku heran kenapa manusia selalu mengeluh setiap hari?. Maka jawaban dariku adalah mereka lupa untuk melihat ke atas karena mereka lupa untuk mengingat Tuhan.
“Nak mari masuk sudah mau malam nih” “Iya ma sebentar lagi”
Aku masuk ke rumah saat Mama memanggilku, dalam hidupku Mama adalah salah satu orang yang mengajarkanku banyak pelajaran dalam hidup dan salah satu dalam pelajaran itu adalah tentang bersyukur. Tapi hal yang membuatku penasaran adalah pernahkah awan bersedih?.
Sudah lama sejak musim panas tiba di kota kami aku jarang melihat awan menangis, kurasa awan saat ini ingin selalu tersenyum dan bahagia. Sejujurnya aku rindu dan lebih memilih awan untuk selalu menangis, tapi aku sendiri tidak terlalu berharap dan juga tidak memaksa.
Sebulan saat aku bersepeda pemandangan yang kutemui membuatku ingin marah, di jalanan aku menjumpai kemacetan dari kemacetan itu banyak sekali kendaraan yang mengeluarkan asap gelap pekat yang berlebihan hingga menyentuh awan.
“Jangan sakiti awan itu” Kataku dalam hati.
Aku kembali ke rumah dengan membawa sepedaku secara cepat untuk menghindari pemandangan yang membuatku marah, aku tidak sadar bahwa aku membawa sepedaku terlalu cepat hingga aku tidak sempat mengatur posisi untuk menyentuh rem sepeda yang membuat sepedaku dan juga diriku tersandung lalu terjatuh. Sebisa mungkin aku berdiri sembari menahan rasa sakit di badanku.
Saat aku berdiri aku merasakan bahwa rambutku disentuh oleh setetes air yang jatuh dari arah atas, setetes air itu lama-lama menjadi deras yang membuatku tersadar air yang terjatuh itu berasal dari AWAN YANG MENANGIS
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca ceritanya. Perkenalkan namanya Shofa Nur Annisa Deas. Saat ini dirinya sedang mencari cerita hidupnya karena menurutnya setiap hidup itu adalah cerita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com