“Perhatian! Kepada seluruh peserta, pengumuman hasil akhir akan ditampilkan pada layar monitor ruang teater, sebelah kiri gedung Sastra Inggris, setelah jam makan siang! Terimakasih.”
Ya, hari ini adalah hari yang paling dinantikan oleh seluruh peserta “66 Days Project” untuk melihat hasil seleksi penulis terbaik dan terpopuler. Termasuk Gyzarta yang ikut berpartisipasi dalam project akhir tahun ini.
66 Days Project ialah project tahunan yang diadakan oleh sekolah bertajuk kebahasaan di kota ini. Xavega Laguage School, bukan sekolah menengah atas seperti sekolah lain. Xavega terkhususkan untuk anak-anak yang minat dibidang kebahasaan.
Beberapa bahasa yang menjadi pilihan di sekolah ini antara lain; Bahasa Indonesia, Melayu, Mandarin, Inggris, Belanda, Jepang, Korea, China, dan Arab.
Dengan total 7 gedung dan puluhan ribu siswa menjadikan Xalascho dikenal publik lantaran sistem belajar yang berbeda dengan sekolah lainnya. Bahkan, Xalascho pernah menjadi sorotan negara berkat kejuaraannya dalam lomba International Language.
Tiingg! Notifikasi pesan menghancurkan lamunan Gyzarta yang sedang duduk di balkon gedung Sastra Indonesia.
unread message Ghevaya Kantin gedung seminar English 12.15 Alzax, Geinard juga bersamaku 12.17 7 menit kutunggu hingga terlihat batang hidungmu. 12.18 read
Tanpa banyak bicara, Gyzarta segera bangun dan berjalan menuju lift untuk turun. Gedung seminar Inggris bersebelahan dengan gedung Sastra Indonesia. Gadis pemilik rambut hitam legam ini terus menyusuri koridor dengan langkah panjang. ‘Bagaimana nanti jika Gheva kecewa setelah mengetahui semuanya?’ sembari berjalan, pikiran Gyzarta dipenuhi oleh puluhan pertanyaan yang muncul di benaknya. Apapun pertanyaannya, yang pertama ia pikirkan adalah, bagaimana tanggapan Ghevaya mengenai dirinya nanti.
“Lewat tiga menit, apa lift gedung sastra mengalami kemacetan?” sindir Gheva setelah melihat Gyzarta yang baru saja muncul di sampingnya. “Jika ada teknik teleportasi di dunia nyata, aku tidak akan membiarkan energiku terbuang sia-sia hanya untuk berjalan dan menemuimu untuk makan siang,” acuh Gyzarta. “Sudah! Hari ini pengumuman hasil akhir, aku yakin salah satu di antara kalian ikut terdaftar dalam dua peringkat teratas,” Geinard berucap di sela makan siangnya. “Yakin? Aku justru tidak percaya akan hal itu,” pungkas Gyzarta.
Alzax tertarik dalam percakapan kali ini, “Karyamu?” “Want It, Misteri/Thriller, 266 halaman, dark cover, Elthyan publishing, dengan nama pena Gyzart Zacx Qhuesa.” Jawab Gyzarta dalam satu tarikan nafas. Dua detik setelahnya, dua gadis dan satu pemuda di hadapannya itu bungkam. Mereka bertiga menatap Gyzarta dengan tatapan tidak percaya.
“Elthyan publishing? Are you seriously?” ketiganya berucap dengan pertanyaan yang sama. Gyzarta tidak menjawabnya, namun yang dia lakukan adalah membuka case pelindung ponselnya dan menunjukan apa yang dia punya. ID card milik salah satu staff yang bekerja di Elthyan publishing. Semuanya ternganga dengan pemandangan di depan mereka.
‘Five minutes to the final result announcement!’ Bunyi speaker menyadarkan mereka untuk menyelesaikan makan siang dan segera menuju ke gedung Sastra Inggris.
“Habiskan makanan siangnya, aku akan menyisakan tiga bangku untuk kalian, sampai berjumpa kembali di gedung SI.” Gyzarta meninggalkan ketiga temannya, lantas kembali berjalan dengan suasana hati yang tidak karuan.
Ratusan peserta duduk berjejer di kursi yang disediakan panitia. Gyzarta memilih kursi di bagian paling kiri yang sepertinya belum terisi penuh. Benar saja, tak lama tiga temannya muncul dan duduk bersamanya. “Yakin, Gy?” Geinard masih belum percaya. “Apa ada yang salah? Tidak ada S&K khusus untuk mengambil penerbit bukan?” Baiklah, Geinard tediam atas ucapan Gyzarta. Toh juga tidak ada yang salah.
Sambutan demi sambutan telah selesai, dan kini saatnya pengumuman dua peserta terbaik di acara tahunan ini. Semuanya gelisah, berharap bisa mencapai apa yang mereka inginkan.
“Hasil keputusan dari juri beserta para pendiri kelas Sastra, dengan acuan sesuai syarat dan ketentuan pemenang. Berikut ini akan kami sampaikan dua peserta peraih posisi teratas!” sang pembawa acara membuka dua kotak yang berisikan nama peserta beruntung di tahun ini.
“Peraih posisi kedua teratas, dengan judul …” Keadaan semakin sunyi ketika pembawa acara menggantungkan kalimatnya.
“Remember You Want Me, a story’ by Triple Rayn, Zero Hour Publishing, dengan pencapaian penjualan sebanyak 482 eksemplar buku dalam jangka waktu lima belas hari. Atas nama Al Zaidan Chrezhyan, tingkat tiga kelas Sastra Indonesia, silahkan untuk maju ke depan!”
Riuhnya tepuk tangan menggema di ruangan luas ini. Zaidan dengan gagah melangkah maju kedepan. Siapa yang tidak bangga jika namanya disebut dalam sebuah pencapaian?
“Peraih posisi pertama, karya terbaik yang mencapai 1499 buku terjual sepekan terakhir,” “Elthyan Publishing … ”
Alzax, Geinard, dan Ghevaya menoleh bersamaan ke arah Gyzarta. Sedangkan peserta yang lain riuh menampakan ketidaksetujuan mereka atas apa yang di ucapkan oleh pembawa acara. ‘EP tidak pantas untuk acara ini!’ ‘Elthyan sampah!’ ‘Apa kalian tidak salah pilih, dewan juri?! ‘Huu! Cari penerbit yang lebih tinggi! Penerbit gadungan seperti itu tidak layak menitipkan namanya di sini!’ Begitulah cemoohan dari mereka yang tidak setuju dengan hasil keputusan. Namun, Gyzarta hanya bisa berdiam diri, ia tidak yakin kalau karya yang di sebutkan nanti adalah karyanya.
“Kepada para peserta dimohon tenang!” Bapak kepala kelas Sastra Belanda turut bersuara dalam situasi ini. “Sekali lagi, ini adalah hasil perhitungan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang sudah tertera!” “Saya lanjutkan, karya yang bertajuk Want It, karya Gyzart Zecx Qhuesa menempati peringkat teratas dalam 66 days project tahun ini. Kepada Xiela Gyzarta Absheera, dimohon untuk maju kedepan!”
Gyzarta terdiam sejenak. Dia tidak percaya akan apa yang didengarnya. Gadis ini berdiri, seketika dirinya menjadi sorotan para peserta. ‘Tenangkan dirimu Gyza, kau sudah biasa menemukan hal seperti ini!’ batin Gyzarta menguatkan dirinya sendiri.
Ia berjalan ke depan sembari menunduk. Beberapa ejekan masih terdengar di telinganya kala Gyzarta melewati mereka-peserta lain.
Tidak perlu memakan waktu lama, panitia yang ditugaskan untuk memberikan penghargaan kepada sang juara, beserta perwakilan kepala tiap kelas Sastra, mengucapkan selamat kepada Gyzarta dan juga Zaidan. Tidak banyak dari mereka yang mulai meninggalkan acara ini. Zaidan kembali pada tempatnya, begitu juga dengan Gyzarta.
Hal yang tidak diinginkan kembali terjadi. Saat Gyzarta berjalan kembali menuju tempatnya, banyak diantara mereka yang melempar barang-barang kecil kepadanya. Seperti gulungan kertas, botol minum, dan beberapa barang yang layak untuk dibuang. Gyzarta tidak malu ataupun marah, dia hanya diam tanpa menanggapi sekitarnya. Justru Gheva yang merasa tidak setuju dengan kemenangan temannya. Ya, publik hanya tau jika Gheva dan Gyzarta sebatas teman. Namun, entah apa yang masih mereka sembunyikan.
Tiga sahabat yang Gyzarta kira turut bahagia atas kemenangan dirinya, kini sudah tidak terlihat batang hidungnya. “Huhh! Baiklah!” Gyzarta hanya bisa mengeluh pelan.
Setelah kejadian tidak berperikemanusiaan yang menimpa Gyzarta di sekolah, kini saatnya hal itu terulang kembali di rumah. Sertifikat penghargaan yang ia pegang segera diambil ibunya, lalu dimusnahkan dengan cara membakar sertifikat itu di hadapan Gyzarta. “Sampai kapan kamu mau terus menghina keluarga ini lewat kemenanganmu di acara tulisan tulisan itu, huh?!!” sentak Sheera—Ibu Gyzarta.
Gyzarta masih diam. Sampai ada seseorang masuk sembari membanting pintu kamarnya. Kemudian setelahnya berjalan ke lemari kaca tempat Gyzarta menyimpan piala miliknya. Diambilnya kursi yang ada di sana, lantas di lempar ke etalase itu. Gyzarta masih terdiam.
“LO GAK PANTAS SEKOLAH DI SANA, GY! NAMA GUE TURUN GARA-GARA, LO!!” bentak gadis yang baru saja menghancurkan etalase Gyzarta. “DAN KENAPA LO PILIH PENERBIT TERTINGGI ITU, HAH?! OH, ATAU JANGAN-JANGAN LO MAU CARI KEPOPULERAN?!” Elthyan Publishing adalah salah satu penerbit terkenal yang justru banyak di benci orang-orang karena kepopulerannya yang sangat sulit untuk digeser dalam posisi penerbit terbaik.
“LIHAT KARYA SAMPAH LO ITU! LO CUMA PUNYA SEPULUH KARYA AJA UDAH BELAGU PAKE MAIN-MAIN SAMA PENERBIT GEDE! APALAGI KALO BANYAK?!!” “Apa salahku jika itu kemauanku? Aku tidak memaksa kalian suka dengan apa yang aku punya, karena apa? Aku sama sekali tidak membebani kalian!” sahut Gyzarta. “Apa kalian peduli dengan hidupku? Tidak, ‘kan?! LANTAS KENAPA KALIAN BENCI DENGAN PENCAPAIANKU? BUKA MATA KALIAN!! DI MANA LETAK HATI NURANI KALIAN SELAKU IBU DAN SAUDARA KEMBARKU? DI MANA?!!” Amarah yang selama ini ingin Gyzarta sampaikan, sekarang ia luapkan. Gyzarta berjalan ke sebelah kanan kamarnya, mengambil gagang pintu, kemudian membukanya lebar-lebar. Sheera dan Ghevaya terdiam, terkejut dengan apa yang ada di dalam sana.
“See? Jika kalian merasa terbebani, aku akan pergi saat ini juga. Penerbit besar memintaku melakukan kontrak bersama mereka, untuk gajinya sendiri lumayan fantastis. Jadi, kuharap kalian bisa menjaga apa yang ada di ruangan ini dengan baik. Atau mungkin kalian mau menjualnya? Aku tidak peduli. Terimakasih atas 17 tahunnya, dan sampai jumpa di lain waktu. Permisi!” Gyzarta benar-benar pergi meninggalkan dua manusia yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Sekitar tiga rak buku ukuran besar, dengan ratusan buku yang mengisi setiap raknya membuat Sheera dan Gheva terdiam. Keduanya baru tahu apa yang disembunyikan Gyzarta selama ini.
Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan, Gyzarta telah pergi menemui lingkungan yang lebih menerimanya. Tidak disangka, seorang Xiela Gyzarta Absheera ialah sosok penulis besar terkenal di usianya yang masih sangat muda. Bahkan karyanya sudah terkenal oleh tanah air. Tidak heran jika projectnya menempati peringkat pertama, karena para pembaca karya Gyzarta tau yang mana karya asli miliknya.
Sekali lagi, jangan menilai sesuatu hanya dari satu sisi. Yang tinggi saja banyak yang merendah hingga rela di rendahkan. Satu lagi! Tunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya, jangan pernah takut untuk mencoba hal baru yang kadang mampu merubah kehidupan menuju yang lebih baik.
Cerpen Karangan: Erista Eriviani Devi
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com