Di dalam hidup warna dipercaya hadir sebagai hal yang penting dalam hidup, itulah hal yang selalu dipercayai oleh Losya sebagai seorang seniman di negaranya. Saat ini Losya sedang duduk di meja belajarnya sembari memandang jendela untuk mencari inspirasi, dari arah lain seseorang memasuki ruangannya yang menyebabkan pintu ruangan kamar itu mengeluarkan suara dentuman yang besar.
“Maaf, tapi Losya kau harus tahu bahwa…” “Apa!!” “Bahwa sebentar lagi teman lamamu tiba disini” “Teman lama?” “Benar” “Kenapa disini bukan di hotel” “Karena kau yang menyuruhnya” Losya sedikit terkejut. “Aku sudah lupa, tapi apa boleh buat”
Lalu asisten sekaligus sepupunya Losya yang bernama Jeywa pergi keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Losya yang masih sibuk mencari inspirasi. Jika kalian penasaran mengenai inspirasi Losya maka jawabannya adalah Losya mencari inspirasi untuk lukisannya yang harus segera ia selesaikan seminggu lagi namun hingga saat ini kanvas lukisannya masih kosong yang menandakan bahwa Losya sama sekali belum menyelesaikan lukisan itu.
Beberapa saat Losya akhirnya penat ia sama sekali tidak bisa menemukan inspirasi untuk lukisannya. Losya berjalan keluar menuruni tangga untuk ke lantai bawah, beberapa langkah lagi sebelum Losya tiba di lantai bawah. Losya bertemu dengan sosok yang ia kenal siapa lagi jika bukan teman lamanya yang bernama Kugi. “Sudah lama..” “Iya” Jawab Losya “Terima kasih sudah mengizinkanku tinggal disini” “Iya, jika perlu sesuatu hubungi saja salah satu dari mereka” Tunjuk Losya kearah lain. “Mereka selalu baik dan membantu, sekarang permisi aku harus pergi” Lalu Losya berjalan turun melewati Kugi.
Setibanya di dapur Losya mengambil minuman dan sedikit makanan, mencari inspirasi saja dapat membuat energi kita habis yang berubah menjadi rasa lapar dan haus. Dari arah lain Losya mendengar bunyi telepon dari arah ruangannya membuat Losya segera berlari kembali ke atas menuju keruangannya. “Halo” sapa Losya “Apa ini Nona Lert” “Ya saya sendiri” “Baik, langsung saja ke intinya bagaiman dengan lukisan itu” Losya terdiam sebentar memikir alasan yang tepat.
“Seperti yang kami duga, baik dengar Nona Lert, jika lukisanmu belum selesai kau sudah tahu konsekuensinya.” “Maaf merepotkan, akan segera saya selesaikan hanya saja saya belum” “Iya Nona Lert, oleh karena itu seorang ahli dari kami datang untuk menemuimu dan membantumu” “Bukankah sudah kubilang aku bisa sendiri!!” “Namun kali ini berbeda bukan, kau sekarang kesulitan terima saja dia dia tidak akan merepotkanmu” Losya merasa kesal sembari berdecak. “Memangnya siapa yang mau membantu?” “Temanmu Kugi Karow” Losya terdiam, bodoh seharusnya sadar alasan mengapa orang itu tiba-tiba datang kesini. Losya pun berpamitan lalu menutup teleponnya, saat ini Losya berniat untuk segera menuju ke Kugi hanya saja Losya tidak tahu orang itu kemana. Kilas masa lalu anatara Losya dan Kugi.
Sejak kecil karena mereka berdua terlahir dari keluarga yang terkenal, lalu mereka menjadi teman satu sekolah hanya saja saat ini mereka berdua belum bertemu hingga mereka berdua bersekolah di Asrama yang sama Kugi terkenal dengan pribadinya yang baik membuat Kugi terkenal dikalangan teman-teman sedangkan Losya dengan kepribadian yang tertutup membuat dirinya jauh dari kehidupan sosial. Losya lebih suka menghabiskan waktunya untuk menggambar hingga suatu hari Kugi lewat melihat gambar Losya Kugi merasa terpesona oleh gambarnya. Selain itu menurut Kugi Losya adalah orang yang menyenangkan karena Losya suka berpetualangan di luar tidak seperti teman-temannya yang lebih menyukai di dalam Asrama karena nyaman dengan fasilitasnya. Losya dan Kugi menjadi teman, Losya menerima pertemanan mereka dengan baik mengingat kedua orangtua mereka berteman. Namun setelah hari kelulusan mereka berdua terpisah hingga sekarang. Setidaknya begitulah kilas masa lalu antara mereka.
Sekarang hari sudah sore dan hujan deras, Losya di dalam ruangannya memandangi hujan dari jendelanya, dari bawah Losya dapat melihat Kugi sedang berlari masuk. Losya menunggu hingga tiba waktu makan malam. Saat ini Kugi berada di meja makan bersama Jeywa.
“Bagaimana dengan Losya” “Dia lebih suka makan di ruangannya” Kugi terdiam lalu segera menghabiskan makanannya, berpamitan dengan Jeywa.
Berjalan ke atas Kugi mencari ruangan Losya hingga ia yakin ketika menemukan pintu dengan ukiran yang pernah ia kenal. Kugi mengetuk pintu itu. “Ini Ku..gi” Sunyi beberapa saat. “Masuk” Kugi membuka pintu lalu masuk. Didalam Kugi mendapati ruangan tersebut diisi oleh banyak sekali kanvas dan juga rak-rak dengan cahaya yang tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap.
“Apa kau sibuk?” “Tidak kenapa?” “Kau mau jalan-jalan” “Tapi ini malam, kau tidak lelah” “Tidak, kau?” “Sama”
Singkat cerita di luar aroma tanah basah karena hujan terasa membuat Losya senang karena hujan adalah kesukaanya. Saat ini mereka berdua berjalan kaki di sekitar kediaman Lert lebih tepatnya rumah milik Losya setelah kedua orangtuanya meninggal.
“Bagaimana kau bisa menjadi bagian dari Arsni” “Arsni milik negara” Losya mengangguk “Cerita panjang, tapi itu adalah keinginanku” “Aku baru tahu” “Dan juga itu keinginan ibuku” “Ibumu sangat bangga tentu saja” “Aku tidak tahu” “Kenapa?” “Karena sebelum mendapatkan pengumuman tersebut dia sudah pergi” Losya sadar maksud Kugi. “Aku turut berduka” “Terima kasih, kejadian itu sudah lama” “Ayahmu?” “Dia juga sama seperti ibu” Rasanya sekarang Losya ingin mengutuk dirinya sendiri karena bertanya. “Aku tidak tahu dan benar-benar turut berduka” Kugi tertawa. “Sudah takdir, sekarang yang bisa kulakukan adalah berdoa untuk mereka” “Benar”
Mereka berdua berhenti di depan tanaman mawar yang berwarna merah menyala, walaupun dimalam hari warna merah bunga itu tetap terlihat indah. “Kau sering merawat mawar ini?” “Tentu saja, ini sangat berharga kau tahu” “Aku jadi teringat” Losya terdiam sembari melihat Kugi mengeluarkan sesuatu dari kantung bajunya. “Ini” “Pena?” “Pena merah ini memiliki tinta yang bagus karena warna tintanya yang terlihat terang dalam kegelapan. Lihatlah!!” Kata Kugi sembari mencoretkan tinta itu di tangannya yang terlihat bahwa coretan dari tinta pen aitu berwarna merah menyala seperti mawar yang sedang mereka lihat. “Ini untukmu” “Aku, mm terima kasih” “Mari pulang, aku sudah lelah” Losya tertawa. “Kukira kau jagonya begadang” “Sekarang tidak lagi” “Yasudah mari istirahat aku tahu perjalananmu hari ini jauh” Mereka berdua berjalan menuju ke rumah.
Keesokan harinya Losya mendapatkan sebuah ide untuk lukisannya. Hingga seminggu kemudian lukisan itu sudah terpajang dia salah satu ruangan Arsni. Lukisan itu bergambarkan langit malam dengan bunga mawar merah yang menghiasinya.
“Kau suka” “Tentu saja”
Losya sadar pena merah itu menyampaikan sebuah pesan yang berisikan meski disaat terburuk rasa semangat juga hadir untuk menyinari kegelapan.
“Satu dari tujuh warna Pelangi sudah selesai”
Cerpen Karangan: Shofa Nur Annisa Deas Blog / Facebook: lovinpluie Terima Kasih sudah berkunjung dan membaca ceritanya. Perkenalkan namanya Shofa Nur Annisa Deas. Saat ini dirinya sedang mencari cerita hidupnya karena menurutnya setiap hidup itu adalah cerita
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com