Aku berada di tengah keramaian. Di sebuah bangunan besar nan megah. Kulihat sekelilingku banyak kios-kios yang menjual berbagai macam sandang pangan di sana. Seperti di sebuah Mall. Tapi.. ‘Mengapa aku sangat linglung?’ kini pertanyaan itu berkecamuk di kepalaku.
“Ayo ikut aku!” ajak seorang laki-laki sambil menggandeng tanganku. Bengong. Itulah ekspresiku saat ini. Tanpa mengucap sepatah kata, aku mengikuti langkah kakinya dengan tergesah-gesah. “Aduhai, tampannya,” monologku dalam hati.
Laki-laki itu menghentikan langkahnya tepat di depan tempat dengan tulisan TIMEZONE di atasnya. Aneh, ia tak melepas tautan tangannya denganku. Hmmzz.. sedikit aneh tapi candu. “Kenapa kesini?” tanyaku. “Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu,” jawabnya membuat aku semakin bengong. “Ayo main itu!” serunya sambil menunjuk salah satu permainan. “Ah ayoo!”
Ditengah-tengah permainan aku melamun, tapi pikiranku tidak kosong. Aku mengamati manik matanya, alisnya, gigi kelincinya, senyumnya, jari jemarinya, lesung pipinya. Bahkan semua yang ada pada dirinya membuatku terlena. Seperti senapan anak panah yang tepat mengenai sasarannya, begitupun aku yang jatuh hati padanya. Senang, bahagia, gembira, bercampur aduk menjadi satu dalam lubuk hatiku. “Ya Tuhan, apakah ini yang dinamakan pangeran tanpa kuda?” kataku dalam hati mengagumi dia.
Setelah lamanya bermain di timezone. Kami pindah ke kios yang menjual berbagai macam barang yang unik. Aneh. Hanya kata itu yang dipikiranku sekarang.
“Kenapa daritadi kamu aneh banget si?” rengekku. “Aneh gimana?” “Tiba-tiba ngajak ke timezone, terus sekarang ngajak kesini. Kamu itu—“ kataku yang terpotong olehnya. “Ini dia!” ucapnya girang, seperti menemukan sebuah barang lucu. “Ih buat apa coba?” tanyaku sambil mengerutkan dahi. “Buat di kepalamu,” ucapnya sambil meletakkan sebuah mahkota dengan motif bunga di kepalaku. “Aneh, kenapa dia bisa tau motif bunga kesukaanku?” tanyaku pada diri sendiri dalam hati. “Tuan putriku cantik banget, lucu lagi. Ihh gemes,” katanya sambil mencubit pipiku gemas yang berhasil membuatku bergidik geli dan pipi memerah.
Kalian para readers digituin gimana rasanya? Malu-malu tapi suka kan.. kayaaaa OMGG salting brutal saya. Lagi-lagi dia mengelus puncak kepalaku. Salah tingkah membuatku malu jika berada di hadapannya. Detak jantungku berdegup kencang. “Ya Tuhan, mahkluk apa yang kau kirimkan padaku ini? Kenapa tingkahnya begitu lucu sampai membuatku jatuh hati padanya,” ucapku dalam hati.
Setelah keluar dari kios tersebut, kami berjalan beriringan seperti orang berpacaran. Banyak pasang mata yang melihat ke arah kami dan berkata. “Aduh, mbaknya lucu banget,” “Masnya juga, ganteng lagi,” “Serasi banget, deh,” “Ihh cocok banget,” Begitulah kata-kata yang aku dengar saat menyusuri jalanan bersamanya. Dipikir-pikir memang cocok sih. Aku bagai tuan putri yang cantik jelita dan dia bagai pangeran yang handsome. Aduh.. kayak Romeo dan Juliet aja.
Sepanjang jalan aku senyum-senyum sendiri, mungkin orang lain yang melihatku sudah menganggapku gila. Jika ditanya, bagaimana perasaanku sekarang? Tentu senang sekali. Perasaanku saat ini seperti bunga yang mekar, dikelilingi kupu-kupu indah di atasnya. Sangat bahagia.
Kami berdua duduk bersebelahan di kursi kios yang bernama Rochket Chicken. Memesan makanan yang tak kunjung datang. Manik mataku menikmati pemandangan indah. Jari jemari tanganku digenggam erat olehnya. Sungguh suatu momen yang sangat berkesan.
“Mau dinyanyikan lagu gak?” tanya nya dengan nada rendah di dekat telingaku. “bo—” “Maaf kak, ini pesanannya,” ucap pegawai kios sambil menyodorkan makanan. “Ngganggu aja mbak!” cibirku dalam hati kesal. “Sudah gapapa, nanti aja. Ayo dimakan dulu!” ucapnya seakan tau isi hatiku.
Kami menyantap makanan hingga tersisa tulang belulangnya. Setelah itu kami tak langsung beranjak pergi. Menikmati tawa manisnya, bersenda gurau dengannya, bahkan bercerita. Itu semua sangat menjadi candu jika bersamanya.
“Aku boleh mengecup pipimu yang lucu ini ngga?” katanya sambil memegang pipiku yang memerah. “Kenapa harus minta izin dulu ih,” rengekku malu. “Kalau boleh, tutup matamu!” suruhnya.
Aku pun menutup mata dengan malu-malu kucing sambil tersenyum tipis karena hati yang berbunga-bunga. Mulai merasakan sesuatu yang mendekat ke arah wajahku. Kehangatan mulai menerpa, merasakan seperti meteor jatuh di wajahku. Dengan cepat aku membuka mata.
“Bunda hentikan Bundaaa!” “Bundaaa!” “Sudah Bundaaa!” Teriakku. Benar saja, percikan air hangat dari Bunda membuatku bangun dari tidur. Melepaskan mimpi indahku dengan terpaksa, hampir saja ada kecupan. Malah bubar. Sungguh menjengkelkan.
“Nah, bangun to akhire,” ucap Bunda sambil memperhatikanku. “Bunda mahhh! Tadi aku lagi mimpi indah lho Bund..” “Oalah mangkane to kamu tidur sambil senyam-senyum,” ucap Bunda sambil tertawa. “Sial!” umpatku. “Belum kenalan lagi, semua ini gara-gara Bunda!” teriakku sambil mengacak rambut kesal. “Lihat jamnya!” perintah Bunda. “Waduh, aku telat bangun.” “Bunda ngga ngebangunin aku lebih cepet! Ihhh Bundaaa!” “Jadi kesiangan kan ini!” “Bikez bikez bikez! Bikin kesel dehh!” “Hadehh, salah lagi, dasar anak perempuan!”
Cerpen Karangan: Richa Lailatus Zhahro
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Juni 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com