“Ihhh… NAYAAA!!!” Omelku kepada adikku yang tengah asyik mencoret-coret bukuku, gerakan tangannya terhenti saat aku merebut buku itu dari genggaman tangannya. “Huaaa.. Bundaa.. Kakaknya jahat..” What?! ‘jahat dia bilang?’ pikirku. Tak kusangka adikku akan mengataiku seperti itu.
Yaps, kenalkan aku Dera, dan ini adikku Naya. Kami berdua mempunyai hubungan yang bisa dibilang ‘tidak bisa akur’, entah mengapa aku sangat kesal dengannya. dia itu suka cengeng, manja, sok tahu, pengadu, dan masih banyak lagi sifat-sifatnya yang sangat aku tidak sukai.
“Dera.. kamu apain adikmu sampai nangis begitu?” tanya bunda marah kepadaku. ‘sial!’ umpatku dalam hati. “Bunda apaan sih? Belain Naya ajah terus.. dia itu udah coret-coret buku aku bun..” “buku apa sih? Kan kamu bisa beli lagi” ujarnya. “udah, ah. Bunda mah gak tau ini buku apaaa… ini itu buku tulis MTK bun.. udah gurunya galak lagih.. nanti aku kena omel sama dia. Masa aku harus tulis ulang lagi semuanya, sih!” Keluhku kesal. “Braakkk..” aku menutup pintu kamarku dengan cukup keras.
“Deraaa.. apa-apaan sih kamu?!” teriak Bunda dari depan kamarku. Tapi aku pura-pura tidak mendengarnya, kukunci pintu kamarku, kumatikan lampu, lalu aku mulai menangis dibalik bantal doraemonku, dan tak sadar aku pun mulai terlelap.
“Dera.. sarapan dulu, yuk sayang..” ucap Bunda lembut, saat aku menuruni tangga dari kamarku. Aku hanya diam, lalu aku mengambil sepatuku dan berjalan menuju pintu. “Dera.. kamu gak sarapan dulu, nak?” tanya Bunda lagi, aku hanya menggelengkan kepalaku. “aku tau, kak Dera pasti laper kan?” ‘anak kecil sok tahu banget sih’ batinku kesal. Bunda mendekatiku dan menarik tanganku pelan menuju meja makan. Lalu Terciumlah aroma makanan favoritku Nasi Goreng Special buatan Bunda. Bunda menambahkan porsi makanku sambil tersenyum kepadaku.
“loh, Bunda. Kok kak Dera dikasihnya banyak banget” Protes Naya. “emangnya Naya mau dikasih banyak juga? Nanti Naya makannya gak dihabisin” “Naya habisin kok Bunda…” kemudian Bunda pun juga menambahkan nasi goreng ke piring Naya. “Yeayyyy” Ujar Naya girang. Setelah itu, aku pun tak memedulikan Naya dan asyik menyantap sarapanku. Sementara Naya berceloteh lucu yang membuat Bunda sesekali tertawa. Mungkin menurut banyak orang dia memang lucu dan imut, dan pastinya banyak orang yang suka melihatnya. Tapi, menurutku dia adalah perebut kebahagianku dan kasih sayang Bunda dariku.
Setelah menghabiskan makananku Bunda memintaku untuk mengantar Naya ke sekolahnya. Satu permintaan yang selalu diperintahkan Bunda dan selalu kutolak berkali-kali dengan banyak macam alasan. “aku sudah telat Bunda..” atau “hari ini aku ada jadwal piket, Bun.. jadi aku harus berangkat awalan” dan masih banyak lagi macam-macam alasan yang selalu kukeluarkan demi menghindari permintaan Bunda itu. “kali ini ajah.. Ra. Soalnya Bunda hari ini mau ke pasar beli keperluan buat arisan nanti di rumah.” “Hah, hari ini ada arisan di rumah Bun?” Bunda mengangguk. “Berarti ada Mamah Indah dong, Bun?” tanya ku tak percaya, Mamah indah adalah sahabat Bunda yang sangat dekat kepadaku. “Ada dong.. kan setiap arisan semuanya wajib datang” “Mamah Indah, siapa Bun?” tanya Naya kepo. “Sahabat Bunda” ujar Bunda lembut sambil mengelus rambut Naya. “ya udah Naya aku anterin, ayo cepat!” “Yeayyy… naik motor sama kak Dera” lalu Naya nangkring didepanku “ayo kak berangkat” suruhnya.
“aku berangkat dulu ya, Bun” aku menciumi tangan Bunda yang kemudian disusul Naya, dan Bunda pun mencium pipi Naya “ Naya juga ya, Bun” “Iya.. Hati-Hati ya..”jawabnya.
Sepanjang perjalanan Naya berceloteh riang, terkadang ia bersenandung menyanyikan lagu anak-anak.
“Kak Dera…” panggilnya, aku tak menyahut. “kenapa sih kak Dera selalu marah-marah sama Naya? Padahal kan Naya cuma..” “ekhem..”aku bergumam “Udah sampai nih, Nay. Turun gih!” Naya pun turun dari motor lalu mencium tanganku
“Kak Dera.. Hati-hati ya.. Dadah kakak..” lambainya. lalu aku pun pergi menuju sekolahku di SMPN TAMBUN MUTIARA, dan aku duduk di kelas 3 SMP, umur aku dan adikku beda 9 tahun, aku berumur 14 tahun dan dia berumur 6 tahun. Ya, Naya baru saja memasuki sekolah di SDN PERMATA HATI semester lalu. Sedangkan ayahku, dia adalah seorang pengusaha yang memiliki cabang perusahaan dimana-mana, yang membuat ia sibuk dengan pekerjaannya. Jadi ia harus pulang 1 bulan sekali, karena terkadang ia harus keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi ayahku ini sangat perhatian kepada anak istrinya dan tidak pernah pilih kasih dengan siapa pun.
“Assalamualaikum… Dera pulang.” Salamku “wah.. jadi ini yang namanya Dera..” “Hei Dera apa kabar?” dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan teman-teman Bunda saat ku baru masuk ke dalam rumah, aku hanya membalasnya dengan senyuman. Ya, hari ini Bunda sedang mengadakan arisan di rumah bersama teman-teman kuliahnya dulu. Aku sudah menduga rumahku akan seramai ini, karena tadi aku sempat melihat banyak mobil yang terparkir di depan rumah.
“Eh Dera.. udah pulang? Ganti baju dulu gih sayang.. abis itu makan ya.” Ujar Bunda yang baru saja datang, entah darimana. “Mamah Indah mana Bunda?” tanyaku “Itu lagi main sama Naya di kamar” jawab Bunda lalu pergi. What?! Naya?! Lalu aku berfikir untuk berpura-pura melewati kamar Naya.
“loh Dera?” aku menoleh dan berpura-pura terkejut “Mamah Indah.. Mamah apa kabar?” “Mamah baik kok sayang.. kamu sudah besar ya sekarang..” “Mamah Indah ayo kita main lagi, kali ini kita main di taman yuk, Mah..” selak Naya mengganggu, sambil menarik tangan Mamah Indah. “Okeh.. Ayuk, gimana kalau Naya duluan ke tamannya nanti Mamah nyusul.“ “Beneran loh, Mah..” Mamah Indah mengangguk dan tersenyum.
“kamu kenapa sayang?” tanya Mamah Indah setelah Naya pergi. “Aku kangen sama Mamah Indah..” ujarku sambil memeluknya “Hahaha.. kamu itu masih saja manja sama Mamah.” “lagi.. Mamah udah seperti mamahku aja sih..” “Haha.. bisa ajah kamu.” Setelah itu aku melepaskan pelukannya.
“Oh iya, Mamah ada sesuatu buat kamu. Kemarin Mamah tuh abis beli coklat dari Malaysia. Kebetulan Mamah bawa coklatnya 10 toples, 5 nya Mamah kasih ke teman-teman yang lain, lalu 5 nya lagi tadinya mau buat kamu. Tapi, Naya minta 3. Jadi Mamah kasih buat kamu 2 ajah ya.. Nanti kapan-kapan Mamah bawain lagi deh.” ‘lagi-lagi Naya, kenapa sih Naya selalu diproritaskan, Huuhh.. Sebal!’ batinku dalam hati.
“Ya udah kamu ganti baju dulu gih sana. Mamah mau main dulu sama Naya.” ‘tuh kan Naya lagi, tau ah kesal’ aku pun berlari menuju kamarku tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
Sudah Sebulan ini aku sangat kesal dengan Naya. Entah kenapa nama Naya selalu di bangga-banggakan oleh mereka didepanku. “Naya beginilah..” “Naya begitulah…” dan aku sangat kesal dengannya. Gak tau kenapa Naya akhir-akhir ini sangat menyebalkan dan membuat aku selalu merasa kesal dengannya. Terkadang aku tak segan-segan mencubitnya, sedangkan dia hanya bisa menangis dan mengadu kepada Bunda dan Ayah. Ya, 2 hari yang lalu ayah memutuskan pulang kerumah dan kesibukkannya belum bisa dibilang sudah cukup sampai disitu, ia masih sibuk mengurusi pekerjaannya, menemui kliennya lah, dan masih banyak acara penting lainnya.
“Kak Deraaa.. Kak Dera Banguunnn… Kak Dera dipanggil Ayah tuh.” Ujar Naya membangunkanku di suatu siang yang terik. “Ish.. apaan sih Nay? Ganggu aja deh.” “Kak Deraa… kak Dera.. ayo bangun” Naya menggoyang-goyangkan tubuh “Enggak mau ishh.. apaan sih, Nay..” “Kak Dera.. dipanggil Ayah di bawah ayo Kak.” “Aku bilang Enggak, ya ENGGAK!! Pergi sana!!” Bentakku keras. “Huaaa… Bundaaa.. Ayahhh.. Kak Deranyaa…” Naya berlari keluar kamarku sambil menangis kejer. “AAAaaaa…” aku terkejut mendengar suara teriakan Bunda, lalu aku pun keluar dari kamar dan menemui asal suara tersebut, betapa terkejutnya aku melihat Ayah yang sedang menggendong sosok Naya yang tengah bercucuran darah di kepalanya, aku berlari menyusuli mereka yang sedang menuju mobil yang sudah disiapkan oleh Satpam rumah kami.
“Bundaa.. biarkan aku ikut” “TIDAK! Kamu telah mencelakai adikmu, ini semua pasti gara-gara kamu.” “tidak Bunda..” belaku, namun Ayah segera menenagkan bunda dan mengizinkanku untuk ikut bersamanya.
Sudah beberapa jam kami menunggu Naya yang sedang diperiksa. Bunda masih terlihat sesenggukan, Ayah yang sedari tadi berjalan mondar-mandir dan aku yang sedang bersandar di sebuah dinding dengan penuh penyesalan.
“Ceklekk..” suara pintu terbuka “Dok.. Dokter bagaimana keadaan anak saya dok?” tanya Bunda. “Alhamdulillah anak Ibu dan Bapak tidak apa-apa, ia hanya mengalami kecelakaan kecil, dan tidak begitu parah, namun ia harus dijahit 4 jahitan di kepalanya” “boleh saya menemui anak saya, dok?” tanya bunda lagi. “Oh iya dari tadi anak Ibu selalu menyebut nama Kak Dera.. siapa yang bernama Dera?” “saya dok” ucapku. “Dera.. kamu bisa masuk sepertinya dia sangat ingin bertemu denganmu. “tapi saya kan Bundanya dok” lagi-lagi Ayah menenangkan Bunda dan aku pun masuk kedalam ruangan.
“Kak Dera.. Kakak..” Naya terus memanggil-memanggil namaku, wajahnya tetlihat pucat ‘Ya Tuhan… inikah adikku Naya?’ batinku dalam hati. Dia sangat terlihat berbeda dengan Naya yang aku kenal. Sosok yang cerewet, selalu riang, tingkah lucunya dan semuanya. “Kak Dera… kak Dera disini, hiks?” “Iya Naya.. kakak disini sayang.. jangan nangis sayang..” “maafin Naya, Kak Dera… Maafin Naya yang selalu buat Kak Dera marah, Naya sayang banget.. sama Kak Dera, Hiks, Hiks..” cairan bening mengalir dipipiku. “enggak Naya.. Naya gak salah, Kak Dera yang salah. Kak Dera juga sayanggg.. banget sama Naya. Naya cepat sembuh ya. Kak Dera janji gak akan marah lagi sama Naya.” “Janji ya kak?” “Janji, Naya..” aku memeluk sosok perempuan bertubuh mungil tersebut. Lalu tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang mengelus pucuk rambutku dari belakang, aku menoleh dan ternyata Bunda.
“Maafin Bunda juga ya, Ra..”
TAMAT
Cerpen Karangan: Adzkiya Hilya Muwafa Blog / Facebook: Askiya Hilya Askiya Hilya atau Adzkiya Hilya Muwafa ini merupakan gadis yang baru saja memasuki umur ke 17 tahun pada bulan Desember ini.
Askiya Hilya lahir di Jakarta pada tanggal 16 Desember 2003. anak kedua dari pasangan Carsim dan Mujiroh.
Ia kini tengah duduk di bangku Madrasah Aliyah kelas 11 di Pesantren Ma’had Alzaytun yang berada di Indramayu, dan keluarganya tinggal di Tambun-Bekasi.
Sejak kecil, ia sangat gemar membaca, hobinya adalah membaca buku, baik itu novel, cerpen ataupun majalah.selain hobi membaca ia pun juga hobi menulis, ia selalu menuangkan karyanya di laptop maupun di buku tulis miliknya. namun sangat disayangkan, karyanya itu tidak pernah diterbitkan, dan selalu berhenti ditengah cerita.
Sejak kecil ia selalu berangan-angan ingin mempunyai sebuah perpustakaan yang sangat besar di Indonesia, dan ia juga bercita-cita menjadi Penulis terkenal.
Selain itu, karya Askiya baru sekali diterbitkan di blog cerpenmu.com
Jika ingin lebih mengenal Askiya kalian tinggal mengunjungi akun miliknya yaitu: – Email: Adzkiyahilya16[-at-]gmail.com – Facebook: Askiya Hilya – Instagram: @ashilfaa