Pukul 11.00 WIB, 5 jam sebelum Chaos Sebuah mobil dengan bemper penyok di sana-sini terjebak di padatnya jalan. Pengemudinya, kontras dengan apa yang terlihat dalam kesehariannya, memaki-maki pengemudi lainnya. Dino sudah tidak peduli, yang ia pikir hanyalah Airin, buah hatinya. Ia harus membawa pulang Airin, pikirnya. Akan tetapi keadaan menginginkan hal sebaliknya, jalanan begitu penuh. Lumpuhnya alat komunikasi membuat semua orang keluar rumah menuju orang yang mereka sayangi untuk terakhir kalinya.
Hubungan Dino dan Airin adalah contoh dari hubungan idaman seorang bapak dan anak perempuannya. Airin yang ketika kecil selalu berlari memeluk Dino ketika Dino pulang kerja. Airin yang ketika kecil membuatkannya puisi yang masih Dino pajang di dinding ruang kantornya bersama pencapaian-pencapaian akademisnya. Airin yang pura-pura tertidur di sofa depan tv hanya untuk digendong Doni ke kamar tidurnya. Tetapi semua itu berubah 6 bulan lalu.
Dino menghela nafas panjang mengingat kejadian 6 bulan lalu yang masih jelas ia ingat. Nita adalah istri yang baik, karena Nita lah, Dino bisa mendapatkan pencapaian-pencapaian yang membanggakan. Tetapi Irma, Irma is different. Dengan Irma, Dino bisa berbicara tentang apa saja, mulai dari film, sejarah atau politik. Irma adalah wanita idaman Dino. Nita selalu menahan diri, ketika Nita dan Dino berselisih, Nita selalu memasang sikap passive-aggressive. Sedangkan ketika Dino dan Irma berbeda pandangan, yang timbul adalah diskusi. Hubungan yang awalnya hubungan diskusi akademis yang saling menghormati pandangan satu dan lainnya, barkembang menjadi hubungan terlarang.
Enam bulan lalu, ketika Dino sedang bergandengan tangan dengan Irma di sebuah mall di Jakarta, tidak sengaja mereka bertemu dengan Airin dan teman-temannya. Pandangan Dino dan Airin bertemu, tapi Airin diam saja, Dino pun begitu. Sampai 6 bulan kemudian Airin tetap diam. Hingga saat ini, Dino merasa Airin selalu memandangnya secara sinis dan juga selalu menolak untuk berbicara sedikitpun dengan Dino. Ketika itu yang ia takutkan adalah hubungan dengan istrinya yang akan hancur, ternyata hubungan yang hancur adalah hubungannya dengan Airin, anaknya. “Airin, dimana kamu nak” kata Dino lirih
Sementara itu, di rumah Nita, Irma terlihat mengetuk pintu rumah. Nita membukakan pintu. Keduanya terlihat berbincang di depan pintu, Nita terlihat tidak mempersilahkan Irma untuk masuk ke rumah. Setelah beberapa saat berbincang, Nita mengayunkan tangannya ke pipi Irma, kemudian mengusir Irma. Irma berjalan kembali ke mobilnya sambil memegang pipi kirinya yang memerah bekas tamparan Nita. Kembali masuk rumah, Nita membanting pintu rumahnya. Irma terlihat menangis di dalam mobil, kemudian mengendarai mobilnya menjauh dari rumah Nita.
Pukul 12.00 WIB, 4 jam sebelum Chaos Sebuah mobil berhenti disekitar daerah Tanah Abang. Airin terlihat keluar dari mobil tersebut. Ia mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menutup pintu. Ia beruntung ada keluarga yang mau memberikan tumpangan mobil. Tidak jauh lagi, hibur Airin dalam hati, sambil melanjutkan berjalan kaki.
Di mobil lainnya, Dino mulai kehabisan akal. Sudah jam 12 lewat dan ia belum berhasil menemukan Airin. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Nita di rumah sendiri. Akhirnya Dino memutuskan kembali pulang untuk menjemput istrinya. Di rumah, Nita menangis di sofa depan tv. Tidak ia sangka anak dan suami mengkhianatinya habis-habisan. Potret keluarga ideal yang ia idam-idamkan semenjak remaja seakan hancur berantakan. Impian yang dengan usaha keras ia bangun menjadi kenyataan ternyata tidak pernah jauh dari hanya sebatas khayalan. Anak yang ia didik sedemikian rupa dengan teganya meninggalkannya demi laki-laki. Dan laki-laki yang ia bentuk bertahun-tahun menjadi laki-laki sesuai impiannya, ternyata hanya sampah.
Siaran tv menampilkan pidato kepresidenan. Dalam pidatonya, presiden menjelaskan bahwa Chaos tidak menabrak Bumi secara langsung, akan tetapi Chaos akan tertarik oleh gravitasi Bumi dan mengitari Bumi terlebih dahulu sampai akhirnya menabrak Bumi. Estimasi waktu bertabraknya Chaos dengan Bumi akan terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Presiden mengharapkan warganya untuk tidak berpergian lagi, tetap di rumah atau berdoa bersama di rumah ibadah sekitar.
Nita tidak peduli dengan siaran tersebut. Hatinya sudah sangat terluka, dan ia merasa tidak adil ketika hanya ia yang terluka. Dengan seenaknya selingkuhan suaminya datang ke rumah dan meminta bertemu suaminya agar suaminya bisa memilih antara dia atau selingkuhannya. Dino tidak berhak memilih dan Dino harus merasakan sakit yang ia rasakan, kebohongan harus dibalas dengan kebohongan pikir Nita sambil mengusap air matanya
Pukul 13.00 WIB, 3 jam sebelum Chaos Mobil Dino berhenti di depan rumah, dengan tergesa ia masuk rumah, untuk menjemput Nita dan kembali mencari Airin. Ketika masuk rumah, Dino melihat Nita duduk di depan sofa, terlihat sangat tenang. Ada aura dingin dan sinis yang Dino rasakan ketika melihat istrinya.
“Duduk pah” kata Nita singkat. “Mana kunci mobil, pah?” Tanya Nita sebelum Dino duduk di hadapan Nita. “Mamah mau kemana?” Tanya Dino, sambil meletakan kunci mobil di meja di depan Nita duduk. “Tadi Irma ke sini” kata Nita singkat dan dingin tanpa mengindahkan pertanyaan Dino. Mendengar nama Irma, Dino langsung terdiam. “Papah minta ma…”. “Tau gak kenapa Irma tadi ke sini?” Tanya Nita, tidak mengindahkan permintaan maaf Dino. “Tadi Irma ke sini karena dia gak bisa ketemu atau menghubungi keluarganya, Irma pengen bareng sama orang yang ia cintai ketika dunia ini berakhir, sama papah” kata Irma datar. Dino terpaku, tidak bisa berkata-kata, entah karena Nita tahu tentang Irma atau karena sikap datar dan dingin Nita.
Sambil bangkit dari duduknya, Nita meraih kunci mobil. “Mamah mau ke mana?” Tanya Dino sangat lirih. “Mau ketemu Airin, mamah tau dimana Airin” Kata Nita sambil berjalan keluar rumah menuju mobil. “Oya, sebelum kehidupan ini semua berakhir, karena mamah tahu kebenaran papah, sudah sepatutnya papah tahu kebenaran mamah” kata Nita berbalik arah kembali berjalan menuju Dino. Nita mendekati telinga Dino, sambil berjinjit, ia membisikan sesuatu ke Dino.
Setelah mendengar bisikan Nita, raut muka Dino memerah, matanya terbelak, mulutnya ternganga tidak percaya apa yang dibisikan Nita. Sambil tersenyum, Nita berjalan menuju mobil, sedangkan Dino seakan menjadi batu, tidak bisa menggerakan badannya. Beberapa saat kemudian, setelah Nita menutup pintu mobil, Dino berteriak “Siapa Nitaaa? Siapaaaaaaa” Tanya Dino berteriak keras-keras. Sambil menurunkan kaca mobil, Nita menjawab, santai “Kamu gak perlu tau” jawab Nita singkat sambil melajukan mobilnya menuju kost Mirza tempat Airin berada.
Dino masih terpaku di pintu rumah, masih tidak percaya apa yang ia dengar. Dino merasa kiamatnya datang lebih awal dibandingkan yang lain. Hatinya terasa sangat sakit. Dan nampaknya Nita tahu itu, sambil mengemudikan mobilnya menjauhi rumah, bibir Nita tersenyum, akan tetapi, pipinya dipenuhi dengan air mata.
Pukul 14.00 WIB, 2 jam sebelum Chaos “Za… Mirza…” Panggil Airin sambil mengetuk kost tempat tinggal Mirza, semangat. Akhirnya setelah susah payah, Airin tiba di rumah kekasihnya. Akan tetapi setelah diketuk berulang-ulang kali, tidak ada yang menyahut. Seorang ibu tua, pemilik kost keluar dari rumah induk setelah mendengar ketukan Airin. “Nyari Mirza ya mbak? Aa’ Mirza kayaknya balik ke rumah orangtuanya di Serang mbak”.
Kepala Airin bagai dihantam batu setelah mendengar ibu itu. Mata Airin tiba-tiba terasa panas, dengan sekuat tenaga Airin menahan tangisnya. “Sebentar saya ambilkan kunci kostnya Mirza” kata si ibu kembali masuk ke rumah. “Udah mbaknya di sini saja, sebentar lagi semuanya selesai, gak usah kemana-mana” kata si ibu. “Atau kalau mbak mau, ibu sama keluarga ada di rumah induk, kita berdoa bersama, sholat bersama” lanjut si ibu. “Gak bu, saya di kostnya Mirza aja” kata Airin santun, masih berusaha tidak mengeluarkan air mata. Ketika di dalam kamar, Airin tidak mampu menahan lagi tangisnya.
Sekitar 15 km dari tempat Airin berada, Nita masih berada di mobilnya terjebak. Orang-orang banyak yang meninggalkan mobilnya di tengah jalan, menyerah untuk melanjutkan perjalanan dan memilih untuk berdoa di rumah-rumah ibadah terdekat. Nita masih belum mau menyerah, ia tidak mau menyerah. Walaupun harus berjalan ia harus berusaha menemui anak sematawayangnya untuk terakhir kalinya. Saat ini, cuma Airin yang ia punya.
Kurang dari satu jam lalu, ia melakukan hal yang tidak pernah ia lakukan kepada suaminya. Berbohong. Nita berbohong kepada Dino bahwa Dino bukan ayah kandung Airin. Nita ingin Dino merasakan sakit yang ia rasakan, apapun caranya meskipun ia harus berbohong. Impiannya hilang, kekasihnya hilang, hanya Airin yang ia punya. Nita keluar dari mobil, melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Di rumahnya, nafas Dino tersenggal-senggal. Rumah yang selalu terjaga kerapihannya di setiap centimeternya oleh Nita, berantakan. Barang-barang pajangan keramik, foto-foto keluarga dan berbagai perabotan rumah pecah berhamburan di lantai, korban dari kemarahan Dino. “Airin bukan anak kandung kamu, Airin bukan darah dagingmu” suara bisikan Nita seakan masih terdengar di telinga Dino. Sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, Dino menangis, menolak untuk percaya apa yang dikatakan Nita.
Pukul 15.30 WIB, 30 menit sebelum Chaos Langit bumi terlihat terang benderang. Terlihat Chaos makin membesar, makin mendekati Bumi. Suara adzan Ashar mulai berkumandang, suaranya sangat sendu. Di ruang kantornya, Dino memeluk puisi yang pernah dibuatkan Airin untuknya ketika kecil. Di tempat lain, di ruangan kost kecil berukuran 3 x 3 meter persegi, Airin memeluk jaket cinta pertama dan terakhirnya. Sedangkan Nita masih berjalan, belum menyerah, tidak menghiraukan Chaos yang begitu terlihat besar di langit.
Akhirnya semua gelap, tak bersisa
Cerpen Karangan: Jie Laksono Blog: kompasiana.com/atlaksono