Angkasa firandi seorang anak laki-laki berumur 15 tahun, dia anak bungsu dari tiga bersaudara dan dia adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarganya. Dari dulu dia selalu merasa terasingkan oleh keluarganya, itu terjadi karena dulu sewaktu masih kecil ada kejadian dimana setelah itu dia jadi terasingkan oleh keluarganya. Entah kenapa bila ada sesuatu yang salah pasti dirinya lah yang akan disalahkan.
Seperti saat ini angkasa baru pulang dari sekolahnya saat hari sudah gelap bukan tanpa alasan dirinya pulang telat sebab tadi tiba-tiba ban sepeda miliknya bocor jadi mau tidak mau dia harus ke bengkel dulu yang ternyata di bengkel itu sedang ramai jadi dia harus mengantri.
“Bagus banget lo jam segini baru pulang. Habis nongkrong bareng temen-temen berandalan lo itu, iya! Dan gara-gara elo nilai gue menurun dan gue diketawain sama teman-teman gue, karena punya adik memalukan seperti elo!” Ucap Amel kakak keduanya sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Mendengar perkataan sang kakak Angkasa hanya diam sambil menunjukkan wajah datarnya. Dirinya sudah biasa akan perkataan kakak-kakak dan keluarganya yang menyakiti hatinya. Melihat angkasa hanya diam saja membuat Amel geram dan langsung menarik paksa tangan sang adik menuju kearah kolam renang yang berada di samping rumah dan tanpa aba-aba Amel langsung mendorong badan angkasa ke dalam kolam tersebut. Setelah melakukan hal itu Amel seakan tidak merasa bersalah kepada angkasa malah tersenyum lebar melihat adiknya kedinginan, lalu dia segera pergi meninggalkan sang adik yang kedinginan di dalam kolam renang.
Jujur saja angkasa sudah capek dengan keadaan seperti ini, dirinya ingin sekali seperti kedua kakaknya yang selalu dibanggakan oleh kedua orangtuanya. Saling bercanda tawa, bercerita tentang kegiatan sehari-hari kepada sang mama dan papanya. Tapi itu sangat mustahil baginya bahkan dirinya berbicara didepan mereka saja ia tidak mampu, bukan karena dia tidak bisa berbicara melainkan karena dia punya masalah dengan suaranya dia gagap dan juga keluarganya juga melarangnya untuk berbicara kepada mereka.
Semuanya berawal dari waktu dia masih berusia 5 tahun, waktu itu angkasa dan kedua kakaknya sedang berjalan-jalan di taman dekat rumah mereka. Saat itu angkasa bagaikan anak pada umumnya selalu diperhatikan, disayang oleh keluarganya, dan juga selalu diprioritaskan sebab dia masih susah berbicara Kepada orang lain tidak seperti anak diusianya yang sudah lancar berbicara. Saat sudah berada di taman mereka bermain-main seperti adik kakak pada umumnya, hingga pada saat sedang asyik bermain tiba-tiba datang anak-anak lainnya hendak ikut bergabung dengan mereka bertiga. Lalu ada salah satu dari anak-anak itu mengajak angkasa bicara dan mengetahui bahwa angkasa belum lancar berbicara anak itu pun langsung mengejeknya dan juga kakak-kakaknya diikuti oleh anak-anak lainnya juga, karena merasa malu Laura sang kakak pertama pun pergi disusul oleh Amel meninggalkan angkasa sendirian di taman itu. Sejak saat itu angkasa dilarang berbicara didepan keluarganya bahkan banyak teman orangtuanya yang tidak mengetahui dirinya.
Suatu malam angkasa merasa haus, dia pun memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengambil minum. Saat hendak kembali ke kamarnya dia melihat pintu kamar milik Laura terbuka sedikit dia pun memberanikan diri untuk mengintip dan ternyata Laura masih sibuk dengan tugas kampusnya. Melihat itu angkasa berniat untuk membuatkan sang kakak segelas coklat panas favorit kakaknya itu. Setelah mengetuk pintu sebentar, sang pemilik kamar pun menghampirinya dan membuka pintu dan dia pun langsung menyerahkan gelas yang berisi coklat panas itu pada Laura yang dibalas dengan tatapan remeh dan kata-kata yang menyakiti hatinya.
“Lo sok baik gini jangan-jangan ini minuman dicampur sama racun lagi. Iya ngaku!” Ucap Laura sengit dengan tatapan menusuk. “T-tidak dan t-tidak mungkin s-saya m-melakukan itu.” Balas angkasa pelan sambil menunduk. “Sampai setelah gue minum ini dan gue kenapa-napa lo orang pertama yang gue cari, ingat itu.” Setelah mengatakan itu Laura langsung menutup pintu dengan keras membuat angkasa meringis mendengarnya. “S-selamat m-malam kak.” Kata angkasa lirih pada pintu kamar Laura. Kemudian dia pun melangkahkan kakinya menuju kearah kamar miliknya yang berada di ujung lorong.
Suatu hari saat pulang sekolah angkasa melihat rumahnya sedang di rampok oleh salah satu saingan sang papa. Seluruh anggota keluarganya berada di dalam bersama dengan para penjahat itu. Angkasa yang mengintip dari jendela dapat melihat keadaan di dalam sana, terlihat para penjahat itu membawa senjata tajam dan salah satu dari mereka yang mungkin bosnya menodongkan pistol kearah sang papa sambil berbicara sesuatu seperti memperintah.
Setelah berfikir sejenak angkasa pun melakukan hal yang pertama kali muncul di fikirannya yaitu menelpon polisi. Jika harus menunggu sampai polisi datang itu pasti akan sedikit lama dan pasti keadaannya semakin gawat, dia juga tidak bisa melihat keluarganya kenapa-napa. Apalagi sekarang salah satu dari mereka sudah menyentuh Laura, setelah memantapkan hatinya dia pun pergi menuju ke tempat para penjahat itu menyekap keluarganya. Tapi sebelumnya dia mengambil sesuatu di samping rumahnya yang tidak lain adalah sebuah pistol mainan yang sudah dia isi peluru. Sebenarnya pistol mainan itu buat dia menembak burung-burung yang hinggap di pohon dan lumayan sakit rasanya bila kena orang.
Ctak Ctak Ctak Peluru-peluru itu pun mengenai tubuh para penjahat itu yang membuat mereka mengaduh kesakitan apalagi angkasa mengincar tangan dan kepala. Melihat temannya kesakitan orang yang tidak kena langsung bersiaga, sedangkan keluarganya hanya menatap bingung. Orang yang mungkin bosnya itu berteriak meminta orang yang melakukan hal itu untuk keluar dari tempat persembunyiannya tapi tidak dihiraukan oleh angkasa.
Ctak Ctak Lagi angkasa menembakkan pistol mainannya kearah mereka, karena sudah geram si bos itu mendekat kearah sang mama dan mengancamnya menempelkan pistol ke kepala sang mama. Melihat itu angkasa tidak ada pilihan lain dia pun mengalah dan keluar dari tempat persembunyiannya lalu mendekati mereka, melihat dirinya yang mendekati para penjahat itu seluruh anggota keluarganya terkejut tidak mengira bahwa dialah orang yang akan menyelamatkan mereka. Dia meminta orang itu untuk melepaskan mamanya yang dibalas dengan tertawa remeh dari orang-orang itu si bos itu malah menyuruhnya untuk bersujud di kakinya bila mau mamanya dilepaskan. Melihatnya hanya diam saja si bos itu menjambak rambut sang mama yang membuatnya merintih kesakitan. Melihat itu angkasa pun mulai mendekat kearah mereka tanpa membawa pistol mainannya, sepanjang dia melangkah, dia harus merasakan sakit karena pukulan dari anak buah si bos itu. Keluarganya hanya bisa diam dan menatap iba angkasa yang dipukuli oleh orang-orang itu, bahkan kedua kakaknya menangis dan memohon agar sang adik tidak dipukuli lagi.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi angkasa tiba di hadapan orang itu dan mamanya tapi tubuhnya sudah tidak kuat lagi dan dia pun terjatuh. Melihat keluarganya yang khawatir padanya dan melihat tingkah semena-mena para penjahat itu membuatnya mengambil sesuatu dari saku celana sekolahnya yaitu bubuk cabai yang dia ambil dari dapur tadi Lalu dengan gerakan cepat melemparkannya ke arah orang-orang itu, karena lengah melihat teman-temannya sang papa langsung menyerang si bos itu dan angkasa membantu mamanya yang terjatuh. Karena terlalu fokus pada perkelahian sang papa dan si penjahat itu mereka tidak sadar bahwa salah satu anak buah dari orang itu mengarahkan pistolnya kearah Amel.
Dor! Mendengar suara itu angkasa berlari kencang menuju kearah sang kakak dan mendorongnya hingga timah panas itu mengenai dada sebelah kirinya, semuanya terkejut melihat apa yang terjadi pada angkasa. Tak lama terdengar suara sirene polisi datang ke rumah mereka.
“Dek kamu bertahan ya.” Laura menangis sambil meletakkan kepala angkasa kepangkuannya. “J-jangan.. nangis.. kasa gak.. s-suka liatnya.” Ucap angkasa sambil menahan sakit. “Iya kakak gak nangis.. hiks tapi kasa harus kuat ya hiks.” Angkasa hanya diam karena menahan sakit yang dia rasakan. “Pokoknya kasa harus bertahan ya kak Amel mohon.” Amel menangis sambil menggenggam kanan tangan angkasa.
Sang mama juga ikut menggenggam tangan kiri angkasa yang terasa dingin dengan air mata yang membasahi pipinya. “Kamu pokoknya harus kuat sayang. Mama papa minta maaf ya kalo selama ini selalu menyakiti perasaan kamu. Mama mohon bertahan.” “Iya kita mulai semuanya dari awal ya sayang. Sebentar lagi ambulans datang kamu harus bertahan.” Sambung sang papa. Angkasa hanya bisa tersenyum tipis kepada keluarganya, akhirnya keluarganya menganggap dirinya ada.
“A-angkasa.. sayang.. b-banget.. sama kalian.”
Setelah mengatakan itu tiba-tiba matanya menutup dan nafasnya semakin lama semakin pelan serta tangannya yang semakin dingin. Seluruh keluarganya pun hanya bisa menangis karena mereka sudah kehilangan seseorang yang berarti bagi mereka yang selama ini selalu mereka abaikan. Tak lama polisi datang dan menangkap para penjahat itu.
Setelah acara pemakaman angkasa selesai, kini keluarganya memajang foto-fotonya diruang keluarga dan ruang tamu serta mengatakan kepada semua orang bahwa angkasa adalah keluarga mereka dan orang paling penting di keluarga mereka.
The end
Cerpen Karangan: Adelia Blog / Facebook: Adelia