Matahari berjalan menuju keperaduannya menjadi tanda bahwa Rena harus kembali ke rumah dan melakukan apa yang menjadi pesan ibu tercinta. Tutup pintu, makan, sholat dan istirahatlah sejenak sebelum matahari benar-benar menghilang dari harimu. Rena, putri tersayang yang sangat patuh dengan ibunya, karena Rena sadar apapun yang ibunya perintahkan adalah suatu kebaikan buat dia apalagi ketika Rena tidak berada bersama keluarga tercintanya.
Hari ini menjadi hari yang cukup melelahkan bagi Rena. Bekerja sebagai seorang pekerja sosial sangat menyita waktu dan tenanganya, tetapi Rena menyadari hal tersebut karena itu sudah menjadi mimpi dan tujuan Rena ketika mulai masuk dunia perkuliahan. Rena tidak pernah mengeluhkan apa yang dia alami saat berada jauh dengan keluarga termasuk dalam urusan kerja dan asmaranya. Rena selalu berkata yang baik dan selalu memberi kabar gembira ke ibunya, meskipun tidak selamanya apa yang Rena sampaikan ke ibunya adalah kenyataan yang Rena alami dan semua itu dia lakukan lantaran Rena tidak mau membuat ibunya khawatir dengan keadaan Rena.
Duduk dengan ditemani secangkir kopi panas dengan foto orang tercinta pada luar cangkir menjadi obat rindu malam itu. Kadang Rena berharap bukan foto di gelas cangkirnya yang bisa menemani namun wujud nyata dari foto itu, Ibu. Terbawa dalam lamunan malam itu Rena mulai tenggelam dengan berbagai pikiran dalam hidupnya. Terdengar suara telepon bordering dari kamarnya.
“Assalamu`alaikum Nak” Suara sosok wanita yang baru saja dia lihat dalam gelas cangkirnya. “Wa`alaikumsalam Ibu, ibu belum tidur?” “Belum Nak, kamu lagi sibuk ya?” Tanya ibu dengan nada lembut. “Hari ini di tempat kerja cukup melelahkan bu, tapi Alhamdulillah semua terkendali dan terpantau aman. Hehehhe” jawab Rena dengan sedikit bumbu humorisnya. “Alhamdulillah kalau semua berjalan dengan baik, ibu khawatir tidak seperti biasanya Rena lupa telfon ibu.” Belum sempat ibu melanjutkan ucapannya Rena langsung memotong kalimat ibu. “Astagfirulloh, iya bu Rena lupa hari ini belum telfon Ibu. Hehehehe Maaf ya Bu” “Iya Nak gapapa, ibu bisa mengerti. Ibu hanya ingin tahu kondisi Rena. Rena harus jaga kesehatan jangan lupa ibadahnya jangan lupa makan”
Sudah menjadi rutinitas bagi Rena setiap hari Jumat dan Minggu pasti Rena menyempatkan bertelepon dengan ibunya karena tidak setiap hari Rena bisa telepon karena kondisi jaringan di tempat ibu yang tidak mendukung dan kadang Rena juga tidak sempat karena kerjanya.
Percakapan malam itu cukup lama, mulai dari membahas soal kerjaan, soal keluarga di rumah bahkan soal pasangan Rena. Ibu dan Rena sudah sangat akrab, sejatinya begitulah hubungan sseorang anak dengan ibu. Percakapan mereka terhenti ketika terdengar sang ayah memanggil ibu.
“Ibu sudah malam, diluar dingin segeralah masuk dan biarlah putrimu tersayang istirahat agar besok pagi kondisinya kembali Fit!” Suara ayah yang menyarankan ibu segera masuk. “Nak sudah dulu ya, disini lagi dingin dan Ayahmu mulai kangen ibu jadi disuruh masuk” Ucap ibu dengan sedikit terdengar lirih seakan agar ayah Rena tidak mendengar. “Wah wah wah ternyata ada pesaing berat ya yang ga bisa nahan kangen sama ibu” Jawabku dengan menggoda ibu. “Iya, bagaimanapun ayahmu adalah perindu yang hebat meskipun tiap hari bertemu namun rindu selalu ada dalam kamus hidupnya. Kamu ingat pesan ibu ya Nak. Jaga diri dengan baik dan selalu dekatkan diri dengan Allah” Kalimat yang selalu ibu ucapkan ketika mengakhiri dunia per teleponan antara Rena dan Ibu. “Baik malaikat hidupku, ibuku tersayang sepanjang hidupku. Ibu jaga kesehatan yaaaa do`akan selalu buat kebaikan putrimu ini” jawab Rena seolah ingin bermanja lebih lama. “Baik putriku sayang, Assalamu`alaikum” “Wa`alaikumsalam Ibu, Muuuuuaaaah”
Hari terus berjalan tanpa kita mintapun, tak terasa sudah bertemu lagi dengan hari dimana Rena selalu menyempatkan untuk bertelepon dengan ibunya. Namun kali ini percakapan mereka tidak terlalu lama karena ibu bilang sedang ada tamu.
“Selamat sore. Bisa berbicara dengan Ibu saya yang paling baik di seluruh dunia” Sapaan Rena diawal percakapan. “Sore juga, iya benar ini dengan ibu yang selalu Rena rindukan setiap saat” Jawab ibu Rena dengan kembali melempar gurauan. “Ibu bagaimana kabarnya? Sehat kan bu. Kok Rena tiba-tiba kepikiran ibu” “Alhamdulillah atas do`a putri ibu, ibu sehat selalu. Wahhh sepertinya kamu lagi rindu berat ya Nak sampai-sampai kepikiran ibu” Terdengar suara ibu sedikit berbeda dari biasanya. “Tapi ibu ayah beneran sehat kan bu?” Tanya Rena dengan sedikit curiga. “Baik kok Nak, oh iya Nak ini ibu sedang ada tamu jadi ibu ga bisa ngobrol lama-lama ya. Yang penting kamu sehat, jaga ibadahnya dan jangan lupa makan” Jawab ibu Rena dan menunjukkan seakan-akan ingin segera menutup teleponnya. “Iya bu, Rena bakal selalu ingat pesan ibu kok. Ibu juga ya semoga sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah” “Aamin, sudah dulu ya Nak. Assalamu`alaikum sayang” “Wa`alaikumsalam bu”
Sikap ibu Rena kemarin membuat Rena jadi menghawatirkan kondisi ibunya. Kekhawatiran itu dia bawa ketika kerja. Dia beberapa kali didapati sedang ketahuan pikirannya kosong. Sarah, teman kantor Rena yang paling dekat dengan Rena dan menjadi tempat cerita kehidupan Rena saat berada jauh dengan keluarganya yang saat itu melihat Rena melamun di meja kerjanya mendekati Rena.
“Hei, Ngelamun aja Neng, ada apa denganmu Ren? Adakah yang bisa kubantu untukmu?” Tanya Sarah sambil menepuk pundak Rena “Ah tidak ada apa-apa kok Sar, aku hanya kepikiran ibu saja beberapa hari ini Sar. biasanya kalau aku chat pasti balas tapi setelah telfon hari jum`at kemarin pesanku sama sekali gak dibalas dan ini tiga hari ibu ga balas pesanku” Jawab Rena dengan menunjukkan muka sedih. “Kamu sudah mencoba hubungi adik kamu atau sepupu atau tetangga kah Ren?” “Aku sudah hubungi adikku sih tapi dia bilang ibu lagi gak pegang hp. Tapi aku ga percaya deh masa selama tiga hari ibu ga balas pesanku Sar” “Ya sudah kamu yang tenang, jangan berpikir aneh-aneh dulu, selalu berpikir positif. Okay” Sarah memeluk Rena sambil mencoba membuat Rena lebih tenang.
Tidak seperti malam-malam biasanya, selepas maghrib perasaan Rena semakin tidak karuan. Selalu ada wajah ibunya dibayang-bayangnya, dia sudah mencoba beberapa kali menghubungi adiknya bahwa dia ingin sekali mendengar suara ibunya. Namun ketika Rena mengambil teleponnya dia melihat nama Ibu di layar teleponnya dan seketika Rena menunjukkan wajah bahagia luar biasa akhirnya ibunya menghubungi Rena.
“Assalamu`alaikum Kak” Suara ayah yang terdengar dari speaker telepon. “Wa`alaikumsalam ayah, kok tumben ayah yang bicara langsung. Ibu kemana yah?” Jawab Rena tanpa memikirkan siapa yang saat ini berbicara dengan Rena. “Kamu lagi apa Kak?, Kakak bisa ambil cuti kah Kak dan pulang ke rumah Kak?” Jawab ayah tanpa menjawab pertanyaan Rena sebelumnya. “Cuti kerja pulang ke rumah Yah? Memangnya ada apa Yah? Kenapa Rena harus pulang dan ibu kemana Yah, dari tadi ayah gak jawab aku nanya Ibu kemana?” “Rena pulang ya, Ibu sudah tenang sudah tidak ngerasakan sakit lagi. Rena harus kuat ya” Suara ayah Rena terdengar sesak seperti habis menangis “Ayah bicara apa sih, apa yang Ayah maksud ibu sudah tidak sakit? Apa ibu lagi sakit. Terus kenapa ayah bilang ibu sudah tenang” Sentak Rena dalam telepon seakan tidak mau melawan apa yang ada dipikiran Rena saat itu. “Sudah empat hari ibu sakit Nak, dan Allah lebih sayang sama Ibu. Ibu sudah gak ada Nak”
Kalimat itu membuat sekujur tubuh Rena terpatung aliran darahnya seketika terhenti. Tanpa disadari air matanya keluar dan bibir dia tidak mampu buat bergerak sama sekali. Rena terduduk tertegun tanpa habis pikir. Ternyata ini jawaban kegelisahannya beberapa hari ini, jawaban atas ketidak adanya kabar ibu dan kenapa semua orang merahasiakannya dari dia.
Tanpa berpikir panjang Rena langsung pulang ke kampung halamannya. Untuk yang terakhir kalinya Rena ingin mencium memeluk ibunya, malaikat yang dikirim oleh Allah dalam hidupnya yang hingga saat ini belum bisa Rena bahagiakan. Namun Rena menyadari bahwa semua sudah rencana Allah dan Dia lebih sayang sama ibunya. Hanya do`a anak-anaknya yang bisa membuat bahagia ibunya saat ini.
Perginya orang yang paling berharga dalam hidup Rena menjadi duka yang sangat mendalam, namun apa boleh buat hidup ini harus terus berjalan tidak hanya berhenti ketika orang yang disayang telah pergi selamanya dari hidup ini.
Hari demi hari Rena lewati dengan kesepian, tidak lagi jadwal rutinitas telepon tidak ada lagi percakapan manja antara dia dan ibunya, tidak ada lagi nasehat dan humor dari ibu tercinta. Rena harus belajar membiasakan hidup tanpa ibunya. Rena harus kuat di depan adik-adiknya dan harus menjadi paling kuat dalam keluarganya karena sudah tidak ada lagi wanita yang paling kuat dalam keluarganya.
Cerpen Karangan: Fitri Rahayu Blog: fitrirhy.blogspot.com Ttl: Blitar, 09 November 1998 Alamat: Desa Karangrejo Rt 03 Rw 13 Kecamatan Garum Kabupaten Blitar