Aku hidup di desa yang terpencil di suatu perkampungan. Aku lahir dari keluarga cukup memprihatinkan, rumah yang kami tempati sangat kecil bahkan jika ada angin yang kencang membuat kami khawatir akan roboh, sebab rumah itu terbuat dari bambu.
Saat masih kecil aku masih ingat bahkan saat hujan air masuk ke dalam sebab sebagian rumah kami sudah dimakan rayap. kehidupan yang sangat susah harus kami lewati, ayahku berkerja di jakarta sebagai kuli bangunan dan ibuku hanya seorang buruh tani. Kami tidak berpikir sedikitpun mempunyai rumah yang bagus, bisa makan sehari hari saja sudah sangat bahagia.
Aku masih ingat saat aku kecil ibuku membuatkan aku mie instan satu bungkus, mie itu aku makan dengan kakakku, entah ibuku makan apa yang kami tahu ibu selalu berkata ia sudah kenyang. Setiap hari kita selalu mandi di sungai, setiap kami selesai mandi kami selalu membawa jerigen yang berisi air, yang kami gunakan untuk minum atau memasak. Saat hujan turun kami ada rasa senang tapi juga ada rasa sedih, sebab kita bisa menggunakan air hujan itu untuk sehari hari, namun sedihnya saat berangkat sekolah kita selalu tanpa sepatu sebab jalan menjadi becek, wajar saja kerena jalan ke rumahku masih tanah semua.
Aku setiap hari membantu ibuku ke sawah karena ibuku seorang buruh tani, setiap sore kita membersihkan hama dan juga menyiram padi. Hasil itu dibagi 2 dengan pemilik lahan. kalau sudah panen kita dapat padi lumayan bisa untuk menyambung hidup.
Kakakku yang masih TK tiba tiba memberitahu ke ibuku kalau ada lowongan pekerjaan disana. Ibuku awalnya malu karena tidak terbiasa namun ayahku menyarankan untuk mencobanya siapa tahu kehidupan kami akan berubah jika ibuku bekerja jadi guru TK. Awal ibuku masuk sana banyak sekali cibiran dari para tetangga yang memandang sebelah mata yang seakan meragukannya, ya maklum saja yang biasanya di sawah tiba-tiba menjadi pengajar. Awal hanya dengan gaji yang sangat sedikit pada waktu itu sekitar 2.500 rupiah, namun ibuku tetap semangat.
Waktu terus berjalan, ibuku memutuskan untuk mengambil kuliah agar mendapatkan gelar S1 agar bisa mendaftar PNS. Setiap kali ibuku pergi kuliah aku dan kakakku diasuh oleh nenek. Bahkan ada salah satu orang yang bilang kalau ayah dan ibunya setiap hari pergi anaknya mau jadi apa. Mendengar kata kata itu ibuku mencoba bersabar walaupun sedih juga rasanya tapi itu dilakukan untuk mengubah nasib keluarga kita.
Setelah lulus kuliah tiba tiba pas sekali ada pengangkatan PNS dan alhamdulillah ibuku ikut diangkat jadi pns, kami sangat senang sekali, ibuku yang dulunya hanya buruh tani bisa menjadi PNS. hal itulah yang merubah nasib kami yang dulunya rumah kami sangat kecil dan hanya terbuat dari bambu, perlahan lahan kami bisa membangun agar menjadi layak dihuni.
Kerja keras dan semangat ibuku menjadi contoh bagiku. Saat aku lulus SMA aku disuruh ibuku untuk kuliah di salah satu kampus di jogja. aku setuju agar bisa meneruskan perjuangan ibuku menjadi seorang guru.
Cerpen Karangan: Andri Nurwijaya