Hari ini senja menapakkan rautnya dengan gembira menjelang Maghrib, aku menikmatinya dengan tenang di halaman belakang rumahku. Tak lama kemudian surau yang berada tak jauh di tempat tinggalku mengumandangkan panggilan sholat Maghrib. “Besok datang lagi ya” kataku dalam hati tak sabar menikmati suasana indah ini lagi diesok hari. Aku bergegas mengambil air wudhu lalu beranjak ke mushola untuk ibadah sholat Maghrib, karena bundaku sudah teriak-teriak memanggilku dari dapur.
Sepulangnya dari mushola aku melanjutkan aktivitas malam hari seperti biasanya. Tak lain yaitu mengerjakan PR, nonton acara tv dengan ayah, makan malam bersama yang sudah disiapkan oleh ibunda tercinta. Kebetulan malam ini bundaku menyiapkan nasi goreng kesukaanku dan bahkan sekeluarga, sudah disepakati bersama jika nasi goreng menjadi makanan favorit di keluarga Suherman ini.
“Enggak bosen makan nasi goreng terus yah?” Celetuk bunda sedikit mengejek ayah “Ga pernah bosen makan masakanmu bun” sahut ayah dengan senyum simpulnya “Ga bosen atau ga mau ngeluarin uang lebih nih” ejek bunda sambil bercanda “Iya nih ayah ga pernah lagi ngajak makan diluar, kan Ino pengen yah sekali-sekali ajalah” celetuk adikku disela perbincangan mereka “Oh iya ya, kita ga pernah makan diluar lagi sama-sama. Besok deh bulan depan waktu ayah gajian kita makan diluar ya” bujuk ayah “Kok bulan depan yah” sahut Ino “Gaji ayah bulan ini kan sudah buat bayar sekolah kalian, gapapa kan kalau bulan depan Ino?” Rayu ayah “Iya yah gapapa kok. Iya kan Ino?” Sahutku dengan cepat sambil mengisyaratkan ke Ino agar paham keadaan keluarga ini yang saat ini dalam keadaan tidak stabil perekonomiannya. Karena aku tahu perusahaan lama tempat ayah bekerja sudah bangkrut dan semua karyawan tidak bisa bekerja lagi. Namun dengan bakat yang ayah miliki, kini ayah sudah mulai bekerja lagi. Tapi dengan gaji yang tak seberapa dengan kantor lamanya. Kata ayah yang penting kerja dulu sambil cari cari pekerjaan lain yang gajinya lebih baik dari tempat ayah sekarang bekerja. “Iya gapapa kok. Maaf ya yah Ino selalu merepotkan” sedikit menyesal mengusulkan ide itu Ino meminta maaf kepada ayah “Sudah sudah kita makan dulu, besok waktu ayah gajian kita makan di restoran kesukaanmu Ino. Tapi jangan sampai pesen nasi goreng ya, kan nasi goreng bunda paling enak” mendengar itu kami semua tertawa dan kalimat bunda menyudahi pembicaraan malam ini. Setelah makan malam aku dan adikku Ino beranjak ke kamar tidur kita masing masing untuk tidur.
Keesokan harinya aku menjalani aktivitas seperti biasanya, begitu pula dengan ayah, Ino dan bunda. Sibuk dengan kegiatan masing masing, aku dan adikku pergi sekolah, ayah bekerja di bengkel dekat SMA tempat aku sekolah dan ibu menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
Sepulang sekolah aku selalu mampir ke bengkel tempat ayah bekerja untuk membantunya. Tapi ayah selalu bilang “Sudah Kevin kamu pulang saja dan mainlah sama kawan kawanmu. Apa kamu ga malu kalo nanti dilihat temen temenmu?” Tapi aku selalu cuek dan tidak mau menjawab pertanyaan itu kalau ayah bertanya tiap aku kesini. Tapi kali ini aku sudah mulai bosen dengan pertanyaan ayah itu, karena aku sangat senang kalau bisa membantu ayah.
“Mereka sudah tahu yah, dan mereka masih mau berkawan denganku kok yah. Mereka orang baik yang selalu menerima aku dalam keadaan apapun” kataku kepada ayah sebelum ayah melontarkan pertanyaan itu lagi hari ini, sekaligus untuk meyakinkan ayah bahwa aku tidak apa-apa bantuin ayah kerja. Lalu tiba-tiba kalimat tak terduga keluar dari mulut ayah. “Jaga mereka, jangan pernah sakiti hatinya. Teman seperti itu susah dicari dan kamu beruntung berteman dengan mereka” senyum haru ayah sambil memelukku dengan hangat. “Iya yah aku bersyukur punya teman mereka dan aku bangga punya ayah seperti ayah. Entah apapun itu pekerjaan ayah yang penting Kevin, bunda dan Ino tau pekerjaan ayah ini halal” menjawab pelukan ayah dan tak sadar air mataku keluar tak terbendung. Untung saja tidak ada orang yang sedang berkunjung kesini batinku.
Aku hanya membantu ayah sampai waktu Ashar saja. Setelah itu aku pulang ke rumah untuk membersihkan badanku yang kotor, lalu tentu saja menunggu senja tiba seperti biasanya. Dan benar saja senja sore ini makin cantik dan bersahaja untuk mengakhiri hari yang akan bergantian dengan malam. Disaat menikmati warna indah yang senja keluarkan di langit sore ini, tiba-tiba adikku datang ikut menikmati senja disampingku.
“Tumben” kataku ketika adik laki-laki yang beda dua tahun dariku ini ikut menikmati senja disampingku “Yang suka nulis puisikan aku, kenapa abang yang suka senja” sahutnya “Senjakan boleh dinikmati siapa aja” timpalku “Tentu saja. Begitupun denganku bukan? Hehehe” “Nih untukmu” kutawarkan kopi kepadanya “Aku ga minum kopi bang. Kecuali… yang bikin abangku tercinta” sambil terkekeh ia mengambil alih kopiku “Kamu kalau mau gombal ke cewek. Jangan ke abangmu ini, ga akan mempan!” “Ini buktinya kopimu di tanganku. Itu tandanya berhasil. Hahaha” semakin hangat suasana sore ini ketika keindahan ciptaan Tuhan bersatu dengan keberadaan adik tercintaku ini. Kita sama-sama laki-laki, tapi juga sama sama-sama saling sayang, saling terbuka entah apapun itu tak terkecuali perihal wanita.
Namun tak kusangka dan tak pernah terpikir dibenakku sebelumnya, tiba-tiba dia memberi ide menulis puisi untuk hadiah ulang tahun ayah bulan depan. Katanya untuk ucapan terimakasih sekaligus minta maaf karena sering merepotkan. Pikirku ide bagus dan sekalian saja untuk membelikan hadiah khusus untuk ayah dan akan kami berikan saat makan malam di restoran nanti.
Setelah aku menyetujui usulan itu, tentu saja Ino langsung mengambil secarik kertas dan pulpen untuk menulis puisi saat ini juga, karena dia sudah mulai mahir merangkai kata-kata alias puisi dan kebetulan dia pernah juara lomba cipta puisi tingkat kabupaten. Kemudian kami bersepakat patungan untuk membelikan kemeja muslim dan sarung baru untuk ayah. Masih ada seminggu lagi sebelum makan malam bersama, artinya masih bisa mengumpulkan uang lagi untuk membelikan hadiah buat ayah.
Hari demi hari berjalan dengan aktivitas yang semestinya terjadi, dan seminggu telah berlalu. Hari ini tepat di hari ulang tahun ayah, aku dan ino sudah menyiapkan hadiah untuk kita berikan nanti malam sekalian makan malam yang sudah dijanjikan ayah waktu itu. Dan kami meminta hari ini tepatnya karena sudah kami rencanakan dengan matang untuk sekaligus memberi kejutan kepada ayah. Kami juga sudah memberi tahu rencana ini kepada bunda tiga hari yang lalu. Bunda pun mensupport ide ini dan membuatkan kue tart tanpa sepengetahuan ayah.
Malampun tiba dan rencananya kita akan makan malam pada pukul 20.30 wib setelah ayah pulang kerja. Sekarang masih pukul 20.00 wib, tapi kami sudah siap-siap untuk menjalankan misi rahasia ini. Namun makin larut ayah belum juga pulang ke rumah padahal setengah jam lagi waktunya makan malam bersama.
Cerpen Karangan: Celvin Septyan Himawan