Gemericik air hujan yang terdengar merdu di telinga, membuat mataku yang tak berhenti untuk menatap jendela yang tertutupi oleh embun dingin itu. Mulut yang terus-menerus berkomat kamit mengeluarkan lantunan sholawat yang indah nan menenangkan hati. Tanpa disadari tetesan air mata ini telah membanjiri pipi. Mengingat sekarang adalah tepat dua tahun kepergian Ibu. Ya, Ibu telah meninggalkan kami tepat dua tahun silam, Ibu telah pergi ke pelukan yang Mahakuasa.
Tok.. tok.. tok..! “Kak… Kakak… Cepat buka pintunya dong!!!”. Ya itu adalah suara adikku Syifa. Hemm malam-malam gini dia telah mengganggu tidurku, Dia telah membuyarkan mimpi indahku. “Iya sebentar, ada apa malam-malam begini kau membangunkanku?”. Dia yang berdiri tegak tepat di depan pintu, dan menjawab pertanyaanku dengan pandangan yang berkaca-kaca. “Kak.. sebenarnya aku rindu sekali dengan Ibu, aku rindu pelukan hangat ibu yang membuatku merasa nyaman dan mulutnya yang selalu melantunkan syair-syair yang merdu”. Aku pun membalasnya dengan senyuman dan memberinya semangat agar dia tidak bersedih lagi. “Sudahlah.. jangan kau bersedih, apa kau lupa. Ibu pernah berkata kepada kita bukan? “Jika suatu hari Ibu akan pergi, maka janganlah sesekali kalian tinggalkan sholawat, karena sholawat merupakan bentuk kecintaan dan kerinduan kita terhadap sang Rasul”. Insyaa Allah jika dengan bersholawat itu bisa mengobati rasa rindu kita kepada Ibu”.
Tanpa disadari malam pun semakin larut. Aku dan adikku akhirnya terlelap dalam mimpi, dia yang tertidur di kamarku dan berada di sebelahku dengan memeluk boneka beruang warna merah miliknya.
Kring.. kring.. kring.. Alarm ku berbunyi yang menunjukkan pukul 03.00 pagi dan menandakan waktunya aku bangun dan mulai melaksanakan sholat tahajud. Di dalam sholatku aku berdo’a dan meminta agar Allah selalu melindungi kami dan selalu mencurahkan ridho dan rahmatnya, tak lupa aku berdo’a semoga Ayah dan Ibu diberikan tempat yang layak di sisinya. Selepas sholat tak lupa kulanjutkan dengan membaca Al Qur’an sembari menunggu waktu subuh tiba. Adzan berkumandang dan menandakan waktu subuh telah tiba. Aku segera membangunkan adikku dan bergegas pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Fajar yang telah memancarkan sinarnya dengan indah yang menarik mataku untuk selalu memandanginya. Aku memulai kegiatan hari ini dengan semangat dan penuh rasa syukur. Hati rasanya tak dapat berhenti bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.
Hari sudah mulai sore itu menandakan waktunya aku mengajar anak-anak di TPQ. Ya.. aku adalah seorang ustadzah di sebuah TPQ kecil di dekat rumah. Aku mulai bersiap-siap untuk mengajar dan bergegas berangkat ke TPQ. Sebelum dimulai KBM biasanya aku mengajak anak-anak itu untuk membaca sholawat terlebih dahulu, dengan harapan agar ilmu yang didapat menjadi lebih bermanfaat.
Hari ini adalah hari Jum’at, tepatnya dimana banyak kemuliaan di hari ini. Sholawat yang tak henti hentinya terucap dari lisan dan berkumandang di mana-mana, membuat hati merasa tenang layaknya air terjun yang mengalir deras dari hulunya.
Hari ini masjid di dekat rumah kami merayakan acara maulid nabi. Pastinya kalian tahu bukan maulid nabi itu apa? Ya.. itu adalah hari dimana nabi kita Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Di bulan maulid ini juga banyak sholawat yang bersenandung, sebagai rasa kecintaan umat pada rasulnya.
“Kak Hajar.. tumben kok kakak pulang dari TPQnya agak cepat?”. Tanya Syifa kepada ku. “Iya dek, kamu lupa ya sekarang kan ada acara maulid nabi di masjid. Jadi kakak pulang cepat agar bisa bantu-bantu mempersiapkan acaranya nanti”. “Oh iya, emang acaranya dimulai jam berapa sih kak?”. “Nanti Insyaa Allah jam 7 malam, kamu harus ikut ya, kan kita mau ngerayain hari kelahiran Nabi Muhammad”. “Ah.. nggak ah aku malas, mending aku di rumah nonton tv, ngapain juga aku repot-repot datang ke masjid, hanya untuk mendengar ceramah yang membosankan”. Perkataan itu yang membuatku terkejut hingga membuat mataku melotot. Iya sih.. kita memang kakak beradik yang sedarah, akan tetapi kita memiliki kebiasaan kita yang sangat berbeda.
Acara maulid itu telah dimulai, aku yang bergegas mempersiapkan diriku untuk menjadi salah satu bagian dari acara itu. Ya.. aku tergabung dalam acara itu, aku membuka acara itu dengan sambutan dan istighosah, juga diisi dengan ceramah agama. Dan puncaknya acara pun dimulai, yaitu bersholawat bersama-sama.
Bahkan karena terlalu rindunya kita terhadap rasul, tanpa disadari aku dan teman-teman yang lain mulai meneteskan air mata. Lantunan sholawat yang indah nan merdu sangat menyejukkan hati. Aku dan teman-teman yang lain sangat berantusias dalam kegiatan tersebut.
Tak lupa aku berdo’a, dalam hati ku berkata “Ya Allah.. semoga adikku bisa segera menyadari segala nikmat yang telah engkau berikan. Semoga berkat lantunan sholawat ini bisa membukakan pintu hati adikku dan memberikan pengetahuan kepadanya agar bisa mengerti bahwa terdapat keistimewaan di dalam sholawat”.
Aku sebenarnya juga merasa resah dan khawatir, karena aku sekarang tidak sedang bersama dengan adikku. Emm.. memang saat ini dia sedang nongkrong dengan teman-temannya di tempat yang biasa dihuni para remaja, apalagi kalo bukan caffe hehehe.. ya maklumlah aku juga tidak begitu suka nongkrong jadi ya aku gak tau gimana rupanya caffe. Dan disisi lain aku sedang merayakan hari kelahiran sang rasul yakni Nabi Muhammad SAW.
Dulu Syifa sebenarnya anak yang pendiam dan penurut. Tetapi semenjak umurnya sudah menginjak remaja, mungkin tepatnya sekitar 15 tahun dia sudah salah dalam memilih pergaulan. Ya, maksud ku dia sudah agak melenceng dari agama begitu lah mungkin istilahnya. Dia yang sering bepergian di malam hari, entah kemana dan apa yang dilakukan, seperti orang yang tak memiliki tujuan hidup!.
Suatu ketika ada berita mengejutkan di televisi. Isinya menceritakan tentang pergaulan yang salah pada remaja, dari situlah aku mulai khawatir dengan keadaan adikku Syifa yang makin lama makin jauh dengan ilmu agama. Aku berusaha selalu mengingatkannya untuk melaksanakan sholat dan membaca Al Qur’an tak lupa juga selalu bersholawat. Hari demi hari aku melewati semua perubahan dari Syifa. Yang katanya ingin berubah menjadi lebih baik. “Kak.. aku merasa ingin berubah menjadi lebih baik lagi dari kebiasaan burukku dan mulai bangkit”. Ucapnya padaku. Seketika aku tersenyum dan mulai untuk terus memberikan semangat padanya. Dan hasilnya Alhamdulillah lumayan memuaskan dari yang aku pikirkan.
Sholawat-sholawat yang terus menerus berdendang yang membuat gendang telinga seperti menari-nari. sekarang rumah pun menjadi agak ramai dengan kehadiran lantunan sholawat yang terus terdengar dari mulut Syifa. Hehehe.. iya sekarang dia mulai mengagumi sholawat, hingga setiap detiknya tak tertinggal untuk melantunkannya.
“Cie… Sekarang adekku yang cantik ini sudah suka sholawatan ya hehehe…” “Emm he..he.. iya Alhamdulillah kak, ternyata setelah aku bisa mengagumi sholawat, akhirnya aku bisa mengetahui bahwa terdapat sebuah keistimewaan tersendiri di baliknya”. “Emangnya kamu merasa gimana?”. “Aku merasa aku menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan akhirnya aku memiliki tujuan hidup yang sesungguhnya”. Itu katanya dengan senyum manis yang terlukis di wajahnya, dan jawabku yang hanya tersenyum sembari memeluknya dengan penuh kasih sayang. Dan dalam hati aku sangat bersyukur dan berterimakasih kepada-Nya. Karena akhirnya do’a ku selama ini telah dikabulkan oleh-Nya, yakni Allah SWT.
Akhirnya sekarang adikku telah lulus dari bangku Madrasah Aliyah atau bisa dibilang setingkat dengan SMA. Dia lulus dengan nilai tertinggi dan dapat masuk di perguruan tinggi yang diinginkannya dan dibiayai oleh negara. Ini semua berkat keistiqomaannya dalam bersholawat dan do’a terbaik yang selalu dipanjatkan kepada sang pemilik alam.
Cerpen Karangan: Umi Rahmatia Blog / Facebook: Umi Rahmatia