Pagi hari yang sunyi di sebuah tempat bernuansa putih biru dengan dekorasi lukisan kartun Doraemon dimana sudut ruangan terdapat banyak Boneka Doraemon besar. Seorang gadis remaja yang menggeliat dalam tidurnya perlahan membuka matanya terusik ketika sinar surya menembus gorden jendela kamarnya diiringi suara alarm berwarna biru muda pemberian almarhum kakeknya.
“Kringgggg” gadis yang baru berusia 16 tahun itu meraih alarm dan mematikannya. “Chika sayang turun nak, waktunya sekolah nanti kamu terlambat” teriak wanita paruh baya usianya genap 40 tahun. Tanpa sepatah kata apapun chika berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera turun.
“Pagi sayang, makan ya mama masakin nasi goreng kesukaan kamu” ucap sang mama saat melihat chika turun dari tangga. Tanpa menoleh sedikitpun chika langsung pergi keluar rumah tanpa menghiraukan suara mamanya. “Sampai kapan kamu terus begini sama mama chika, mama ga kuat” ucapnya lirih sambil memegang dada bagian kirinya yang terasa begitu sesak.
Di pinggir jalan raya trotoar seorang gadis dengan rambut terurai sebahu terus berjalan dengan pandangan kosong lurus kedepan.
Di sebuah tempat bernuansa putih seorang gadis berusia 13 tahun duduk diatas brankas rumah sakit “gagal jantung stadium akhir?” Tanyanya. Dokter itu mengangguk samar membuat chika tersenyum getir dengan tangan yang masih menggenggam kertas hasil Vonis tersebut airmata pun luruh turun membasahi kedua pipinya. Chika berlari meninggalkan ruangan penuh kepedihan itu.
Cukup lama chika terbawa di kejadian 4 tahun lalu. Tanpa ia sadari tiba tiba sebuah motor dengan kecepatan tinggi menyalip chika hingga membuat chika jatuh tersungkur dan lutunya sedikir tergores, chika berteriak membiarkan rasa sakitnya “MENGAPA TUHAN…. MENGAPA HAMBAMU YANG LEMAH INI YANG KAU PILIH DARI SEKIAN BANYAK UMAT DI DUNIA INI” Tanpa ia sadari butiran air mata turun membasahi pipinya.
Tiba tiba rasa nyeri dada sebelah kirinya ia rasakan kembali dengan darah yang tiba tiba mengalir terus dari mulutnya menahan rasa mual chika menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan meremas dada sebelah kirinya, kepalanya berdenyut nyeri seperti dihantam besi besi, dengan nafas yang tersengal sengal chika memaksa untuk mengucapkan lafal “Asyhadu alla ilaaha illallah” hingga detik berikutnya matanya tertutup dengan darah di dalam mulutnya. Chika menyesal mengapa ia dilahirnya menjadi gadis yang lemah, selama 4 tahun lamanya chika menahan rasa sakitnya sendirian tak ada satu orang pun yang tahu.
Malam harinya ambulan menjemput jasat chika yang tergeletak di pinggir jalan dengan darah yang membasahi mulut dan tangan chika darah yang masih membekas di aspal jalan tersebut.
3 hari berlalu setelah pemakaman chika di sebuah ruangan bercat biru putih dengan banyak boneka dorarmon kesayangan pemiliknya. Mama chika menelusuri ruangan anak gadis semata wayangnya itu dengan mata yang sembab sampai titik dimana ia menemukan sebuah buku diary, dibukalah buku itu, halaman pertama ia menemukan foto chika dari kecil hingga dia beranjak remaja tumbuh menjadi gadis sangat cantik sampai di lembar berikutnya ia melihat sebuah tulisan:
For mom Di langit gelap ini kutuliskan sebuah pengakuan untuk mamaku tersayang, dengan rasa bersalahku yang amat sangat melukai hatimu chika meminta maaf harus chika lakukan semua itu untuk mama. Chika bukannlah gadis sempurna yang layak mama banggakan, chika hanyalah rontokan dedaunan yang terus mama sapu, chika tak layak disebut anak, chika hanyalah pisau belati yang terus menggores hati, tak layak tuk disayangi, tak layak tuk menemani. Biarkan chika pergi untuk kelegaan hati agar chika tak merasa sakit lagi. GAGAL JANTUNG STADIUM AKHIR suatu bekal yang tuhan beri untuk menemani kehidupan chika di dunia ini. Jika mama membaca buku ini percayalah chika berhasil membawa bekal yang tuhan titipkan sudah kembali kepemiliknya dengan chika dibelakangnya.
Sedetik selanjutnya airmatanya runtuh bagai diterjang ombak rasa penyesalan hadir di dirinya semenderita itukah anak gadis yang selama ini berusaha ia bahagiakan. GAGAL itulah kata kata yang terus ia ucapkan.
Cerpen Karangan: Mareta Amelia S. Ig: maretaamelia23
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com