Di atas kasur tipis yang sudah lusuh, anakku yang berumur 5 tahun sedang tertidur pulas. Sementara aku ibu dari bocah kecil itu tak bisa berhenti menitikkan air mataku. Ya, betapa hancurnya hatiku sebagai ibu ketika mendengar vonis dari dokter bahwa Dito anakku terkena penyakit gagal ginjal, sehingga Dito harus cuci darah setiap dua minggu sekali.
Sambil terus mengusap rambut anakku aku memanjatkan doa berharap anakku bisa segera sembuh dan cerita seperti anak-anak sebayanya. Segala upaya akan aku lakukan agar aku bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Dito. Ya, semenjak suamiku meninggal 2 minggu lalu akibat penyakit TBC yang dideritanya aku harus banting tulang seorang diri untuk menghidupi diriku dan juga empat orang anakku apalagi sekarang Dito anak keduaku divonis penyakit seperti ini.
Pagi ini aku bekerja sebagai pengasuh anak paruh waktu, maklumlah aku hanya lulusan SMP, apalagi di zaman sekarang sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Untungnya tetangga dekat rumahku memerlukan orang yang bisa menjaga anaknya yang masih kecil selama dia dan suaminya bekerja. aku bekerja dari hari senin sampai jumat, itupun jam kerjanya tak menentu tergantung dari majikan yang anaknya aku jaga, perginya pukul berapa kadang bahkan bisa tak pergi sama sekali. karena majikanku seorang bisnis women yang hanya sesekali mengontrol toko batik yang dia punya, sementara suaminya memiki klinik gigi sendiri, dan memiliki beberapa karyawan. tak ayal mereka bisa bekerja sesuka hati.
Dengan gaji dari pekerjaan paruh waktu yang aku dapatkan tentulah tidak akan mencukupi kalau harus aku gunakan untuk pengobatan Dito. jangankan untuk pengobatan untuk makan pun aku masih harus mengutang pada tetangga.
Hal ini mengharuskanku mencari pekerjaan tambahan dengan menjadi tukang cuci setrika keliling. Seperti saat ini aku sedang bekerja di rumah bu Debiy. Pakaian demi pakaian aku cuci kemudian aku setrika dengan rapih agar majikanku merasa senang dan puas dengan hasil kerjaku, tidak hanya bu Debiy. bahkan ibu-ibu lain seperti bu Citra, bu Sarah dan bu Rossa juga sudah menjadi langganan cuci setrikaku ditambah lagi beberapa ibu-ibu kompleks seberang rumahku pun menjadi langgananku.
Lelah memang lelah. tapi ini semua aku lakukan demi melihat kembali melihat senyuman Dito yang sempat hilang. Hingga akhirnya keajaiban pun datang, Saat beberapa bulan aku bekerja mengasuh anak majikanku. tiba-tiba saja bu Fitri dan pak Aceng datang ke rumahku untuk melihat keadaan Dito. dan bu Fitri memberikanku amplop coklat yang saat kubuka isinya terdapat beberapa lembar uang warna merah yang jumlahnya sangat banyak. awalnya aku mengira kalau aku sudah tidak diperlukan lagi untuk menjaga anaknya, tapi ternyata dugaanku salah tiba-tiba saja bu Fitri yang saat ini sedang melihat keadaan Dito berjalan mendekatiku yang saat ini terlihat kebiungan di ambang pintu kamar Dito sambil sesekali menatap amplop coklat yang aku letakan di atas meja kamar Dito. Seraya memegang pundakku beliau mengatakan bahwa uang itu ia berikan untuk membantu biaya pengobatan Dito. Seketika itu juga aku langsung memeluk bu Fitri yang saat ini sudah dihadapanku dan mengucapkan terimakasih padanya.
Akhirnya harapanku untuk kesembuhan Dito, akan segera terwujud.
Cerpen Karangan: Dinbel Pertiwi Facebook: Dinbellap7165[-at-]facebooks.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com