Seorang gadis tengah berlari menuju pintu gerbang, rambutnya yang panjang dan berwarna hitam legam tergerai indah berterbangan sesuai ritme dia berlari. Namanya Utara, seorang gadis remaja berusia 14 tahun dengan hidung yang mancung, bulu mata lentik, kulit putih bersih, bibir mungil berwarna merah muda alami, dan jangan lupakan matanya yang hitam cemerlang menghiasi wajah cantiknya. Tanpa mempedulikan teriakan pembantunya yang sedari tadi menawarkan diri agar dia saja yang akan membukakan gerbang, gadis itu terus berlari hingga ia melihat sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam yang datang dari timur. Dengan senyum yang mengembang dan rasa rindu akan kasih sayang yang menjalar, dia membuka gerbang. Hal yang pertama kali ia inginkan adalah berlari ke orangtuanya dan memeluk mereka yang sudah seminggu tidak pulang ke rumah karena urusan pekerjaan. Tapi…
“Seharusnya kamu itu tau, tadi aku sedang meeting tidak semestinya kamu masuk ruanganku sembarangan!” teriak Adrian, Papa Utara “Bagaimana aku tidak masuk, kamu berduaan bersama wanita lain di dalam ruangan! Apakah aku tidak boleh marah sebagai istri kamu?!” teriak Astrid, Mama Utara
Senyum yang tercetak jelas di wajah Utara perlahan menghilang, sungguh bukan hal ini yang pertama kali ingin Utara lihat setelah seminggu tidak bertemu orangtuanya. Sejak 3 tahun yang lalu, orangtuanya selalu saja bertengkar, didepan maupun dibelakangnya mereka selalu mengungkit kesalahan satu sama lain.
“Itu klien aku! Kenapa kamu sebodoh ini?!” “Klien? sejak kapan klien pegang-pegang tangan hah? sejak kapan?!” “kamu lihat, ini yang membuat kita sering bertengkar! Kamu selalu saja salah paham!” “Jadi ini semua salah aku? ini semua salah aku ha?!” “Sudah, aku capek bertengkar sama kamu, kenapa kita tidak mencoba pisah saja?! supaya tidak menggangu kehidupan satu sama lain!” “Baik, kita pisah! secepatnya akan aku urus perpisahan kita!”
Seketika Utara terperangah, mereka bilang apa? pisah? apakah mereka tidak sedikitpun mempedulikan bagaimana perasaan Utara?
Tidak ingin mendengar lebih banyak lagi pertengkaran orangtunya, Utara langsung berlari ke taman kompleks, dia hanya ingin kedamaian sekarang.
Setibanya di taman, dia langsung duduk di kursi taman dengan air mata yang mengalir deras dari mata indahnya, dia mendongak hendak berbicara pada sahabatnya, bulan. “Kenapa bulan? Kenapa Utara harus selalu melihat orangtua Utara bertengkar? apa memang nggak ada seharipun tanpa melihat mereka bertengkar? Utara capek bulan, Utara sendirian, Utara kangen mereka” Ungkap Utara dengan terus menangis terisak “Kamu nggak sendiri Uta, ada aku kan? semua hal yang aku punya akan aku bagi sama kamu, termasuk kasih sayang” ucap seorang laki-laki dengan senyum tulusnya. Selatan, dia adalah sahabat Utara setelah bulan, dia adalah sahabat Utara dari kecil yang selalu berbagi apapun yang ia punya kepada Utara tanpa mengharapkan balasan. Udah kayak pejuang Indonesia aja nih si Selatan.
Seketika Utara mendongak, dia mengenali suara itu. “Ata, kenapa tuhan jahat banget sama Uta? apa Tuhan memang nggak sayang sama Uta? salah Uta apa?” “Tuhan bukannya nggak sayang sama kamu Uta, tapi itu memang ujian buat Uta, karena Tuhan tau kalau Uta pasti bisa ngelewatin ini semua. Tuhan nggak akan ngasih ujian diluar batas kemampuan umatnya, itu yang selalu Utara bilang ke Selatan kan?” “Tapi Utara nggak semampu itu Ata, Uta nggak sekuat itu, Uta kangen mereka berdua, Uta kangen mereka yang selalu ketawa bersama Uta, Uta kangen itu semua, tapi mama sama papa Uta mutusin buat pisah, kapan Uta bakal dapat kebahagiaan kayak dulu lagi?”
Selatan tentu saja terkejut, mama dan papa Utara memutuskan berpisah? apakah mereka memang tidak peduli dengan apa yang akan terjadi kepada Utara nantinya?
“Uta, nggak semua orang memang bisa ngelewatin ujian dengan mudah, tapi Uta harus selalu kuat, itu kuncinya. Kalaupun Uta butuh teman untuk menumpahkan semua kesedihan Uta dan meminta solusi di sekolah maupun di rumah atau dimanapun itu, Ata bakal ada di urutan terdepan” “nggak ah, aku nggak mau kalau yang itu. Bisa-bisa diteror sama fans kamu kalau di sekolah nanti” ujar Utara Seketika mereka berdua tertawa. “Nah gitu dong ketawa, nanti cantiknya ilang kalau kamu nangis terus.” “Aku kalaupun nangis setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik juga cantiknya nggak bakal ilang” “Siapa dulu dong, Utara gitu” ujar Selatan dengan tawanya yang disusul dengan tawa Utara.
Cerpen Karangan: Aurelya Irna Candida
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com