Di suatu sore ada seorang remaja yang sedang bersepeda sore dan bermain ke rumah saudaranya mengantar keponakannya. Namun saat sampai rumah ia terkejut karena di rumahnya sudah banyak warga sekitar yang datang ke rumahnya. Saat ia memasuki rumah ia menemukan ayahnya yang sudah tidak sadarkan diri dan ibunya sudah menangis dengan tersedu-sedu.
Tidak lama kemudian pamanku datang membawa mobil untuk membawa ayahku ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganyan yang lebih lanjut. Setelah sampai di rumah sakit kami pun bagaikan disambar petir saat dokter mengatakan bahwa ayah kami sudah tiada. Seketika kami menangis tersedu-sedu dan tidak sadarkan diri mendengar apa yang dikatakan oleh dokter kami merasa bahwa ini hanya mimpi bukan kenyataan. Tetapi kita harus menerima bahwa sudah ditingalkan ayah untuk selama-lamanya.
Setelah proses administrasi di rumah sakit selesai kami semua pulang ke rumah dan saat sampai rumah sudah banyak warga yang berdatangan untuk menyiapkan semua keperluan yang dibutuhkan untuk merawat jenazah ayah kami. Saat itu kakakku posisinya tidak berada di rumah karena sedang berada di kost, kami rencananya tidak akan memberi kabar sebelum pamanku yang menjemput sampai sana. Namun ada salah satu tetangga kami membuat story di WA(Whats App) sehingga kakakku mengetahui kabar itu. Kakakku awalnya nekat ingin pulang sendiri naik sepeda motor namun dicegah oleh teman-teman kosnya, karena kondisi kakakku yang sangat syok dan tidak percaya.
Saat waktunya pemakaman tiba banyak orang yang menangis karena masih banyak yang belum percaya bahwa ayahku sudah tiada, karena sebelumnya sehat tanpa sakit apapun. Setelah pemakaman pun masih banyak rekan-rekan kerja ayah yang berdatangan ke rumah untuk mengucapkan bela sungkawa. Keadaanku, ibukku, dan kakakku, masih belum sepenuhnya iklhas dan percaya atas semua ini, kami masih sangat syok ditingalkan ayah untuk selama-lamanya. Jika mengingat kami masih terus saja meneteskan air mata karena rindu akan sosoknya. Waktu terus berjalan kami perlahan-lahan bisa mengikhlaskan kepergian ayah kami dan menjalani hidup tanpa sosoknya.
Setelah kepergian ayah banyak sekali cobaan yang berdatangan menimpa keluargaku, baik dari saudara sendiri maupun dari orang lain. Namun kita harus sabar menghadapi apa yang sudah digariskan oleh Allah SWT, karena pasti akan ada hikmah dibalik ini semua.
Setelah beberapa tahun kepergian ayah kami Kembali mendapat cobaan yang menurut kami cukup berat. Adiknya ayah saat itu sedang sakit yang cukup serius dan katanya bermimpi bertemu ayah kami disuruh meminta setengah dari hasil penjualan kebun yang hanya dibayar sangat rendah oleh budhe kami. Padahal dulu ayah pernah berkata hanya akan memberikan uang setelah aku lulus kuliah. Namun ternyata pada saat adiknya ayah sakit dan kami saat itu juga lagi butuh uang kami terpaksa menjual Sebagian peningalan ayah kami untuk kebutuhan kami.
Sama budhe hanya dibayar sangat rendah ditambah adik ayah kami katanya mimpi bertemu ayah kami disuruh meminta setengah dari hasil penjualan untuk biaya berobat, kami juga memberikan dengan ikhlas apa yang diminta. Dan budhe katanya akan memberikan tambahan untuk kita namun sampai sekarang masih diam saja, ibu kami juga tidak menagih apa yang dijanjikan olehnya kalaupun tidak jadi memberi kami itu biarlah menanggung sendiri akibatnya.
Sekarang kami fokus mencari uang untuk menyelesaikan kuliahku yang hanya kurang satu tahun untuk mencapai apa yang dicita-citakan oleh ayahku yang ingin anaknya menjadi seorang guru melanjutkan profesi yang dijalani oleh ayahku dulu.
Cerpen Karangan: Sri Rahayu Nurjanah