Namaku Jingga, aku lahir sebagai seorang anak tunggal. Ayahku adalah seorang pegawai negeri sipil di sebuah sekolah negeri ternama.
Sebagai seorang guru aku tau ayahku punya ekspektasi tinggi terhadap nilai akademikku. Meskipun tak terlalu berharap aku bisa mengikuti jejaknya menjadi seorang Guru aku yakin ayahku pasti ingin sekali mendengar namaku masuk dalam jajaran juara di kelasku. Sayangnya aku hanyalah aku, sekuat apa pun aku berusaha aku tetap tidak bisa sepintar Ratri teman sebangkuku.
Ratri adalah sosok putri yang sempurna menurutku. Tidak hanya cantik ia juga sangat anggun dan berotak sangat jenius. Selain itu Ratri juga sangat baik terhadapku ia selalu siap membantu saat aku merasa kesulitan mengerjakan tugas tugas sekolahku. Kurasa itu yang membuat aku semakin merasa tak ada apa apanya dibandingkan dengan Ratri. Satu satunya yang membesarkan harapanku adalah ibuku. Ibuku selalu bilang aku adalah anak hebat dan suatu saat nanti akan menjadi seorang yang hebat.
Meskipun aku tidak tau apa alasan ibuku punya keyakinan bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi orang yang hebat, demi ibu aku berusaha untuk mencari tau dimana letak kehebatanku. Aku tidak cantik seperti Ratri meskipun juga tidak jelek jelek amat. Aku juga tidak pintar seperti Ratri meskipun nilai raporku tak pernah ada yang merah.
Kadang aku berfikir kalau ibu hanya ingin menyenangkan hatiku, tapi setiap hari setiap saat ibu selalu memujiku, ia tak pernah lupa menghadiahi aku dengan pujian “kamu hebat”. Bahkan untuk hal sepele yang aku yakin bisa dilakukan oleh orang orang yang tidak pintar sekali pun.
Suatu hari aku dan ibuku pergi berdua untuk melihat pertandingan voly antar kampung, selain voly memang adalah hobiku ajang pertandingan voly antar kampung juga biasanya menjadi pasar kaget yang menjual aneka macam makanan. Aku dan ibuku memutuskan untuk tidak makan siang di rumah, sekali kali makan diluar itu juga perlu biar tidak bosan kata ibu.
Setelah berkeliling melihat lihat akhirnya kami masuk ke sebuah warung tenda. Ibu memesan nasi dengan bebek bakar kesukaan ibu, sementara aku memesan mie goreng kesukaanku. Mie gorengku sudah hampir habis saat tiba tiba ibu menepuk pundakku sambil bilang “kamu hebat”, mukaku merah menahan malu karena semua orang yang makan di warung itu menoleh kearah kami
“Apa sih Bu” kataku kesal Sambil meneruskan makannya ibu berkata “Kamu hebat, belum pernah ibu makan bebek bakar seenak ini, kamu kok bisa tau bebek bakarnya disini enak” kata ibu sambil melanjutkan makannya “Ibu … Yang hebat mbaknya yang punya warung bukan saya, yang bikin enak bebek bakarnya mbaknya bukan saya” “Hei di tempat ini ada banyak tenda yang jual bebek bakar tapi kamu bisa tau kalau disini yang paling enak” “Ya iya tau lah Bu ibu lihat kan warung tenda ini rame terus dari tadi kita datang” “Hebat kamu bisa menganalisa sampai segitunya ibu aja nggak kepikiran sampai kesitu” kata ibu sambil geleng-geleng kepala. Aku tertegun menatap mie goreng yang tinggal separuh di piringku.
Hari ini tanggal 22 Desember 2022, aku makan mie goreng kesukaanku lagi tapi kali ini tidak sedang bersama ibu. Aku makan mie goreng di sebuah kafe dekat stadion tempat aku berlatih setiap hari. Ya hari ini aku baru menyadari ibuku adalah wanita hebat, ibuku adalah seorang sarjana tapi ia rela mengabdikan hidupnya untuk keluarganya terutama untuk aku anak hebatnya.
Ibu menghabiskan seluruh waktunya untukku memasak, mencuci, nyetrika dan mengantarku pergi kemanapun aku mau, ibu bahkan juga selalu menjadi suporter terdepan saat aku bertanding voly dari kampung ke kampung.
Hari ini aku tak lagi sedang menonton pertandingan voly antar kampung bersama ibu, karena hari ini aku adalah seorang atlet voly profesional, yang kebetulan juga membawaku masuk TNI, aku bergabung di Kowad dari jalur khusus.
“Selamat hari ibu Bu, ibu adalah orang terhebat dalam hidupku” Tulisku dipesan singkat yang kukirim pada ibu. Tak lupa aku mengingatkan ibu untuk menonton pertandinganku yang live di tv beberapa hari lagi. Aku yakin kemenangan timku adalah hadiah terbaik yang ibu inginkan dariku dihari ibu ini.
Cerpen Karangan: Sundari Mardiawan Seorang ibu rumah tangga yang punya hobi menulis. Berharap tulisannya suatu saat nanti bermanfaat untuk orang lain