Dayana yang dalam bahasa Sansekerta berarti “seorang putri” adalah nama milik seorang gadis yang kini menginjak usia dewasa. Dayana meruapakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Perjalanan hidup Dayana mulai dari kecil hingga remaja berjalan dengan baik. Sedari kecil Dayana lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya dibanding dengan kedua orangtuanya. Hal ini, dikarenakan kedua orangtua Dayana yang sibuk bekerja. Dayana menikmati hidup normalnya hingga sesuatu hal yang tidak pernah terpikir olehnya menimpa keluarganya. Ayahnya sakit dan harus melakukan operasi. Syukurlah operasinya berjalan dengan lancar, namun ayahnya tidak bisa berjalan karena ada syaraf yang terjepit.
Ayahnya sudah terapi di segala tempat, namun hasilnya tetap sama. Terlalu fokus dengan kesembuhan kakinya, ayah Dayana melupakan jika dirinya memiliki penyakit gula. Suatu hari gula darah ayah Dayana sangat tinggi dan mengharuskan untuk rawat inap. Semenjak rawat inap ayah Dayana tidak menunjukkan peningkatan bahkan ayahnya harus dipindahkan ke ruang ICU.
Suatu malam keadaan di depan ruaang ICU sebuah rumah sakit begitu ramai dengan orang yang sibuk berbincang-bincang. Seketika, keadaan menjadi hening saat terdengar pintu ruang ICU terbuka dan menampakkan sosok perawat.
“Bisahkah salah satu keluarga pasien ikut saya ke dalam?” ucap perawat tersebut. Akhirnya kakak pertama Dayana memutuskan untuk masuk ke dalam ruang ICU. Selang beberapa menit kakak Dayana keluar dari ruang ICU untuk memanggil ibu Dayana.
“Ibu ayo masuk” jujur saja perasaan Dayana mulai tidak tenang, mucul pikiran-pikiran negatif di kepalanya. Semoga saja apa yang dipikirkan Dayana tidak benar dan semoga dirinya segera mendapat kabar baik tentang ayahnya. Namun sepertinya keinginan Dayana kecil kemungkinan akan terwujud karena sang ibu keluar dari ruang ICU dengan wajah panik.
“Dayana! Dayana! Ayo masuk, ayahmu…” mendengar perkataan ibunya membuat Dayana berlari masuk ke ruang ICU. Saat masuk, Dayana disuguhkan pemandangan yang sama sekali tidak ingin ia lihat. Terlihat seorang dokter dan beberapa perawat sedang memacu jantung ayahnya dengan alat yang Dayana tidak tahu namanya. Keasadaran Dayana kembali ketika mendengar teriakan dan tangisan dari ibunya.
Dayana mendekat ke ranjang tempat ayahnya berbaring dan ikut membisikkan doa. Beberapa menit berlalu, kegiatan dokter tersebut terhenti dan menatap seluruh anggota keluarga Dayana dengan tatapan bersalah. Dayana mengerti arti tatapan itu, ayahnya sudah pergi ke tempat lain yang berbeda dengan dunia. Otak Dayana mengerti apa yang sebenarnya terjadi, namun hatinya menolak untuk mengerti.
“Ayah! Ayo bangun, ayo kita pulang hiks. aku mohon buka matamu hiks, ayah” dayana terus mencoba membangunkan ayahnya, namun ayahnya tdak kunjung bangun. Depan ruang icu yang semula dipenuhi dengan orang yang sibuk bercakap-cakap, kini dipenuhi dengan suara tangisan dari sebuah keluarga yang kehilangan orang terkasihnya.
Beberapa hari setelah kepergian sang ayah, membuat Dayana menjadi sosok yang sedikit pendiam. Ia masih belum menerima sepenuhnya jika ayahnya sudah benar-benar pergi dari dunia. Dayana seperti menjadi seseorang yang sangat sedih diantara kumpulan orang-orang yang bahagia. Dayana merasa jika lebih menyakitkan untuk pura-pura tersenyum dariapada pura-pura menangis. Setiap orang memiliki dua sisi yang berbeda yang tidak semua orang ketahui. Dayana melambangkannya dengan warna biru dan abu-abu. Warna biru melambangkan kebahagiaan dan warna abu-abu melambangkan kesepian. Dayana harus menjadi biru untuk menyembunyikan abu-abu melalui tawanya.
Seiring berjalannya waktu Dayana sadar bahwa dirinyalah yang melahirkan rasa kesepian itu. Dirinyalah yang menciptakan warna abu-abu dalam kehidupannya sendiri. Dayana menyadari jika dirinya tidak boleh merasa terus kesepian dalam menjalani hidup. Bagaimana pun hidup Dayana akan terus berjalan, seperti anak panah di langit biru. Dayana memutuskan untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Di masa depan yang jauh, saat dirinya tertawa, ia akan memberitahu sang ayah jika ia bisa melakukannya.
Cerpen Karangan: Miladia Rahma