Tatapan penuh perhatian yang beliau berikan kepadaku. Ucapan nasihat yang beliau lontarkan. Motivasi serta dukungan beliau dalam menuntunku. Genggaman tangan beliau yang menuntunku melihat dunia luas dan melindungiku dari bahaya. Keringat kerja keras yang beliau lakukan demi diriku. Kasih sayang yang beliau berikan, yang selamanya tidak akan bisa tergantikan. Kini hanya menyisakan sisa-sisa kenangan pahit serta kejadian yang tidak pernah kusangka sebelumnya.
“Papa…? Ini gak mungkin kan?” Ucapku tanpa sadar yang mulai meneteskan air mata “Mama, ini enggak mungkin kan. Papa telah…” “Kevin, papa sudah tiada.” Ujar mama dengan isak tangisnya Di situ aku mulai menyadari bahwa ketakutanku semasa kecil menjadi nyata.
“Kevin, ayo bangun sayang ini sudah pagiii” Ucap mama sambil mengusap keningku Aku pun terbangun dengan rambut dan wajah yang berantakan serta dengan keadaan jiwaku masih belum terkumpul semua atau bisa dibilang setengah sadar. “Mama udah siapin baju sekolah kamu, habis ini siap siap dulu yah.” “Oh, iya mah makasih udah siapin baju Kevin.” “Enggak masalah Kevin, habis siap-siap langsung turun dan makan yahhh.” “Siap mah.” Perlahan mama keluar dari kamar tidurku dan meninggalkanku menuju dapur.
Setelah mandi aku segera bersiap memakai seragam sekolah yang sudah mama siapkan sebelumnya. Di sela-sela aku memakai seragam sekolah yang sudah mama siapkan sebelumnya, aku teringat mimpiku semalam bahwa di masa depan mendatang papa tertidur dengan aku yang meneteskan air mata dan mama yang juga meneteskan air mata. Tapi aku tak ingat semua tentang mimpiku semalam, sekilas hanya seperti itu saja. Tapi aku takut hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena selama ini jika aku bermimpi tentang kisah nyata aku merasa bahwa mimpi itu benar-benar terjadi. Bagaimana ji- “Kevinn, masih lama sayang? Makanannya keburu dingin ini nanti.” “Take you’re time Kevin.” Aku begitu kaget mendengar suara teriakan mama yang memanggil. Ya emang agak lama, soalnya sambil melamun tentang mimpiku semalam. Tapi aku hanya bisa berdoa semoga hal itu tidak terjadi. “Ehh, iya mah ini kevin sudah selesai.” Aku pun segera turun menuju ruang makan serta mendapati papa dan mama sudah menungguku di meja makan
“Ini makanannya sayang, dihabisin yahh.” “Iyah mah.” Disela melahap makananku aku melihat papa yang sedang menikmati makanannya juga. Aku tidak percaya bahwa nanti papa akan meninggalkanku untuk selamanya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah benar mimpi bisa menjadi nyata? Atau hanya aku yang menganggap ini berlebihan? Sejujurnya, aku sering mengalami beberapa mimpi yang sebelumnya memang selalu terjadi dan itu benar-benar nyata. Aku sangat takut bila mimpi semalam akan menjadi nyata. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan supaya papa diberi umur panjang. Angan-angan serta mimpi membuat diriku semakin kacau. Bagaimana cara menghilangkan rasa kekhawatiran ini?.
“Mama, kevin berangkat dulu yahh.” Ujarku sambil melambaikan tangan “Hati-hati di jalan Kevin.” “Papa juga hati-hati yahh.” “Iya mahh.” Ujar kami berdua kepada mamah
Suasana hening dalam mobil tanpa ada sepatah kata yang keluar dari kita berdua. “Awkward banget.” Ucapku dalam hati
“Kevin, belajar yang giat yah nak.” Ujar papa sambil mengelus kepalaku “Ehmm, iyah pah.”
Setelah sepatah kata yang akhirnya keluar, kini menjadi hening lagi. Sepanjang jalan yang kita tempuh hanya terdengar suara lalu lalang sepeda motor dan mobil lainnnya. Beberapa menit setelah perjalanan yang feelnya awkward banget, sekarang sudah sampai depan sekolah. “Hati-hati kevin.” “Iyah pahh.”
Jam pertama diisi dengan mata pelajaran favoritku. Of course, it’s English Lesson. Tetapi, aku memiliki firasat buruk tentang papa. Sehingga aku menjadi tidak fokus dengan pelajaran kali ini.
“Psst, kevin dari tadi kok ngelamun terus sih?” Ujar Becca sambil melambaikan tangan kepadaku “Kenapa, ada apa?” “Kamu kenapa sih? Biasanya paling semangat kalo ini.” “Ehmm, sekarang ada yang mengganggu pikiranku.” “Menganggu pikiran? You can tell me about your problem.” “Nanti aja, waktu istirahat.” “okayy.”
Setelah selang beberapa lama akhirnya bel berbunyi yang menandakan waktu istrahat. “So, apa yang menganggu pikiranmu dari tadi?” Ujar Becca “Jadi gini, kamu pernah ga sih pas malem mimpi tentang sesuatu hal dan besoknya mimpi itu benar-benar terjadi?” “Coba aku ingat-ingat. Hmm, kayaknya gak pernah deh.” “Apa jangan-jangan kamu memikirkan hal itu?” “Iya, semalam aku bermimpi kalau papa terbaring di pangkuanku dengan matanya yang terpejam serta aku melihat mama juga menangis di sampingku.” “Kevinn, kamu enggak mengingau kan?” “Itu benar Becca, itu mimpiku semalam.” “Bagaimana kalau hal itu benar terjadi?” Ujarku dengan tak sadar mulai menetesekan air mata “Aku hanya bisa membantu berdoa supaya papa kamu baik-baik saja Kevin.” “Sekarang tenanglah, sebaiknya kita ke kantin untuk menenangkan hati kamu dengan makanan yang lezat.” “Baiklah.” Ujarku sambil mengusap air mata ku
Jam pulang sudah dekat serta bel pulang sudah berbunyi. Aku segera keluar dari kelas dan keluar area sekolah. Tetapi aku tidak mendapati mobil papa yang selalu menjemputku. “Tumben belum dijemput?” Ujar Becca “Enggak tau nih, biasanya papa udah ready depan sini.” “Tapi, firasat buruk ini datang lagi.” “Kevin kita harus cepat ke rumahmu.” Ujar Becca dengan khawatir “Baiklah.”
Perasaan campur aduk dan khawatir menjadi satu, aku sangat takut terjadi apa-apa. Beberapa menit menempuh perjalanan ke rumah tapi sesampainya kami di sana, kami tidak menjumpai seseorang pun.
Tiba-tiba dering telepon berbunyi, dan ternyata itu panggilan suara dari mama. Dan aku segera mengangkat telepon itu. “Kevin, segera ke RS Mediterania sayang.” Suara yang tidak begitu jelas dengan isak tangis yang terdengar “Baik mah.”
Sesampainya di rumah sakit aku mendapati mama yang sedang menangis. “Mama, ada apa dengan papa?” “Papa kamu sudah tidak ada kevin.” Ujar mama dengan isak tangisnya
Dengan tergesa-gesa aku menuju ruangan papa tiada. Di sini aku benar-benar tidak terduga. Mimpi semalam benar-benar terjadi. Ketakutan semasa kecilku terjadi. Kini aku benar-benar takut dengan mimpiku sendiri.
Cerpen Karangan: Abryan rizky Blog / Facebook: Abryan Rizky Rahmatillah Abryan Rizky Rahmatillah SMPN 1 PURI