“huuf” keluhku, saat mendengar bell pelajaran berakhir. Hari ini seperti hari kemarin. kami siswa kelas 3 beberapa bulan lagi akan mengikuti ujian nasional. Maka karena hal itu SMA kami menambah jam pelajaran hingga petang. Menuntut kami belajar lebih giat agar lulus dengan mulus.
“rima, sepulang ini kita main basket yuk, dengan orang kelas c. Aku dengar kamu hebat dalam hal basket.” ajak rudy. Teman sebangkuku. “wah, gimana ya rud. Aku kayanya gak bisa. Hari ini aku capek banget.” Tolakku. Aku memang lihai dalam bermain basket. Namun tubuhku berkata tidak.
Sekolah kami termasuk sekolah unggul karena memiliki fasilitas yang cukup memadai. Seperti lapangan tenis, bola, dan basket. Kami sering bermain di lapangan ketika sore hari. Namun tidak untukku. Aku hanya sesekali menonton dan melihat-lihat ketika selesai belajar jam sore. Aku sering berkaliling lapangan dan lingkungan sekolah untuk mengusir kejenuhanku.
Hari ini setelah menolak ajakan bermain basket di lapangan bersama rudy. aku langsung pulang ke rumah. Aku selalu pulang jalan kaki dari sekolah karena rumahku tidak jauh dan tidak dekat. Lagi pula aku lebih senang jika berjalan kaki hitung-hitung olah raga. Melihat lingkungan sekitar membuatku nyaman dan tenang selepas belajar di sekolah. Penat dan lelah seolah sirna dengan hamparan lingkungan yang bersahaja, namun indah.
Saat inilah adalah saat yang aku nantikan setiap hari. Saat-saat dimana aku berjalan di trotoar lingkungan rumah-rumah. Aku sangat menikmatinya. Dengan diterangi matahari senja. Aku terus berjalan menghirup dan marasakan keindahan yang muncul begitu saja saat aku berjalan pulang. Didepanku aku ada tempat yang ingin aku kunjungi. sebuah taman kecil tempat bersantai yang paling aku senangi. Lokasinya berada setengah jalan antara rumahku dengan sekolah. Jadi Disana aku sering duduk-duduk sebentar untuk menghilangi penat. Disana adalah tempat bermain anak-anak sekitar. Tingkah lucu mereka sering membuatku tertawa ketika aku bersantai disana.
Namun hari ini berbeda saat aku hampir sampai ke taman. Angin dingin memelukku dan daun-daun musim gugur yang berjatuhan menghentikanku. Aku terdiam dan merasa ada sesuatu disana yang mungkin menungguku. Saat aku sampai ke taman, dia disana. Menangis dengan wajah yang bersinar diterangi matahari senja. Dia berdiri dibawah pohon dekat ayunan. Dia… cantik… aku merasa tergerak dan aku menghampiri gadis itu.
“hei” sapaku padanya. “jangan menangis saat kau berada ditempat yang seharusnya membuatmu bahagia” sambungku. Aku mengeluarkan saputangan dari saku dan memberikan padanya. Dia berbalik dan melihatku dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tersenyum, lalu mengambil saputangan dari tanganku. “terima kasih” ucapnya dengan manis. Lalu kami duduk di kursi taman berdua.
“hmm. Namaku rima simon. Salam kenal” perkenalanku untuk membuka percakapan. “oh, iya. Namaku azila jannah. Salam kenal juga” balasnya dengan wajah tersenyum. “hmm. Kalo boleh tau kamu kenapa menagis tadi?” tanyaku penasaran. “oh, tadi. Gak apa-apa. Aku hanya sedang sedih kehilangan sesuatu” jawabnya ringkas. “apa tu?” “sesuatu yang penting, tapi maaf aku gak bisa bilang” “okee, lepaskan saja. Terkadang kita butuh waktu untuk mengingat begitu juga untuk ikhlas” Lalu kami hanya diam menikmati suasana sore yang sepi riuh.
“pulang yuk. udah mau magrib nih ntar kena marah kalo pulang kelamaan” ajaknya. “kalo boleh. Bisa gak aku temenin kamu pulang sampai ke rumah azila” tawar aku. “hmm. gimana ya. Nanti kamu kasihan pulang kemalaman gara-gara aku.” jawabnya. “rumah aku gak jauh lagi kok. Jadi jangan khawatir” jawabku seenaknya.
Rumahnya ternyata tidak terlalu jauh dari taman itu. ketika aku sampai disana aku merasa ada sesuatu yang hilang dari rumah ini. Aku pikir itu adalah sesuatu yang penting. Rumahnya 2 lantai. Tidak terlalu besar, namun memiliki halaman yang cukup luas. Di sekitar pagar terdapat taman bunga seperti lily, mawar, melati, dan matahari. Dengan pohon cemara dingin disetiap sudut pagar. Disebelah taman bunga terdapat jalan setapak yang terbuat dari campuran batu hitam dan putih. Diujung jalan terdapat meja dan dua kursi untuk bersantai. Jadi sederhananya, dia orang kaya.
“mau masuk gak?” ajaknya ketika kami sampai ke pintu depan rumahnya. “gak ahh, sorry. Aku pulang aja udah magrib” jawabku menolak. Setelah berpamit dengannya aku langsung pulang ke rumah.
Esoknya aku pulang lebih cepat. Dalam perjalanan kupercepat langkahku. `apakah dia ada disana hari ini` pikirku. Aku berharap bertemu dia lagi karena… dia mungkin kesepian dan butuh seorang teman. Ketika aku hampir sampai ke taman itu. angin dingin dan daun yang gugur tidak menghampiriku. Maka aku percepat langkah karena keinginan hati. Dan dia disana, lagi. Sekarang keadaannya lebih baik dari kemarin yang berwajah sedih maka sekarang lebih bersinar. Ia duduk di kursi taman sendirian. Dihadapannya ada anak-anak sekitar yang sedang bermain bersama. Dengan wajah ceria anak-anak itu, mungkin membuatnya lebih ceria. Aku menyapanya dan langsung duduk disampingnya.
“hei, kok kamu duduk sendirian disini?” tanyaku. “aku lagi bosan di rumah, jadi aku pergi kesini. Disini juga aku dapat melihat anak-anak ini bermain. Mereka lucu ya” jawabnya dengan senyuman yang manis “hehehehe, Ya. hmmm, azila. Kamu sekolah dimana trus kelas berapa?” tanyaku “di sma 7, kelas 3. Kalo kamu, rima?” balas dan tanyanya. “aku di sma 4, Kelas 3 juga.” Jawabku. “kamu baru pertama pergi ke taman ini ya? kok baru sekarang aku liat disini” tanyaku lagi. “hmm, engga kok. dulu, ketika senja seperti ini. aku sering kesini bersama keluargaku. Namun sekarang.” Jawabnya. Aku gak tau kenapa ia berhenti, kupikir aku mungkin akan melukai hatinya jika melanjutkan pertanyaan tadi.
Kami mengobrol singkat tentang sekolah di taman itu. karena jam pun masih menunjuk pukul 4:30. Aku tidak merasa khawatir jika aku berlama-lama disini. Suasana taman ini seperti biasanya namun, angin sore musim gugur yang biasanya membuat daun berguguran hilang. Apakah gerangan yang sedang terjadi. Kemudian kami diam, aku tak tahu harus berbuat apa. Namun kupikir, hal yang indah duduk berdua bersamanya disini. Aku ingin begini selamanya. Namun, maktu menegur kami untuk pulang. Azan magrib sudah berkumandang. Kami pun pulang, aku menemaninya sampai ke rumahnya.
Saat tiba di rumahnya, kedua orangtuanya sudah menunggu kami. Namun terlihat wajah yang kurang senang dari orangtua azila. Tanpa aba-aba ibu azila langsung menampar pipi azila, “plak…”. aku terkejut, dan spontan azila hanya menunduk dan langsung lari kearah rumah.
“siapa kamu?, kemana kamu dengan anak saya?” Tanya ibu azila “saya rima tante, tadi saya ketemu azila di taman depan tk tante” “besok jangan dekati lagi anak saya, pergi kamu” “izin pamit tante” Lalu aku langsung pergi dari sana. Berusaha mencerna apa yang terjadi. Aku tak tau apa permasalahan yang dialami oleh azila, namun aku berharap yang terbaik untuknya.
Cerpen Karangan: Yoguruto Facebook: facebook.com/aldi.renaldi.92505 saya penyuka yogurt