Sore ini, Shura seorang pemuda itu menangis ketika pemakaman ibunya dilakukan.
“Bu, jangan tinggalin Shura bu” Laki-laki itu berbicara sambil tersedu-sedu.
Laki-laki yang biasanya bersikap tangguh, ceria, dan mempunyai sifat yang suka menghibur orang itu hari ini menangis atas kehilangan ibunya yang sangat ia sayangi. Setelah beberapa hari atas kehilangan ibunya ia masih teringat kenangan-kenangan yang ia buat dengan ibunya sewaktu dulu.
2 tahun setelah pemakaman ibunya, Shura walaupun masih berusaha menghilangkan kesedihannya karena sudah kehilangan ibunya dengan penuh semangat berangkat ke sekolah. Saat sudah di sekolah, dia bertemu dengan temannya, Indra.
“Ra, lu udah belajar buat ulangan matematika nanti?” Tanya Indra. “Hah, emangnya ada ulangan matematika?” Ucap Shura. Indra berkata “Lu pasti belum belajar yaa, materinya susah loh” “Haha, lu ga usah bohong deh” Ucap Shura. Pada saat di kelas Indra terus berbicara “Hayolo Ra lu kan ga belajar pasti ulangannya susah ini”. Shura menjawab “Iya dah iya”.
Keesokan harinya nilai ulangan pun dibagikan, Shura dan Indra mendapat nilai ulangan tertinggi di kelasnya. Indra berkata “Kok nilai lu ulangan bisa sama kayak gue sih?” “Ada deh” Jawab Shura.
Pada saat di perjalanan pulang, ia teringat dengan ibunya, ia pun pergi ke makam. Pada saat di makam ia bercerita di bawah gundukan tanah. “Bu liat deh, Shura dapat nilai tertinggi bu!” . “Kenapa sih bu, ibu ninggalin Shura duluan”.
Ibu Shura mengalami kecelakaan ketika Shura masih berusia 4 tahun. Saat Shura mengetahui kabar bahwa ibunya mengalami kecelakaan dan harus dibawa ke rumah sakit, dengan perasaan sedih dan khawatir Shura mengajak ayahnya agar pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ia langsung menangis ketika melihat kondisi ibunya.
“Bu, jangan tinggalin Shura bu” Ucap Shura sambil menangis. “Ya nak, ibu ga akan ninggalin Shura kok” Jawab ibunya. Itu adalah kalimat yang terakhir ibunya ucapkan. Saat itu Shura bertanya kepada perawat disana
“Sus, ibu saya kenapa sus?” Sang suster pun langsung bergegas memanggil dokter untuk mengecek keadaan ibu Shura. Saat dokter sudah sampai di ruangan ibunya Shura ia langsung mengecek keadaannya. Sang dokter keluar dari ruangan ibu Shura dan berkata bahwa ibu Shura sudah tiada. Shura yang mendengar kabar itu langsung menangis sejadi-jadinya.
Saat Shura kembali ke rumahnya, ia merasa kesal pada ayahnya karena ayahnya selalu tidak ada di rumah, bahkan setelah pemakaman ibunya selesai ia langsung kembali untuk bekerja. Untuk memikirkan masalah ini butuh kesegaran. Untuk berpikir membutuhkan otak yang jernih, Dengan bergegas, Shura meraih handuknya kemudian mandi, setelah itu ia langsung mandi untuk melupakan rasa kesalnya
“Ah, mandi emang bikin segar”
Sesaat setelah ia selesai mandi tiba-tiba mati lampu. Tumben sekali mati lampu terjadi di rumahnya. Ia yang baru selesai mandi langsung mencari lilin di dapur. Dengan cahaya seadanya, ia mencari lilin dan tiba tiba ia teringat dengan kenangan yang kenangan semasa ia kecil dengan ibunya. Saat Shura sudah mendapat lilin dan menyalakannya, ia langsung ke kamarnya dan bersiap untuk tidur. Suasana gelap seperti ini seringkali membuat ia cepat tertidur pulas. Kegelapan membuat pikirannya lekas terbang. Melayang mencari tempat pendaratan di alam bawah sadarnya. Shura kaget karena ia mendengar suara seperti memanggil dirinya.
“Shura…” “Shura…”
Shura yang mendengarnya seketika panik, ia mencoba membuka mata tapi tidak bisa. Ketika ia mendengarkannya dengan lebih seksama, ternyata itu adalah suara ibunya.
“Shura… bangun nak” Ketika Shura berhasil membuka matanya, ia kaget ternyata ia ada di kamarnya dan ada ibunya yang sedang membangunkannya.
“Kamu akhirnya bangun juga nak” Ucap Ibu Shura Shura yang terkejut tiba-tiba meneteskan air matanya dan langsung memeluk ibunya.
“Kamu kenapa nak kok kamu menangis?” “Shura gapapa bu cuma mimpi buruk kok” Ucap Shura sambil mengelap matanya dengan telapak tangan.
KKRRIINGGGGG Suara alarm membuatnya terbangun dari tidur. Shura membuka matanya dan tersadar akan sesuatu. Kamarnya. Ia kembali di kamarnya. Di mana ibu?
Sebuah ketukan membuat Setho sontak menatap kearah pintu. Dengan gerakan cepat Ia membuka pintu. “Shura, ayo sarapan.” Ajak ayahnya ceria.
Bapak dan anak itu langsung menuju meja makan. Menyantap makanan dengan lahap, tiba-tiba Shura bertanya “Ayah kok tumben ada di rumah?” “Ayah minta cuti untuk beberapa hari nak, ayah pengen di rumah dan ingin bareng kamu” Jawab ayahnya.
“Oh iya, ayah dengar kamu dapat nilai tertinggi di beberapa ulangan ya!?” “Kok ayah bisa tau?” Tanya Shura. “Indra yang ngasih tau ayah, kamu jangan sombong ya gara gara kamu dapat nilai tertinggi” “Pasti dong yah, ngapain juga Shura sombong” “Udah sana kamu mandi abis itu berangkat ke sekolah”
Pada saat Shura sedang mengarah ke rumahnya, ia melihat ayahnya yang sedang berjalan menuju pemakaman. Shura pun mengikutinya secara diam-diam. Shura melihat dengan jelas bahwa ayahnya sedang berada di sebelah makam ibunya dan Shura melihat ayahnya menangis. Shura yang melihatnya dari kejauhan pun tersenyum sambil meneteskan air mata. Shura pun bergegas mendatangi ayahnya, bapak dan anak itu mendoakan ibu Shura bersama.
Sesampainya Shura di rumah, ayahnya langsung menyuruh dia mandi dan makan malam. Sesudahnya mereka makan malam, Shura pergi ke kamarnya untuk tidur, sementara ayahnya bersiap-siap pergi untuk kerja lagi. Sebelum tidur, Shura bermain handphone sebentar agar membuat ia mengantuk, ketika ia sedang bermain handphone, ia tiba-tiba teringat kembali dengan ibunya. Setelah Shura sudah cukup mengantuk, ia langsung tertidur. Lagi-lagi ia mendengar suara yang memanggilnya.
“Shura…” “Shura…”
Shura yang sudah pernah mendengarnya langsung menyadari bahwa itu adalah suara ibunya.
“Bu, ibu dimana bu?” “Bu?”
Pada saat ia terbangun, ia pun menyadari bahwa ibunya berada di sampingnya dan ibunya bertanya. “Shura kamu kenapa nak? Kok dari tadi manggil ibu terus?” Shura menjawab “Tadi Shura mimpi aneh banget”
Ternyata hal yang Shura alami itu semua hanyalah mimpi. Shura mengalami kecelakaan dan pada saat ia dibawa ke rumah sakit, ia pingsan dan di situlah ia bermimpi tentang semua kejadian tersebut. Shura takut akan kehilangan ibunya. Karena ia selama ini sering sekali membantah ibunya dan tidak mendengar apa yang ibunya nasihati padanya, sehingga muncullah mimpi itu. Ketika ia tersadar dari pingsannya, ia langsung memeluk ibunya dan meminta maaf atas apa yang sering ia perbuat.
“Bu maafin Shura bu” “Kamu minta maaf karena apa?” Tanya Ibu Shura. “Maaf karena Shura sering bantah, marah, dan sering tidak mendengar nasihat ibu” “Udah gapapa, ibu juga ga marah kok”
Shura yang mendengar itu seketika menangis dan langsung memeluk ibunya.
Cerpen Karangan: Farrel A. S. – SMP Tarakanita 1