Biasanya para remaja hanya menceritakan mengenai kisah cinta impiannya yang terjadi saat duduk di bangku SMA, beda dengan seorang gadis cantik berambut hitam kecoklatan, yang biasa dipanggil Ella.
Ella terkenal sebagai gadis yang ramah terhadap semua orang, dengan sifat ramah ini Ella jadi mempunyai banyak teman di sekolah. Kehidupannya di sekolah bisa dibilang cukup menyenangkan layaknya remaja SMA yang senang bersosialisasi, semua orang kenal dia di sekolah. Ella juga bergabung di Ekstrakurikuler Band. Dia juga senang sekali membuat lagu mengenai kehidupannya, dia sungguh berbakat dan mencintai musik. Ella menganggap musik adalah temannya yang bisa selalu menemani dan mendengarkan cerita-ceritanya. Banyak yang mengatakan hidup Ella adalah hidup yang kebanyakan remaja SMA ingin miliki.
Mereka sering berkata, “Terkadang Aku ingin jadi kamu deh Ella… hidup kamu kelihatan enak. Kamu cantik, popular, nama baikmu terjaga di sekolah, keluargamu lengkap dan tentunya kamu sangat berbakat.” Ella hanya dapat menjawab “Ya, semua orang berkata begitu, karena mereka tidak tahu kehidupanku yang sebenarnya kalau bukan di sekolah.”
Sedari kecil Ella memang lebih betah menghabiskan waktu di luar rumah apalagi di sekolah, dia merasa lebih nyaman dan senang Ketika di luar rumah. Bisa dibilang keluarga Ella memang lengkap tapi belum tentu bahagia, ada suatu kisah yang melekat betul pada Ella.
Cerita masa lalu Pada pukul 11 malam dini hari di ruangan yang hanya diisi kesunyian ini, Ella yang berusia 6 tahun masih setia menanti kelahiran adiknya. Dia menemani ibunya di rumah sakit hingga akhirnya pada pukul 23.45 adiknya ini yang sudah ia tunggu-tunggu akhirnya lahir. Orangtuanya menamakannya Mika. Semenjak kelahiran Mika, Ella diberikan tanggung jawab untuk menjaga adiknya apalagi mereka satu sekolah. Sampai suatu ketika saat pulang sekolah, mereka di depan gerbang sekolah menanti ayah menjemput mereka. Tiba-tiba, Mika melihat gerobak jualan yang penuh dengan mainan di seberang jalan, Mika langsung berlari menyeberang jalan hingga tangannya pun terlepas dari genggaman Ella dan pada akhirnya dia mengalami kecelakaan tabrak lari motor. Mika langsung tak sadarkan diri. Ella berlari histeris melihat adiknya. Ayahnya yang posisinya sudah dekat sekolah tiba-tiba terkena macet. “Ada Apa sih? Tumben banget disini macet.” Ucap Ayah kebingungan.
Melihat kerumunan orang di tengah jalan akhirnya ayah memutuskan untuk turun dan melihat apa yang terjadi. saat ia mengintip ternyata anaknya Mika, sudah tak sadarkan diri ditengah-tengah kerumunan orang. Ayah pun langsung menggendong anaknya dan masuk ke mobil diikuti oleh Ella, mereka bergegas ke rumah sakit untuk mengecek kondisi Mika.
Ella lah yang disalahkan oleh kedua orangtuanya atas kejadian yang menimpa adiknya. “Jaga adiknya aja kok ga bisa sih!?” Bentak ayah kepada Ella. “Iya, Maaf yah…” suara Ella gemetar menahan tangis. “Ternyata seorang adik yang aku tunggu-tunggu selama ini, tidak memberikan dampak yang begitu indah bagi hidupku.” Keluh Ella dalam hati.
Balik ke cerita Dan ya, setelah kejadian ini Ella bertanggung jawab penuh atas Mika sampai dia besar pun mereka harus selalu bersama dan jika mika kenapa-kenapa yang akan dimarahi pertama pasti Ella. Ella sering kali merasa semua ini tidak adil “Mengapa harus selalu aku sih? Aku juga ingin dijaga seperti itu, kenapa seakan-akan hanya ada Mika? Apakah mereka lupa ada aku? Aku juga anak perempuan yang ingin diberikan perhatian.” Ella hanya dapat menangis dalam kamarnya sembari menyetel lagu untuk menemaninya.
Ayah dan Ibu jarang memberikan perhatian ke Ella, tetapi secara tidak langsung menaruh ekspektasi yang tinggi kepada-nya. Itu sudah Ella rasakan sedari dia masih berusia 9 tahun awalnya dia tidak mengerti “beban” Yang diberikan kepada dirinya tapi semakin dia tumbuh dewasa dia semakin paham dan merasakan. “Kamu ini harapan pertama kalau kamu gagal, muka Ayah dan Ibu mau ditaroh dimana?!” Bentak Ibu. “Inget ya, Ibu dan Ayah sebentar lagi akan pensiun dan adikmu masih SMP jadi kamu yang hanya bisa ibu harapkan untuk bantu mencari uang biaya kuliah kamu dan sekolah adikmu.” “Ya bu, akan aku coba sebisaku ya…” Jawab Ella.
Ella sebentar lagi akan lulus SMA dan masuk kuliah. Orangtuanya memberi kebebasan untuk memilih jurusan namun dia harus tetep bisa menjemput dan mengantar adiknya sekolah dan tidak boleh terlambat. “Sudah biasa seperti ini, memang Mika selalu dimanjakan…” Keluh Ella dalam hati.
Akhirnya Ella masuk jurusan kesenian karena dia suka musik, Ella selalu melampiaskan perasaannya lewat musik. Lalu Ella sampai di Univeritas kesenian tempat dia berkuliah. Masuk ke ruangan sejuk yang penuh orang-orang sibuk membuat karyanya masing-masing.
Saat masuk kelas, Ella mencari tempat duduk yang kosong untuk ditempati tiba-tiba ada yang mengajak Ella berkenalan dan akhirnya mereka duduk bersama. Ella yang disana belum punya teman, tentunya senang dan menuruti teman barunya.
“haiii, salam kenal aku Mahira!” Sapa Mahira ceria. “Oh iya, salam kenal juga aku Ella.” Mereka berbincang-bincang sembari menunggu dosen mereka datang.
Setelah selesai kelas mereka lanjut ngobrol menceritakan latar belakang masing-masing. “Kamu kenapa memilih jurusan kesenian?” tanya Ella sambil membereskan mejanya. “Aku suka bermain musik dan dengan bermain musik aku bisa melampiaskan emosiku.” Jawab Mahira. “Kalau kamu sendiri, mengapa memilih jurusan ini?” Tanya balik Mahira kepada Ella sembari mereka berdua jalan keluar kelas. “Aku suka membuat lagu, aku suka sekali mendengarkan musik, dan aku juga melampiaskan perasaanku lewat lagu-lagu yang aku tulis. Salah satu lagu yang aku tulis berjudul “Apakah ini rumah?” Di lagu ini, aku menceritakan mengenai rumah tapi yang hanya diisi dengan kesepian, kesedihan, ketidakbahagiaan jadi sebenernya ini bukan definisi rumah yang kata orang-orang tempat manusia beristirahat dan menenangkan pikiran. Tapi menurutku kadang saat aku di rumah, aku menguras lebih banyak energi daripada di luar rumah. Jadi ini mengenai rumah yang tak terasa seperti rumah.” “Wow… Makna yang dalam ya…” Jawab Mahira terpesona mendengarkan cerita Ella.
“Kamu pernah menyanyikan lagu-lagumu untuk orang lain ngga? Seperti manggung atau lain sejenisnya.” Tanya Mahira. “Tidak pernah… Aku tidak tahu caranya bisa manggung seperti orang-orang lain tetapi salah satu mimpiku memang menampilkan karya-ku ke orang lain.” “Aku punya seorang kenalan yang biasa manggung di sebuah café dekat kampus, gimana kalau besok kita kesana saja?” Tanya Mahira kepada Ella. “Ya semoga aku bisa ya, karena aku punya seorang adik yang harus selalu aku jemput tepat waktu jadi aku harus memprioritaskan dia dahulu, daripada dimarahi orangtua lagi sudah malas aku mendengar omelan mereka mengenai adikku.” Jawab Ella.
Akhirnya Ella menjemput adiknya Mika. Sebenarnya Mika itu juga merasa tidak dipercaya oleh orangtuanya, semua hal yang dilakukan harus bersama kakaknya jika tidak bersama orangtuanya. Mika ingin mempunyai kebebasan juga seperti kakaknya, Ella. Jadi, dia pun terpaksa harus selalu bersama kakaknya. Karena hal itu, membuat Mika juga tidak jadi seorang anak yang manja melainkan jadi bingung dan kesal pada orangtuanya karena sudah memberikan beban kepada kakaknya. Ditambah lagi Mika juga diberi jam tangan yang bisa melacak keberadaan dia dengan orangtuanya. “Sungguh heran aku, kenapa mereka terlalu berlebihan sih?” Ucap Mika dalam hati. Di rumahnya juga diberikan cctv yang orangtuanya selalu pantau, jadi akan ketahuan jika Mika pulang terlambat dikarenakan orangtua mereka selalu kerja hingga larut malam, mereka hanya bisa memantau lewat cctv yang dipasang di rumah mereka.
Besoknya setelah Ella selesai kelas “Ell kamu jadi ingin ikut ke Cafe yang dekat kampus ngga?” Tanya Mahira. “Baiklah Mahira, aku juga penasaran dengan cafe dan temanmu yang ingin kamu kenali ke aku, tapi aku ga bisa lama-lama ya. Aku harus menjemput adikku kalau sampai aku terlambat bisa diamuk habis-habisan dengan orang tuaku.”
Akhirnya Ella datang ke café tersebut dengan Mahira. “Kenalin ini temenku namanya Ella.” “Haloo! Aku Dhika.” “Haii, aku Ella.” “Ini yang waktu itu gue ceritain temen kampus gue, udah kalian ngobrol-ngobrol dulu aja gue mau pesen makan dulu” Ucap Mahira
“Aku denger-denger kamu juga suka nulis lagu ya?” Tanya Dhika. “Iya, kamu juga kan? Kata Mahira kamu suka manggung disini, menyanyikan lagu buatanmu sendiri”. Jawab Ella “Enggak selalu lagu buatan aku sih, kadang juga bingung mau nulis tentang apa. Oh iya, aku boleh liat lagu buatan kamu ngga?” Tanya Dhika Ella menunjukan lagu buatannya kepada Dhika dan Dhika pun membacanya. “Wah artinya begitu dalam ya, aku suka lagu buatan kamu. Kapan-kapan nyanyiin dong di sini” “Boleh-boleh dari dulu aku pengen manggung tapi belum pernah kecapai sebelumnya hehe.” “Yaudah nanti kamu kabarin aja kapan bisanya disini kita juga lagi nyari orang untuk mengisi live musicnya, jadi kamu nggak harus selalu menyanyikan lagu buatanmu sendiri, kamu juga sambil menyanyikan lagu-lagu yang sedang terkenal kok.” “Wah menarik ya…” Ucap Ella.
Akhirnya Mahira datang dan mereka bertiga lanjut berbincang-bincang, tidak lama Ella pamit pulang karena ingin menjemput adiknya.
Besoknya saat Ella mengantar Mika ke sekolah dalam perjalanan Mika bertanya, “Papa, mama kenapa selalu suruh kakak buat yang anter jemput Mika ya? Padahal kan kakak juga kuliah. Terus kenapa setiap aku telat dijemput, papa mama selalu marah besar sama kakak?” “Hmmmm… aku juga tidak tahu pasti tapi ada satu kejadian yang terjadi dulu pas kamu kecil yang sepertinya kamu sudah tidak ingat, mungkin kejadian ini membuat mereka sangat menjagamu dan memberikan tanggung jawab yang besar bagiku. Sedari kecil apapun yang terjadi pada kamu pasti orang pertama yang disalahkan dan dimarahi itu aku.” “Memang cerita apa kak?” Tanya Mika. Kemudian Ella menceritakan kisah saat Mika mengalami kecelakaan tabrak lari itu. Mika sungguh kaget karena dia sama sekali tidak ingat hal itu pernah terjadi pada dirinya.
Cerpen Karangan: Michelle Joy kelas 9.2