Setelah mengantarkan Mika sekolah, Ella lanjut ke kampus. Beberapa jam sudah lewat sampai tak terasa sudah selesai kelas musik hari ini. Ella dan Mahira akhirnya menjadi teman dekat, mereka menghabiskan waktu kemana-mana bersama. Mahira bertanya “Jadinya kemarin gimana, kamu akan manggung kapan? Sepertinya Dhika tidak sabar untuk mendengar kamu membawakan lagumu yang berjudul “Apakah ini Rumah?” Aku pun tidak sabar untuk mendengarnya.” Ella tertawa, “Iya-iya secepatnya yaa bagaimana kalau besok saja, besok adikku ekskul jadi dia pulangnya akan lebih lama, hingga kita ada waktu untuk ke café sebentar.”
Lalu keesokan harinya setelah Ella selesai kuliah, dia dengan Mahira mengunjungi café yang dekat kampus ini dimana Dhika berada. “Dateng juga akhirnya yang kita tunggu-tunggu, Jadi gimana mau coba manggung sekarang nih?.” Tanya Dhika. “Boleh, aku sudah siap menunjukan karyaku, semoga para pengunjung terhibur ya.” “Baiklah, silahkan panggung milikmu Ella nikmati saja.”
Ella menyanyikan lagunya yang berjudul “Apakah ini Rumah?”
Ternyata para pengunjung menikmati lagu yang dipersembahkan oleh Ella. Ella mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung. “Wahhh… Bagus sekali Ella.” Puji Dhika dan Mahira terkagum kagum akan suara dan lagu yang dibawakan oleh Ella. “Hehehhehe makasih semua, aku tidak menyangka pengunjung akan suka laguku.” “Gimana kalau kamu setiap pulang kuliah ke sini untuk kerja mengisi live music café ini bareng Mahira juga, dia kan bisa main alat musik juga jadi bisa duet deh kalian berdua.” Dhika menawarkan kepada Ella. “Aku harus menanyakan ke adikku dulu, kan aku harus selalu menjemput dia jadi harus aku bicarakan dan pikirkan dulu yaa. Lusa akan kukabari.” Jawab Ella.
Setelah itu Ella menjemput adiknya di perjalanan Ella menceritakan bahwa dia akan mulai kerja di café dekat kampusnya, dia ingin mengisi live musicnya. “Jadi, kira-kira kalau kamu dijemputnya dengan ojek keberatan nggak? Nanti aku saja yang memesan ojeknya kamu tinggal mengabari aku saat pulang sekolah.” Jelas Ella kepada Mika. “Iya kak gapapa kok, aku ngerti pasti kakak juga berusaha untuk nyari uang kan. Nanti biar aku saja yang memesan ojeknya kalau kakak sibuk.” Jawab Mika. “Makasih banyak Mika, tapi kita jangan sampai ketauan mama papa yaa bisa diamuk habis-habisan aku.” Ucap Ella. Ella sangat berterimakasih dan bersyukur memiliki adik yang pengertian seperti Mika.
Jam berganti jam, hari berganti hari sudah mau sebulan saja Ella bekerja disana dan Mika pulang menggunakan ojek. Sampai suatu ketika di pagi hari saat Ella mengantar mika sekolah, Mika berkata “Kak hari ini kakak yang memesankan ojek ya buat aku tadi aku check aplikasi ojeknya eror di hp ku. Hari ini aku pulang seperti biasa pukul 2.30.” Ella menjawab “Baiklah Mika”
Seperti hari hari biasanya setelah kuliah, Mahira dan Ella pergi ke cafe untuk mengisi live music nya. Hari ini cukup padat di café karena banyak pengunjung yang request lagu kepada Ella dan Mahira, sampai-sampai Ella lupa memesankan ojek untuk adiknya. Mika di sekolah susah menunggu lama akhirnya dia menelepon dan mengechat kakaknya namun tidak ada jawaban sama sekali.
Tiba-tiba panggilan masuk dari ibu, mau tidak mau harus Mika jawab. “Dimana kamu?!” bentak ibu “Mana Ella??, daritadi mama sudah telfon, chat gaada respon apa-apa.” Mau tidak mau Ella harus menjawab jujur kepada ibunya.
“Sudah gila ya kakak mu?!” “Tunggu, Ibu jemput kamu.” Ucap ibu dengan nada yang tinggi. Mika merasa bersalah karena sudah bercerita kepada ibunya walaupun terpaksa tapi dia tahu Ella akan diamuk habis-habisan.
SUASANA DI CAFÉ Sudah jam istirahat akhirnya Ella dan Mahira beristirahat. Saat membuka HP Ella terkejut sudah banyak panggilan tidak terjawab dari Mika, Ibu dan Ayah. Dia lupa untuk memesan ojek untuk adiknya. “Sudahlah habis aku.” Ucap Ella lemas tidak tahu harus apa.
Akhirnya dia izin untuk pulang duluan dengan alesan ada urusan keluarga yang sangat mendesak. Sesampainya di rumah ternyata Ayah, Ibu dan Mika sudah di rumah. “Kamu darimana ajasih?! Ibu chat, telfon ga dijawab-jawab, merepotkan semua orang saja kamu bisanya!” Bentak ibu. “Udah berapa lama kamu biarkan adikmu pulang naik ojek sendirian??” Tanya Ayah geram. Ella hanya menunduk ketakutan “Jawab! Ga punya mulut ya?” “Sudah hampir sebulan yah…” Jawab Ella gemetaran Tiba-tiba suara tamparan begitu keras terdengar, Ibu menampar Ella. “Udah gila ya kamu? Kalau sampai adikmu kenapa-kenapa gimana?! “Kamu selama ini ngapain sih?” “Aku kerja bu, manggung setelah kuliah.” “Dasar ga guna manggung-manggung ga jelas!.”
“Aku selama ini kerja bu, selama ini kalian suruh aku buat bantu soal keuangan keluarga kita, yaudah aku coba kerja di café mengisi live music nya. Aku juga suka menyanyi jadi ini aku bersyukur mendapat pekerjaan sesuai apa yang aku suka. Tapi kalian kenapa tidak pernah mendukung aku sih? Yang ada di pikiran kalian hanya Mika. Selalu saja Mika, kapan waktu buat aku nya?”. Ucap Ella dengan nada tinggi sambil menangis.
“Aku juga sebenarnya pengen kayak kakak, kemana-mana sendiri, nggak pernah dilarang-larang, bisa mandiri nggak harus selalu ditemani. Aku juga pengen bebas kayak kakak tapi ternyata jadi kakak beda lagi, dia ngerasain kesepian, merasa ingin diperhatikan. Semua kebalikan dari aku. Artinya kalian nggak ngasih perhatian ini seimbang ke kita. Kalian terlalu posesif dan memberi terlalu banyak perhatian kepadaku, namun kakak? Dia merasa nggak pernah diperhatikan sama kalian.” Ucap Mika.
“Justru aku senang diberikan kepercayaan oleh kakak, aku bisa memesan ojek sendiri, menjaga diriku sendiri walaupun tak seberapa namun dari sini aku belajar dipercaya, aku belajar bertanggung jawab atas diri aku sendiri. Lagian jarak rumah dengan sekolah juga tidak jauh.” Lanjut Mika menjelaskan sambal menahan nangis.
Ayah dan ibu hanya terdiam dan tiba tiba Ibu lanjut berbicara. “Ayah dan ibu disaat itu memang belum ingin mempunyai anak tiba-tiba ibu diberi kabar bahwa ibu mengandung anak pertama yaitu kamu, Ella. Ibu stress berat, karena pada dasarnya Ayah dan ibu belum siap mempunyai seorang anak. Sampai akhirnya kamu lahir, ibu kira semua akan membaik ternyata tidak. Ibu dan Ayah semakin bingung mau mendidik anak ini bagaimana? Kami tidak pernah berniat mempelajari cara mendidik anak dengan benar alhasil ibu dan ayah jadi seakan-akan nggak peduli dengan kamu sampai nggak lama kemudian lahirlah adikmu, Mika. Kami akhirnya mendidik kalian sesuai dengan yang menurut kami benar padahal tidak semua yang ada dipandangan kami benar ya.” Ibu bercerita sembari menangis dihadapan kedua anaknya.
“Ayah trauma, karena kejadian yang hampir saja merenggut nyawa kamu Mika. Maka dari itu, Ayah Ibu selalu berusaha menjaga kamu sampai akhirnya kamu rish karena mungkin cara ibu dan ayah juga salah sampai bikin kamu ga nyaman dan jadinya berat sebelah di kakak.” Jelas Ayah penuh penyesalan dan merasa bersalah.
“Maaf ya ayah ibu jadi melampiaskan semua emosi kita ke kamu, Ella. Ayah ibu lupa kalau kamu punya perasaan juga. Maaf kami jadi tidak memberikan perhatian yang cukup untuk kamu…” Ucap “Maaf Mika, kami sudah berlebihan dengan kamu, kamu jadi tidak merasa bebas. Maaf cara ayah dan ibu salah ya.” Ucap ibu sambil mengelus rambut Mika.
Semenjak saat itu mereka menjadi keluarga yang lebih solid, mereka belajar untuk saling menghargai, saling memperhatikan, saling menjaga, dan mereka belajar untuk menjadi pribadi yang terbuka kepada satu sama lain.
Hari berganti hari bulan berganti bulan, mereka memang keluarga yang penuh kekurangan tetapi, mereka lebih memahami satu sama lain, mereka menjaga satu sama lain, mereka belajar terbuka, saling menghargai dan sebagai keluarga yang mengalami lika-liku kehidupan juga, mereka belajar dari sebuah kesalahan yang terjadi selama ini di keluarga mereka. Dan, pada akhirnya Ella menjadi musisi terkenal yang mempunyai karya karya yang luar biasa dan Mika seorang Wanita karir yang mandiri dan penuh tanggung jawab.
Cerpen Karangan: Michelle Joy kelas 9.2