Raya adalah seorang anak tunggal yang berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan. Ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan apabila semua kebutuhan Raya dan keluarga baik jasmani maupun rohani dapat terpenuhi dengan sempurna. Sejak ia kecil, Raya selalu dilimpahi materi yang lebih daripada teman-teman sebayanya. Namun, hal itu tidak membuat Raya sombong dan besar kepala. Raya tumbuh menjadi gadis yang baik hati dan sangat peduli kepada sesama di sekitar Raya.
Tina adalah sahabat Raya, yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ayah Tina telah meninggal dunia sedangkan Ibunya bekerja sebagai buruh pabrik. Tina sangat bersyukur bahwa dirinya dapat bersekolah walaupun semua kebutuhan dia serba terbatas. Namun, hal ini tidak membuat Raya menjauhi Tina, bahkan persahabatan mereka terjalin sangat erat lagi semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar.
Beberapa hari belakangan ini Raya menyadari bahwa Tina sering menangis diam-diam di pojok sudut kelas. Raya tidak ingin mengganggu dan menghargai privasi Tina, namun lama kelamaan Raya merasa untuk menanyakan mengenai masalah ini kepada Tina.
Raya bertanya, “Tina, kalo kamu tidak keberatan, maukah kamu cerita kepada aku mengenai masalah yang sedang kamu hadapi? Karena aku beberapa kali melihat kamu menangis.” Tina hanya menggeleng lemah dan matanya mulai menjadi merah, berusaha menahan air mata yang siap jatuh ke pipi Tina. “Engga, Raya, aku tidak apa-apa”, jawab Tina, menyeka air matanya. “Baiklah Tin, kalau kamu sudah siap, cerita saja ya ke aku, aku siap kok untuk mendengarkan dan membantu kamu sebisa aku”, sambung Raya sambil mengelus dan menepuk lembut pundak Tina. Tina seketika itu mulai menangis sesengukan, dan menutup muka dengan tangannya.
“Aku sedih sekali Raya, sepertinya aku akan harus putus sekolah. Ibu aku terkena PHK, karena pabrik tempat ibu aku bekerja akan ditutup. Kami tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup di Jakarta. Kami akan harus kembali ke desa tempat asal ibu aku. Ibu aku akan kembali bekerja menjadi petani dan membantu nenek dan kakekku bertani di ladang sawah. Kalau aku beruntung, aku akan melanjutkan sekolah di desa tempat asal ibuku itu”, kata Tina, mengisak. Tangisnya kembali pecah setelah berusaha untuk menjelaskan mengenai keadaan keluarga Tina kepada Raya. Raya pun berusaha untuk menenangkan Tina sambil memeluk tubuhnya yang kecil dan kurus.
Sepulangnya Raya ke rumah, ia menceritakan keadaan Tina dan keluarganya kepada Ibunya. Ibu Raya adalah seorang wanita yang kaya dan sangat berkecukupan, namun ia memiliki hati yang mulia sama seperti anaknya. Ibu Raya banyak membantu masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka.
Setelah mendengar cerita anaknya, Ibu Raya memiliki ide bahwa untuk sementara ini, keluarga Tina dapat tinggal di rumah keluarga Raya. Ibu Raya akan menawarkan pekerjaan kepada Ibu Tina untuk bekerja di perusahaan keluarga Raya, dengan demikian Tina tidak perlu putus sekolah.
Keesokan harinya adalah hari libur ketika Raya mendatangi rumah keluarga Tina. Di rumah kontrakan yang sangat sederhana itu, keluarga Tina sedang sibuk mempersiapkan kepindahan mereka ke desa. “Permisi… Hai Tina, ini aku, Raya…”, sapa Raya, mengetuk pintu rumah Tina. “Hai Raya… Halo Tante, apa kabar kalian? Maaf ya Tante, Raya, rumah Tina sedang berantakan. Ini Tina sedang beres-beres”, sapa Tina sambil mencium punggung tangan Ibu Raya sebagai tanda hormat Tina terhadap Ibu Raya. “Kabar baik, Nak. Tidak apa-apa kok. Apakah Ibu Tina ada di rumah?”, tanya Ibu Raya sambil mengelus lembut kepala Tina. “Oh, ada Tante. Ibu… ada tamu, Bu… ada Ibu Raya ingin bertemu dengan Ibu”, ujar Tina dengan sopan.
Setelah Ibu Raya dan Ibu Tina bertemu, Ibu Raya menyampaikan maksud dari kedatangannya untuk menawarkan pekerjaan kepada Ibu Tina untuk bekerja di perusahaan keluarga Raya. “Ibu, Raya sudah menceritakan soal masalah yang dihadapi oleh Tina dan keluarganya. Raya sudah berteman sangat dekat dengan Tina sejak mereka kecil, jadi Raya juga turut sedih dengan apa yang Tina alami. Jika Ibu tidak keberatan, saya bermaksud untuk menawarkan pekerjaan kepada Ibu, karena kebetulan perusahaan keluarga kami sedang membutuhkan tenaga kerja dalam waktu dekat ini. Kami sekeluarga sangat senang apabila Ibu dan keluarga mau tinggal di rumah kami, sampai keadaan keluarga Ibu membaik”, ujar Ibu Raya.
Seketika itu, tangis Ibu Tina pun pecah mendengar perkataan Ibu Raya dan memeluk tubuh Tina dengan erat. Ibu Tina tidak menyangka bahwa masih ada orang yang baik dan peduli terhadap keadaan keluarganya sekarang ini. Ibu Tina bersyukur kepada Tuhan bahwa Tina memiliki teman yang sangat baik dan peduli seperti Raya. “Dengan senang hati akan saya terima tawaran Ibu untuk bekerja di perusahaan Ibu. Saya sangat berterimakasih atas segala kebaikan Ibu dan Raya”, kata Ibu Tina, mengisak.
“Terima kasih Raya, kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Ini adalah anugerah yang Tuhan berikan melalui kamu, Raya” isak Tina. Raya pun memeluk Tina dengan erat. “Iya, sama-sama Tina. Kamu adalah sahabat terbaik yang aku miliki, aku sangat senang karena aku bisa bantu meringankan beban kamu dan keluargamu. Jangan sedih lagi ya, Tina”, ucap Raya.
“Terima kasih Bu, Ibu adalah yang terbaik”, ucap Raya sambil memeluk Ibunya dengan erat.
Cerpen Karangan: Radinka Aisya, SMP Tarakanita 1 Blog / Facebook: 08xaxa_ Seorang siswa kelas 9 dari SMP Tarakanita 1