Namaku Airin Dwiana. Aku adalah anak tunggal. Aku tinggal bersama Ayahku. Ibuku sudah tiada setelah melahirkanku. Sejak kecil, Aku tak pernah tau, apa aku punya saudara sepupu atau tidak. Karna ayah dan ibu tidak pernah memberitahukan tentang keluarganya. Bahkan aku tak tau siapa nenek, kakek, paman dan bibiku. Biar pun aku tak tahu tentang keluargaku, Aku tetap bahagia. Karna aku memiliki ayah dalam hidupku. Buatku ayah adalah kakek, nenek, paman, bibi, saudara, teman dan ibu bagiku.
Ayah bekerja di sebuah restoran. Ayah adalah sosok yang selalu ada untukku. Ayah merawat, menjaga, menyayangiku dan mengajariku banyak hal dan menjadi teman untuk membagi suka dan duka.
Hari ini, aku berulang tahun yang ke-10 tahun. Ayah memberikan sepeda sebagai hadiah ulang tahunku. Aku sangat senang. setiap hari, sepulang sekolah aku bermain sepeda.
Suatu hari, Saat aku sedang bersekolah. seorang guru memanggilku disaat jam pelajaran. “permisi, ada yang bernama Airin Dwiana disini?” Ucap Guru tersebut. semua teman-teman langsung menatapku, aku pun berjalan menghampiri guru itu. “iya bu, ada apa?” Tanyaku. “kamu siapin tas kamu ya, kita pulang yuk!” Ucap Guru itu dengan lembut. aku pun berjalan menuju mejaku. tampa berkata apa pun. Aku merapikan buku dan memasukkannya kedalam tas. “Ayo, nak” Ucap Guru itu, lalu memegang tanganku.
Sepanjang perjalanan, aku merasakan perasaan yang aneh, Jantungku berdetak dengan kencang. seakan ini menjadi perjalanan yang paling tidak akan aku sukai.
Setelah memasuki gang rumah, aku melihat bendera kuning. Pikiranku mulai kacau. Sesampainya di rumah, aku melihat banyak orang berkumpul di rumahku. Semua orang menangis dan menatapku dengan perasaan sedih. Dengan perlahan aku memasuki rumah. Begitu banyak orang yang menangis. ada satu hal yang aneh, aku melihat ada orang yang ditutupi kain.
Dengan suara kecil kupanggil ayahku “Ayah, Ayah”. Tapi tak ada jawaban, semua orang justru semakin menangis. “Ayah, Ayah, Ayah ada dimana?” Ucap ku berteriak. Tapi ayah tidak menjawab.
Aku pun masuk kedalam kamar ayah, kubuka semua pintu, kucari ayah diseluruh ruangan rumah. Tapi tak kutemui ayahku. Perasaanku mulai tidak karuan. Lalu aku kembali ke ruang tamu. “Ayah, Ayah, Ayah dimana?” Kupanggil ayahku dengan berteriak. tapi tetap sama ayahku tak menjawab.
Tiba-tiba seorang wanita memegang bahuku dan membawaku ke orang yang sedang ditutupi kain. Dia membuka kain itu. Saat kain itu dibuka, kulihat ayahku yang berada dibalik kain, seketika aku tersenyum, melihat ayahku. Kupeluk ayah dan berusaha membangunkanya. Wanita itu pun langsung memelukku. “nak, ayahmu sudah tiada. Dia sudah bertemu Tuhan.” Ucap wanita itu sambil menangis. Seketika mataku berkaca, air mata membasahi pipiku. Aku pun langsung memeluk ayahku.
Tapi saat prosesi pemakaman ayah dilakukan. Tak ada satupun keluarga ayah maupun ibu yang datang. Itu sebabnya, selama prosesi pemakaman Aku berusaha menahan diriku untuk tidak menangis. Karna jika aku menangis maka aku akan menjadi lemah, karna tidak akan ada orang yang akan menghapus kesedihanku.
Setelah prosesi pemakaman selesai, aku mendengar beberapa orang berkata kemana aku akan tinggal, dengan siapa aku akan tinggal. Semua membicarakan tentang kehidupanku. Tapi, tiba-tiba sepasang suami istri yang baru saja dari pemakaman keluarganya, mengatakan mereka akan mengadopsi aku. wanita itu duduk disampingku. sementara, suaminya berbicara dengan beberapa orang yang membicarakanku.
“hai” Ucap wanita itu dengan lembut. aku tak menjawab wanita itu. Wanita itu langsung memelukku, seketika aku merasakan perasaan yang aneh. Aku pun menangis dipelukannya. “menangislah, jangan pendam sendiri.” Ucap wanita itu. Aku merasakan pelukan yang hangat dan air mata terus membasahi pipiku.
“kenapa? kenapa semua terjadi padaku? apa aku anak yang jahat sehingga Tuhan mengambil ayah dariku?” Ucapku sambil menangis. “Tuhan mengambil ayah darimu, karna Tuhan sangat menyayangi ayahmu.” Ucap wanita itu sambil membelai rambutku. “apa Tuhan tidak menyayangiku? sehingga Tuhan hanya mengambil ayahku?” Ucapku sambil menangis. “Tuhan sangat menyayangimu, Tuhan tidak memanggilmu, karna dia punya rencana atas hidupmu.” Ucap wanita itu dengan lembut.
Wanita itu melepaskan pelukannya, dan menyeka air mataku. dan memegang kedua tanganku. “apa Rencana Tuhan?” Tanyaku. “Aku tidak tahu, apa rencana Tuhan. Yang aku tahu. Aku ingin mengadopsimu” Ucap wanita itu. “apa itu adopsi?” Tanyaku. “adopsi adalah penggantian hak asuh. contohnya, kamu adalah anak ayah dan ibumu. setelah ayah dan ibumu tiada, aku mengadopsimu. maka kamu akan jadi anak aku, dan aku akan jadi ibu barumu.” Jawabnya. “jadi, kau akan jadi ibuku, jika kau mengadopsiku?” Tanyaku. “iya, betul” Jawabnya sambil tersenyum.
“kenapa kau ingin mengadopsiku?” Tanyaku. “Karna aku tahu, Kau adalah anak yang baik. dan karna kita punya hubungan.” Jawab wanita itu dengan lembut. “apa aku anak yang baik?” Tanya Ku. “ya, kau anak yang baik.” Jawabnya. “kita punya hubungan apa?” Tanya ku. “Jadi, apa kau mau aku adopsi?” Tanya wanita itu. Aku tak menjawab wanita itu dan pergi meninggalkannya.
Sejak ayahku meninggal, aku tinggal di panti asuhan. Dan setiap hari, wanita yang pernah aku temui di pemakaman. Selalu mengunjungiku di panti asuhan, bersama suaminya. Mereka ingin mengadopsiku, tidak bisa mengadopsiku karna aku belum setuju. Itu sebabnya aku masih tinggal di panti asuhan.
Hari berganti hari, aku semakin nyaman dengan wanita itu, wanita yang kuberi nama panggilan bibi princess. Karna dia seperti putri. Aku juga menyayangi suami bibi princes. aku beri suaminya nama panggilan om prince. Karna om itu seperti pangeran dalam dongeng. Setiap mereka ada bersamaku, aku merasa aman, merasa memiliki keluarga, merasa disayangi, dan aku juga merasakan kasih sayang dari sosok seorang ibu dan ayah di hidupku, setelah kepergian orangtuaku. itu sebabnya aku menyakinkan hatiku. untuk diadopsi oleh bibi princess dan om prince.
Suatu hari, ibu panti memanggilku ke ruangannya. Kulihat disana ada bibi princess dan om prince. “Airin, apa kau mau diadopsi oleh bibi princess dan om prince?” Tanya ibu panti padaku. kutatap bibi princess dan om prince yang berada didepanku. “iya, aku mau.” ku jawab dengan lembut. bibi princess pun langsung memelukku dan mencium pipiku.
Keesokan harinya, Aku dibawa bibi princess dan om prince ke rumahnya. Di perjalanan bibi princess membelai rambutku. “Airin” Ucap bibi princess. “iya bibi princess.” Ucap ku. “Airin, bibi princess ingin bilang. walaupun aku dan om prince sudah menjadi orangtuamu. Tapi kamu jangan melupakan orangtuamu. Karna setiap orang selalu punya tempat tertentu di hati kita. Aku dan om prince mungkin sekarang menjadi orangtuamu. Tapi tempat orangtuamu di hatimu tidak akan berubah. Jadi, berikan tempat baru untuk kami di hatimu. Kau tak perlu melupakan orangtuamu. Kau hanya perlu menerima kehadiran kami dan memberi kami sedikit tempat di hatimu. tapi tampa menggambil tempat orangtuamu di hatimu. Kau mengerti? Ucap bibi princess. Mendengar perkataan bibi princess, aku tidak mengerti apa maksudnya. Tapi karna aku tak mau membuat dia sedih. Maka aku bilang “aku mengerti.”
Sesampainya di rumah bibi princess. Aku melihat rumahnya begitu besar. Disana ada taman bermain, kolam renang, dan lapangan bola. Bibi princess menunjukkan seluruh bagian rumahnya dan membawaku ke sebuah ruangan. “ini adalah kamarmu Airin.” Ucap bibi princess. “bibi princess, rumahmu sangat besar. dan kamar ini begitu bagus bibi.” Ucapku sambil melihat-lihat dengan kagum.
Setiap hari bibi princess dan om prince merawatku dengan baik. Mereka membiarkan aku memanggil Mereka dengan nama bibi princess dan om prince. Mereka tidak pernah menyuruhku memanggil mereka dengan sebutan ayah dan ibu. Walapun aku tidak memanggil Mereka dengan sebutan ayah dan ibu, mereka tetap menyayangiku dan menjagaku. Mereka juga mengajariku banyak hal. Om prince mengajariku cara bela diri, bermain bola basket dan bulu tangkis. Bibi princess mengajariku cara memasak, membersikan rumah, dan menari. Mereka memberiku semua yang kubutuhkan. Mereka bahkan memasukkan aku ke sekolah terbaik. Mereka juga selalu membawaku ke acara penting dan memperkenalkanku pada semua orang bahwa aku adalah anak Mereka. Mereka menjadi teman bagiku. Mereka juga merayakan ulang tahunku setiap tahun. Setiap mereka membawaku pergi, selalu ada banyak orang bertanya kepada mereka. “Mengapa mereka membiarkan aku memanggil mereka seperti itu dan bukan memanggilnya ayah dan ibu.” Tapi mereka selalu tersenyum jika orang bertanya hal itu pada mereka. Walaupun sudah banyak orang yang bertanya, tapi mereka tidak pernah menjawabnya dan hanya tersenyum.
Saat aku berulang tahun yang ke-20. Mereka membuat pesta ulang tahun untukku. Semua tamu memberiku ucapan selamat dan hadiah. Acara pesta ulang tahun ini membuatku bahagia. Tapi, seperti biasa. Selalu ada orang yang bertanya pada bibi princess dan om prince. “mengapa kalian memberikan anak itu kebebasan? Kalian membuat dia tidak menghargai kalian. Dia selalu memanggil kalian dengan sebutan om prince dan bibi princess. Padahal kalian sudah menjadi orangtuanya selama 10 Tahun. Tapi kalian tidak pernah dipanggil dengan panggilan ayah dan ibu.” Ucap Pria itu. bibi princess pun tersenyum. “biarkan dia memanggil kami dengan panggilan apapun. Tapi kami, tetap akan menyayanginya.” Ucap om prince. “lagipula, segala sesuatu punya tempatnya sendiri.” Ucap bibi princess. mendengar itu, pria itu pun pergi meninggalkan bibi princess dan om prince.
Cerpen Karangan: Mona Trisyah