Kutatap langit sore. matahari yang pelan-pelan terbenam. Seketika air mata mengalir di pipiku. Suatu kejadian terlintas di pikiranku, membuatku semakin sedih. kejadian yang terus menjadi menyesalanku, kejadian yang membuatku kehilangan waktu bersamanya.
Hari itu, kulihat ibu dan ayah sedang bertengkar di kamar. Dibalik pintu, kulihat ayahku yang terus menyalahkan ibuku. hari itu, kulihat pertama kalinya ibuku menangis. Dihari yang sama itu pun, ayah menceraikan ibu.
Usiaku masih 8 tahun, saat ayah menceraikan Ibu. Setelah ayah dan ibu bercerai, aku tinggal bersama ayah. Belum genap setahun, Ibuku memberi undangan pernikahan ke rumah. Ibu juga mengirimkan surat untuk Ayah. Sebelum ayah membaca surat itu, ayah sudah menyimpan surat itu di dalam kotak kecil. Setiap aku berulang tahun, ayah Selalu mendapat surat. Tapi ayah tidak pernah membaca surat itu. Ayah selalu menyimpan Surat itu didalam kotak kecil itu.
Setelah ibu menikah. Ayah tidak membiarkan aku bertemu ibu lagi. Semenjak aku tidak bertemu dengan ibu. Aku mulai menyendiri. Aku juga mulai membenci ayah, Setiap hari, aku menyalahkan ayah. Aku selalu merasa bahwa ibu pergi dari rumah karna ayah. Menurutku, Ibu pergi karna ayah tidak pernah meluangkan waktu untuk Ibu. Ayah Selalu sibuk bekerja.
Aku selalu berpikir, mengapa aku harus tinggal bersama ayah, walaupun ayah mulai meluangkan waktu untuk merawatku dan bersamaku. aku tetap benci pada ayah. Aku selalu menatap ayah dengan penuh kebencian, tidak mendengarkan perkataannya, dan selalu menentangnya. Karna, buatku ayah yang membuat aku kehilangan kehadiran Ibu.
Saat ulang Tahunku yang 18 Tahun. ayah memberiku kotak kecil yang berisi surat yang selama ini disimpan ayah.
Setelah ayah memberikan kotak itu. Ayah pergi keluar rumah. Sebelum ayah pergi, ayah mengatakan padaku. “Nak tolong maafkan ayah. Maaf karna aku, kau harus kehilangan kehadiran ibumu. Selamat ulang tahun nak, Aku berharap, kau mendapat semua kebahagiaan di dunia ini. Setelah itu ayah keluar rumah.
Aku menatap ayah dengan penuh kebencian, Setelah ayah pergi, kututup pintu rumah. Lalu kubuka kotak kecil itu, kubaca semua surat itu satu per satu. Ada satu 1 Surat yang masih sangat aku ingat isinya.
“Untuk putriku. maaf sayang, maafkan ibu. Maafkan ibu sayang. Ibu menyesal, karna ibu, kau jadi benci pada ayahmu. Sayang, ayahmu tidak bersalah atas kepergian ibu. Sayang maafkan ibu. Sebenarnya ibu yang meninggalkan ayahmu. Ayahmu sudah berusaha mempertahankan hubungan kami. Tapi, ibu tidak bisa mempertahankan hubungan kami lagi. Itu sebabnya ibu yang meminta hubungan kami selesai. Kau tau, mungkin ayahmu bisa benci pada ibu. Tapi tidak, Saat aku menikah, ayahmu menghadiri pernikahanku. Dan kau tahu, saat ayahmu menemuiku. Sedikit pun, aku tidak melihat kebencian di matanya untukku. Kau tahu mengapa kita tidak bertemu lagi. Kita tidak pernah bertemu lagi, karna aku bilang pada ayahmu. Bahwa Aku tidak bisa menemuimu, karna jika aku menemuimu, Aku akan terus merasa bersalah. Jadi, bukan ayahmu yang memisahkan kita. Tapi aku yang memisahkan diriku darimu. Karna aku takut, kau akan menjadi sepertiku kelak. Jadi, jangan benci ayahmu. Dan jika kau bisa, Tolong maafkan ibu.”
Setelah membaca surat itu, aku merasa sangat bersalah dan menyesal. Mataku pun berkaca-kaca dan air mataku pun membasahi pipiku.
Tiba-tiba, terdengar bunyi bel. Aku membuka pintu rumahku, kulihat 3 orang tetanggaku. “ada apa ya?” Tanyaku kepada mereka. “nak, ayahmu mengalami kecelakaan. Dia sedang berada di rumah sakit sekarang.” Ucap salah seorang dari mereka. Seketika tubuhku terasa lemah, aku pun mulai menangis. “nak, lebih baik sekarang kau pergi ke rumah sakit.” Ucap salah seorang dari mereka. Aku pun bergegas pergi ke rumah sakit.
Sesampainya, di rumah sakit. dokter mengatakan bahwa ayahku sudah tiada. Mendengar itu, aku pun menangis sejadi-jadinya.
Selama proses pemakaman Ayah dilakukan. Aku berharap ibu datang untuk menemaniku. Tapi, sampai pemakaman Ayah selesai, ibuku tidak datang.
Setelah pemakaman Ayah selesai, aku bertemu orang, dia memberikan dompet ayahku yang tertinggal di rumah sakit. Setelah itu, aku pulang ke rumah, aku merasakan kesepian berada di rumah. Lalu kubuka dompet ayahku. Didalamnya, terdapat fotoku bersama ayah yang sedang tersenyum. Melihat foto itu, aku tersenyum dan mulai mengingat kenangan manis bersama ayah.
Lalu aku melihat selembar kertas. Kubuka dan baca kertas itu. “Putriku maafkan ayah. maafkan ayah, karna telah memisahkanmu dari ibumu. Ayah pikir, kehadiran ayah dihidupmu sudah cukup. Tapi ternyata, kau juga butuh kehadiran ibumu. Ayah harap kau memaafkan kesalahan ayah, dan tolong tetaplah tersenyum. Aku akan bahagia melihatmu tersenyum. Ayah menyayangimu”
begitulah isi surat itu. Membaca surat itu membuatku menangis sejadi-sejadinya.
Dalam hidupku, aku menyadari ayah adalah teman terbaikku. Ayah maafkan aku. Aku adalah putri yang paling tidak baik. Aku berharap semua orang di dunia ini mendapatkan ayah sepertimu. Ayah yang sangat menyayangi putrinya, Terimakasih untuk setiap ayah yang meluangkan waktu untuk merawat dan menjaga putrinya.
Aku menyayangimu Ayah.
Cerpen Karangan: Mona Trisyah