“Firaa, udah siap belum buat besok?” Ucap Zalfa keras dari ruang tamu. “Iya kak ini lagi siap-siap” Jawab Fira. Besok Fira akan berangkat ke asrama penerbangan di luar kota mungkin sekitar lima jam perjalanan dari rumahnya.
“Jangan sampai ada yang lupa, dicek berkali-kali, biaya buat nganterin barang kamu kesana kalau ada yang lupa itu mahal” Ingat Zalfa pada Fira. “Iya kak udah aku cek kok, enggak ada yang ketinggalan” Jawab Fira
Sebenarnya ia tak ingin sekolah penerbangan, namun kakaknya selalu memaksanya untuk masuk ke sekolah penerbangan. Ia hanya pasrah karena hanya kakaknya lah yang merawatnya dari kecil hingga sekarang. Orangtuanya telah meninggal dunia sejak dia bayi, dimana kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Ia hanya bisa melihat kedua orangtuanya dari foto dan hanya bisa mendoakannya.
Kakaknya telah menikah satu tahun yang lalu dan dia merasa berhutang budi kepada kakaknya, bila dia tidak menuruti keinginan kakaknya berasa sangat berdosa.
Ketika Fira melamun dengan memandangi lagit yang mulai gelap disusul dengan indahnya senja, ia merenung apakah aku bisa menjadi seperti apa yang diharapkan kakakku. Tak lama kemudian kakaknya mengelus puncak kepala Fira dan langsung membuyarkan lamunan Fira. “Ada apa kak?” Ucap Fira membuka topik pembicaraan. “Enggakpapa kenapa kamu ngelamun” Tanya Zalfa. “Enggak, cuman kepikiran aja. Apa aku bisa seperti yang diharapkan kakak” Ucap Fira. “Bisa, kenapa enggak, ingat barangsiapa yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil” Jawab Zalfa antusias. Fira menatap wajah kakaknya yang optimis akan keberhasilannya. Dalam hatinya Fira tak ingin melihat kekecewaan di wajah kakaknya
“Loh kok bengong” Tanya Zalfa. “Enggak kok kak, makasih udah support aku” Jawab Fira. “Iya, itu udah jadi kewajiban kakak untuk selalu support kamu terus, kakak yakin kamu gak akan kecewain kakak” Ucap Zalfa.
Pukul tiga dini hari, Fira terbangun untuk melaksanakan sholat tahajud. Dalam sujudnya dia memohon kepada Allah untuk selalu diteguhkan hatinya, serta dilapangkan dadanya. Setelah dia sholat tahajud dia tak lupa membaca surat Al-Waqiah, dia mendapat Amanah dari ustadzah yang mengajarinya ngaji selama ini untuk membaca surat Al-Waqiah setelah tahajud supaya dilancarkan rizkinya dan dikabulkan hajat hajatnya. Setelah membaca surat Al-Waqiah, dia membuka handphone miliknya seraya menunggu adzan subuh berkumandang, ia mendapat chat dari ustadzahnya, bahwa ustadzahnya ingin bertemu sebelum dia berangkat. Beliau ingin memberi sesuatu untuk Fira, siapa tau barang tersebut bermanfaat baginya.
Tak lama kemudian terdengar adzan subuh berkumandang, setelah menjawab adzan dia segera keluar kamar untuk sholat berjamaah dengan kakak dan suaminya. Mungkin ini sholat subuh terakhir di rumahnya sebelum dia berbulan bulan akan tinggal di asramanya, setelah sholat subuh berjamaah dia berkemas kemas dan mengecek barang barangnya lagi. Tak lupa sebelum dia berangkat dia pergi ke rumah ustadzahnya untuk berpamitan dan berterima kasih atas pelajaran yang telah diberikannya
“Assalamualaikum” Salam Fira dengan mengetuk pintu rumah ustadzahnya. “Waalaikumussalam silahkan masuk” Jawab ustadzah. Ustadzah Fahma, beliau bercadar, begitu alim, beliau mondok selama delapan tahun di pondok tahfidz didaerah sekitar rumah neneknya diluar pulau. Beliau seorang hafidzah “Inggih ustadzah” Jawab Fira
Setelah duduk bersebrangan, ustadzah berdiri menggambil sesuatu lalu diberikan padaku. Ustadzah berpesan “Jangan lupa sholat dan sholawatnya, jaga pandangannya dan tetap semangat,” Setelah berbincang bincang, ia pamit untuk pulang. Sambil membawa kotak yang diberikan ustadzahnya, dia berjalan sambil menebak nebak apa isi kotak tersebut.
Setelah sampai di rumah dia membuka kotak tersebut dan ternyata isi kotak itu adalah notebook kecil berisi quotes quotes dari ustadzahya dan Al-Qur’an kecil. Setelah memasukkan barang barang kedalam mobil tak lupa ia juga memasukkan kenangan dari ustadzahnya. Tepat pukul sepuluh pagi dia berangkat ke asrama penerbangannya.
Setibanya di asrama Fira merasa lelah, karena lelahnya perjalanan dari rumahnya hingga asrama. Rasa sedih mulai berkecamuk di hatinya, dia harus berpisah dengan kakaknya. Namun dia tak menampakkan wajah sedihnya, dia hanya bisa menampak senyum didepan kakanya. Ini adalah keinginan kakaknya dan dia tak boleh mengecewakannya. Setelah Fira berpisah dengan kakaknya dia mulai memasuki kamarnya dengan didampingi Kak Anjani, kakak senior dua tahun diatasnya, dia diberi tugas untuk mendampingi peserta baru.
“Hai, kenalin Anjani, kamu?” Tanya Anjani. “Fira, salam kenal” Jawab fira sambil berjabat tangan dengan Anjani. “Semoga betah ya disini” “Iyaa makasih doanya”
Sesampainya di kamar baru Fira, Anjani pergi untuk melakukan tugas selanjutnya. Di dalam kamar dia juga bertemu banyak teman barunya. “Hai” Sapa Septi “Kenalin namaku Septi” Lanjutnya sambil berjabat tangan. “Oh iya, namaku Fira, senang bertemu denganmu, asal mana?” Jawab Fira. “Aku dari Banjarmasin, kamu?” Ucap Septi. “Aku dari Solo” Jawab Fira.
Setelah banyak berbincang sambil menata barang-barangnya mereka berdua mengikuti intruksi untuk berkumpul di ruang utama. Mereka berdua berjalan bersama, sebelum itu ia bertemu kak Anjani dan mereka diantar ke ruang utama. Sesampainya di runag utama mereka mendengar perkenalan-perkenalan singkat dari pembina mereka. Setelah perkenalan singkat mereka juga memperhatikan bagaimana pembina mereka menjelaskan kegiatan sehari-harinya di asrama.
Hari demi hari mereka menjalaninya dengan baik, tak ada sedikit keinginan untuk melanggarnya. Di tengah indahnya pemandangan rooftop asrama mereka saling bertukar cerita. Tak hanya itu mereka juga saling memahamkan jikalau diantara mereka ada yang kurang paham.
“Eh fir ngomong-ngomong kamu tu kesini kemauanmu?” Tiba-tiba tanya Septi memecah keheningan. “Sebenarnya sih enggak pingin sih, cuma ini keinginan kakakku dan aku tidak bisa menolak” Jawab Fira sambil memandang dalam kearah langit yang mulai petang. “Tapi kamu hebat juga ya, terpaksa aja udah sejauh ini, coba kalau minat kamu pasti akan lebih dari ini” Ucap Septi sambil memandang lekat Fira. “Iya sih sedang aku usahain jadi minat aku biar hasilnya memuasakan” Jawab Fira dengan antusias. “Semangat ya Fir, aku tau kamu pasti bisa”
Setelah beberapa bulan lamanya mereka belajar di asrama, mereka sudah banyak memperoleh pelajaran, namun tak cukup disitu, mereka tetap melanjutkan hingga penempatan kerja mereka. Sebelum mereka ditetapkan penempatan kerja di bandara, mereka diwisuda terlebih dahulu. Minggu depan dan mereka akan diwisuda di Jakarta.
“Sep enggak kerasa ya kita udah lama belajar disini, banyak banget kenangan ditempat ini ya” Ucap Fira pada Septi ketika sedang mengemasi barang-barangnya. “Iya perasaan baru kemaren kita masuk kesini, eh Taunya udah diwisuda aja” Jawab Septi. “Sep kalau nanti penempatan kerja kita jauh jangan lupain aku, makasih udah support terus” Ucap Fira. “Enggak bakal lah, pokoknya kamu harus tetap semangat, pasti kakakmu bangga sama kamu liat adiknya di wisuda nanti” Jawab Septi “Makasih” Ucap Fira sambil memeluk Septi.
Hari ini adalah hari dimana Fira, Septi dan teman-teman lainnya di wisuda. Mereka telah rapi dengan seragam mereka dengan sedikit goresan riasan pada wajah mereka, tak kalah dengan adiknya, zalfa juga terlihat anggun dengan dress hijau army, dengan balutan kerudung hitam. Zalfa telah tiba di Jakarta satu hari sebelum wisuda dilaksanakan.
Proses wisuda telah terlaksanakan kini Fira dan teman-temannya terasa begitu bahagia, namun mereka belum terlalu lega karena belum ditetapkannya tempat kerja mereka. Namun tidak menjadi hal yang terlalu diberatkan oleh Fira, Fira merasa sangat bahagia karena menjadi salah satu wisudawan terbaik, merasa tidak mengecewakan kakaknya.
Kakaknya memeluknya dengan erat, Nampak kebahagiaan di wajah mereka berdua. “Makasih udah enggak ngecewain kakak” Ucap Zalfa sambil memeluknya. “Ini juga karena doa kakak, makasih udah support aku terus” Jawab Fira.
Keesokan harinya setelah diumumkan dimana penempatan kerja mereka, Fira merasa senang karena mendapat tempat kerja yang dekat dengan rumahnya, di Solo. Tak hanya itu dia juga satu tempat kerja dengan Septi, dia merasa kebahagiaan yang melimpah baginya. Dua hari lagi mereka langsung berangkat ke bandara itu. Bandara Adi Soemarno, bertempat di Solo dan tak begitu jauh dari rumahnya.
“… Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus dari rahmat Allah melainkan orang orang yang kufur,” (QS Yusuf: 87)
Cerpen Karangan: Naili Sa’adah nailisaadah1411[-at-]gmail.com @nly.asn