Saya sejak kecil tinggal bersama nenek di desa. Dari kecil sampai umur 13 tahun saya baru mengetahui keberadaan orangtua saya. Kata nenek dulu saya baru lahir langsung ditinggal ayah dan ibu ke luar negeri untuk bekerja. Oleh karena itu saya dititipkan ke rumah nenek.
Waktu saya berumur 5 tahun ibu pulang untuk melihat kabar saya. Tapi sayangnya waktu itu ibu di rumah tak lama lalu kembali lagi ke luar negeri karena ada urusan penting.
Saat saya sudah mau memasuki sekolah sd ibu menelfon nenek katanya ibu sama ayah mau pulang ke desa. Lalu di situ saya mendengarkan obrolan nenek merasa bahagia sekali karena ibu sama ayah saya mau pulang ke desa.
Lalu tak lama nenek mendapat kabar pesawat jatuh dari televisi. Nenek terkejut dengan berita itu. Lalu 3 jam kemudian nenek mendapat telfon katanya ibu dan ayah saya ada di pesawat yang jatuh itu.
Waktu itu nenek belum tau gimana keadaan orangtua saya. Nenek cemas dengan keberadaan orangtua saya, lalu waktu itu sedih dan berfikir saya harus gimana jika mendengar berita ini.
Akhirnya waktu itu nenek mendapat kabar lagi katanya orangtua saya meninggal, tubuhnya hancur. Dan nenek pun nangis di kamar. Waktu itu saya tidak dikasih tau sama nenek karena saya masih kecil. Dan waktu nenek keluar kamar nenek bilang kepada saya kalau ibu dan ayah tidak jadi pulang karena ada urusan mendadak.
Disitu saya merasa sedih sekali karena tidak bisa ketemu orangtua saya. Di situ nenek berfikir ingin ke lokasi ibu dan ayah, tapi tidak bisa karena jauh. Nenek hanya bisa berdoa dari rumah supaya ibu dan ayah tenang di alam sana. Di saat itu saya tidak tahu, hanya melihat nenek menangis di kamar. Saya tidak tau apa apa tentang orangtua saya. saya bertanya ke nenek pun, nenek tidak menjawab.
Disaat umur saya beranjak 11 tahun saya ditanya oleh ibu guru di sekolah. “dimana orangtuamu?” kata bu guru. Di situ saya bingung mau menjawab apa. Lalu saya menjawab ke ibu guru, “Yang saya ketahui orang tua saya bekerja di luar negeri”. Lalu bu guru bilang, “Besok waktunya mengambil rapor semester di sekolah bersama orangtua ya”. Lalu saya jawab “iya bu”. Disaat pulang sekolah saya berfikir sambil bejalan, “Gimana ya kabar ibu ayah di luar negeri? Coba tanya nenek ah”.
Sesampai rumah saya ganti baju dan mau menemui nenek, eh saya cari di rumah nenek tidak ada. Saya cari di sawah juga tidak ada, di situ saya merasa sedih karena ingat orangtua saya. Waktu saya sampai di rumah saya dibilang oleh mak Tin, tetangga saya. Kata mak Tin nenek pamit ke kota sebentar dan saya dititipkan ke rumah mak Tin. Disitu saya kaget mak Tin ngomong begitu. Akhirnya saya pulang ke rumah untuk istirahat dan belajar di rumah saya sendiri, karena saya tidak mau merepotkan mak Tin untuk tinggal di rumahnya.
Di sore harinya tiba-tiba nenek pulang. Saya langsung memeluk nenek karena saya merasa kesepian di rumah. Disaat nenek duduk di ruang tamu saya bertanya, “nek darimana?”. “Dari kota nak” jawab nenek, “Ngapain ke kota nek?” tanya saya. Disitu wajah nenek berubah seketika seperti cemas “Nenek tadi dari rumah sakit kota untuk periksa”. Di situ saya agak ragu dengan jawaban nenek, karena dari wajahnya nenek seperti berbohong. Disitu saya bertanya lagi ke nenek, “nek, dimana ayah dan ibu, apa mereka tidak pulang? Besok ada pengambilan rapor kata bu guru yang ngambil orangtua”. “Ha apa iya? Ibu dan ayah tidak bisa nanti nenek saja yang mengambil” kata nenek. “Aaaa aku mau ibu aja yang ngambil, mau banget ketemu wajah ayah sama ibu nek pliss” kata saya. Lalu wajah nenek seketika panik mau menjawab apa.
Lalu nenek menjawab “Ibu dan ayah belum libur kerja, nanti saja kalau kerjanya libur pasti pulang”. Disitu saya tidak percaya dengan omongan nenek, karena nenek pernah bilang ayah dan ibu bakal pulang tapi nggak pulang-pulang sampai sekarang. Di malamnya saya menangis di kamar karena ayah dan ibu tidak bisa pulang untuk mengambil raporku.
Lalu keesokan harinya saya dan nenek pergi ke sekolah untuk mengambil rapor. Disitu nenek di dalam kelas, sedangkan saya di luar kelas bersama teman-teman untuk menunggu. Di situ hanya saya yang rapornya diambil nenek, lalu teman saya bertanya “Dimana orangtuamu?”. Lalu disitu saya bingung mau ngomong apa, “Eee.. orangtuaku lagi kerja jadi ga ada yang ngambil yaudah nenek aja yang ngambil gitu, hehe” ucap saya.
Selesai nenek mengambil rapor, nenek diam saja dan tidak mengatakan apa-apa. Kita di situ langsung pulang ke rumah. Sesampai di rumah, saya liat ada teman nenek di depan rumah. “Em sepertinya ada kepentingan dengan nenek, kira-kira apa ya?” ucap saya dalam hati.
Lalu saya diam-diam mendengar omongan nenek dengan temannya. Katanya rumah orangtuaku yang di luar negeri dijual. Disitu aku syok mendengarnya, dan berfikir “kenapa ya rumah ayah sama ibu di luar negeri dijual? Apakah bangkrut?” ucap saya dalam hati.
Disitu saya tambah penasaran sama orangtuaku yang di luar negeri. Rasanya kangen dan pengen ketemu melihat wajahnya secara langsung. Dan disitu saya sudah kesana kemari mencari kabar ayah dan ibu tapi tidak ketemu. Dan pas saya kelas 9 saya mendapat foto ibu dan ayah di bawah Kasur nenek waktu saya menyapu kamarnya. Lalu saya melihat sekilas saja tiba-tiba nenek mengambil fotonya.
Di situ saya kaget tiba tiba ada nenek di pinggir saya, lalu di situ saya bertanya kepada nenek “foto siapa itu nek? Jujur nek!” ucap saya. “Eeee.. kenapa si, sudah lanjutkan menyapu nya” kata nenek. “Nek jujur itu siapa? Pliss aku pengen tau wajah ayah dan ibuku nek” ucap saya sambal menangis.
Tiba tiba disitu nenek pun nangis, dan saya mengusap air mata nenek. Lalu nenek pelan mengungkapkan. “Nek aku pingin tau siapa orangtuaku dan gimana wajah mereka, dan dulu nenek juga pernah bilang ke aku kalau ibu dan ayah mau pulang, tapi ujung-ujungnya mereka ga jadi kesini” ucap saya. Lalu nenek bilang “iya sebenarnya itu adalah ayah dan ibumu waktu nikah” ucap nenek. Disitu saya menangis sederas derasnya.
“Lalu dimana orangtuaku nek, jujur!” ucap saya. Nenek menghembuskan nafas dan bilang “sebenarnya orangtuamu sudah meninggal kecelakaan pesawat waktu mau pulang ke sini” ucap nenek. Disitu saya tambah nangis “ha apaa, kenapa nenek baru bilang sekarang?” ucap saya. “ya karena kamu dulu masi kecil jadi nanti kasihan ngeliatnya kalau nenek bilang yang sebenarnya terjadi, maap ya”. Di situ saya terdiam dan menangis.
Cerpen Karangan: Alvi Zahra Kurniawati, SMPN 1 Puri SMPN 1 Puri