Langit yang mulai cerah, terdengar suara ayam berkokok yang membangunkan warga sekitar, sang mentari menyapa bumi dengan senyuman yang mengagumkan hati, teriknya sinar yang dipancarkan membawa kehangatan bagi bumi.
Tumbuhan tumbuhan hijau pun tampak segar karena sinarnya mentari, burung burung berterbangan di langit, orang orang mulai melakukan aktivitas masing-masing dari yang pergi belanja untuk memasak hingga mereka yang pergi bekerja
“Syaira, kamu harus belajar yang giat agar bisa masuk universitas ternama”, ujar Ibuku. “iya bu, aku akan belajar lebih giat lagi”, jawabku. Setelah mengucapkan itu aku pergi bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah aku langsung disapa oleh sahabatku Keyzia. “pagi ra”, sapanya kepada ku “pagi juga zi”, sapaku padanya “ra minggu depan kita ujian, apa kau sudah belajar untuk ujian itu?”, tanya keyzia kepada ku. “Belum”, jawabku.
Ujian yang dinantikan telah tiba, aku dan keyzia sudah duduk di bangku masing masing, aku sudah mempersiapkan diri untuk ujian ini dengan belajar yang giat. Hari demi hari telah berlalu, ujian yang dilaksanakan pun telah selesai. Ini adalah ujian penentuan untuk lulus.
“Akhirnya selesai juga ujiannya”, ujar keyzia. “Hahaha iya”, jawabku. “Ga sabar deh buat hari kelulusan”, ucap keyzia “iya aku juga ga sabar, semoga aku bisa melanjutkan pendidikanku di universitas ternama yang aku impikan selama ini”, jawabku “aku doakan semoga kau bisa masuk ke universitas itu”, ujar keyzia. “Aamiin”, jawabku.
Hari kelulusan yang dinanti pun tiba, semuanya merasa senang karena mereka lulus termasuk diriku. Setibanya di rumah aku pun dengan kehadiran sosok laki-laki yang selama ini kurindukan, ya dia adalah ayahku, aku pun langsung berlari ke pelukannya.
“Syaira, maaf ayah tidak bisa membiayaimu untuk masuk ke universitas ternama”, ujar ayahku. “Ayah baru saja dipecat, dan kamu tau kan mencari pekerjaan sekarang itu susah”, ujar ayahku. Aku pun kaget dan merasa sedih karena tidak bisa mewujudkan impianku untuk masuk ke universitas ternama. “Tidak apa-apa yah”, ucapku dengan suara tangis yang tertahan.
1 bulan kemudian aku keterima bekerja di toko roti yang ada di ujung jalan dekat komplek rumahku, aku memilih bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, tidak apa-apa jika aku tidak bisa masuk di universitas yang selama ini aku impikan, aku masih bisa bekerja untuk membantu keluargaku meskipun hanya bekerja di sebuah toko roti.
End
Cerpen Karangan: Jihan Pradina Meisari, SMPN 2 PURI