Pada suatu hari hiduplah seorang janda tua yang bernama sumiati, dia memiliki seorang anak perempuan yang diberi nama Yesika berumur 17 tahun. Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil yang berada di desa Sumidang, Sumatra Selatan. Untuk mencukupi kebutuhannya Sumiati mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Sumiati menjalaninya dengan serba kekurangan dalam segi ekonomi, namun ia tetap bersyukur, ia bekerja semata mata untuk menghidupi putrinya.
5 TAHUN KEMUDIAN Anak gadisnya kini tumbuh menjadi gadis dewasa. Namun sayangnya anak gadis tersebut terjun kedalam pergaulan yang salah. Setiap hari Yesika pergi bersama temannya di salah satu club malam. Karena sang ibu tidak mampu mencukupi kebutuhannya sehingga dia memilih jalan pintas. Karena salah pergaulan membuat Yesika hamil duluan dan mengharuskan menikah demi anaknya Yesika menikah demi anaknya. Yesika menikah dengan seorang anak muda yang kaya raya. Setelah menikah ia tinggal bersama suaminya di kota, ibunya dibiarkan begitu saja di desa.
Setelah beberapa bulan menikah ibunya pergi berkunjung ke rumah Yesika. Ibunya senang bisa berkunjung ke rumah anaknya.
Sesampainya di rumah anaknya ibunya segera mengetuk pintu “Tok Tok Tok. Assalamu’alaikum” Ibunya mengetuk pintu dan mengucapkan salam “Waalaikumsalam” ada seorang yang membuka pintu dan menjawab salam. Tak lain adalah ART Yesika
“maaf mau mencari siapa bu?” Tanya ART “Saya mau menacari anak saya Yesika, apakah ada?” “apa anak? Apa ibu tidak salah? Ibu Yesika majikan saya itu yatim piatu bu setau saya” Bak disambar petir, Ibu sangat kaget mendengar pengakuan ART. Bagaimana mungkin anak samata wayangnya menganggap dirinya telah meninggal
“siapa bi?” Teriak Yesika dalam rumah “Ini bu, ada ibu ibu sudah tua mengaku ibu dari bu Yesika” Dengan tergopoh gopoh Yesika keluar mendengar jawaban ART nya, dan benar saja ternyata ibunya yang datang. “Bibi masuk aja ya!” Ucap Yesika
Dengan kasar Yesika menarik tangan Ibunya. “Ibu ngaapain datang kesini, aku disini sudah bahagia. Jangan ibu merusak kebahagiaanku, semuanya tahu bahwa aku ini yatim piatu. Jadi ibu ga perlu datang kesini! Aku malu punya ibu kucel, miskin, berantakan” “Ya allah nak kamu tega, mengatakan itu kepada ibu. Padahal ibu masih sehat nak” “Udahlah bu, mending ibu cepat pergi dari sini” Kemudian ibunya kembali dengan perasaan yang sedih. Ibunya berdoa agar anaknya disadarkan dan cepat bertaubat.
2 TAHUN KEMUDIAN Sang ibu meninggal dinia. Dihari itu juga Yesika bertengkar hebat dengan suaminya, tepat juga saat itu Yesika diceraikan oleh suaminya. Begitu hancur hatinya Yesika juga diusuir oleh suaminya. Ia teringat kembali pada Ibunya. Ia memutuskan untuk pulang ke kampungnya.
Ketika sampai di rumahnya ia melihat ada bendera kuning di depan rumahnya. Ia langsung berlari ke dalam rumah dan terlihat ibunya yang telah dikafani. Ia menangis sejadi jadinya “Ibu… bangun bu… aku menyesal, telah durhaka kepadamu” Namun sayang nasi telah menjadi bubur. Kini Yesika hanya bisa merenungi apa yang telah ia lakukan selama ini.
Disinilah kita dapat mengambil hikmah untuk selalu berbakti kepada kedua orangtua, terutama seorang ibu, Jangan sekali kali kalian menyakiti hati seorang ibu. Jangan durhaka terhadap beliau.
Cerpen Karangan: Gabriella, SMPN 1 PURI Blog / Facebook: Gabriella Putri Gabriella Putri Evrilia SMPN 1 PURI