Cerita ini berlatarkan kisah cinta anak SMP yang saling mencintai namun memiliki masalah pada pendidikan mereka, yang pada akhirnya cinta yang ada hanya menjadi rahasia hati dari masing-masing tokoh.
Pada tahun 2015, Di SMP 17 BANDUNG, ada dua orang sahabat yang jenius namun memiliki perbedaan bidang, “hai namaku TIARA NUGRAHA DINIGRAT” aku terlahir dengan anugerah berparas cantik dan harta, umurku sekarang 13 tahun, aku anak dari salah satu pengusaha di kota bandung nama papaku papa “DODI NUGRAHA” dan mamiku seorang disainer busana her name is “MIRSELA PUTRI DINIGRA” ya seperti yang kalian lihat namaku diambil dari masing-masing marga orangtuaku. Oh iya hal yang paling menarik adalah aku salah satu siswa yang berprestasi pada bidang seni ya melukis aku banyak memenangakan lomba yang sering diadakan di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah aku punya sahabat cewek namanya “ISELA DWI SAFIRA” dan satu musuh cowok (teman kecil) “GENTA BUMI”. Isela itu anaknya bucin habis dia bisa sayang banget sama cowok yang Cuma manfaatin dia aja ya tapi dia tetap gak dasar kalau dia dimanfaatkan kasing bucinnya. And my musuh paling aku benci GENTA genta itu super nyebelin dan super resek pokoknya dia benar-benar bikin aku jengkel.
Sekarang kami kelas 2 di SMP dan aku dan genta adalah perangkat dari osis ya jabatan kami itu genta “ketua osis” sedangkan aku “wakil ketua osis”. Satu organisasi sama genta itu benar-benar musibah genta yang pendiam tapi dia tegas itu dipilih semua siswa sedangkan aku yang hampir sempurna malah jadi wakilnya. Kalau aku jeles ke genta biasanya aku panggil dia dengan sebutan gempa bumi ya karena namanya gak beda jauh. Bahkan yang lebih parahnya tahun kedua sekolah aku dan genta itu satu kelas kalian tau aku selalu juara di kelasku dahulu dan genta juga begitu trus kalau dia ada di kelasku jadinya makin saingan sama dia aku udah muak banget kalau berurusan sama genta.
Dan kelas pun berjalan hingga pertengahan semester 1 pada tahun kedua kami di SMP, cerita sebenarnya dimulai: Tahun ini adan ada perlombaan nasional yaitu lomba melukis tingkat provinsi dan lomba sains dan matematika. Ya seperti biasa setiap ada perlombaan pasti aku ikut mewakili sekolah dan juga organisasiku. Pagi itu tidak ada pengumuman seperti biasanya aku heran, lalu saat jam pelajaran pertama selesai ada salah seorang temanku yang datang kelas memanggil aku dan genta untuk datang ke ruangan pak “SIDAR” guru olahraga yang selalu membimbing untuk anak anak yang ikut olimpiade, ya sontak kami menjawab “aku” dan temanku menjawab “iya”.
Aku dan genta pergi ke ruangan pak sidar, sesampainya kami disana pak sidar mempersilahkan kami untuk duduk, lalu pak sidar menjelaskan persyaratan untuk olimpiade kali ini. Pak sidar menjelaskan bahwasanya olimpiade sain akan dilakulan oleh peserta wanita sedangkan lomba melukis tingkat provinsi di lakukan oleh laki-laki. Sontak aku dan genta terkejut dengan apa yang dikatakan oleh pak sidar kami serentak mengatakan “tidak”, dikarenakan biasanya kami tidak pernah pertukaran peran, namun kali ini peran aku dan genta ditukar, aku bukannya tidak padai dalam hal sains atau matematika namun aku lebih ahli dalam melukis dan begitu juga dengan genta dia sama sekali tidak mengerti seni.
Setelah memberi tahu akan hal itu pak sidar berkata “pada tahun ini peraturan perlombaan dan olimpiade diubah, jadi kalian mau tidak mau harus bertukar peran dan saling membantu satu sama lain kerena kalian harapan sekolah untuk lomba ini” pikiranku kacau saat tau apa yang disampaikan pak sidar aku dan genta harus saling membantu bagaimana mungkin. Kami pun meninggalkan ruangan pak sidar tanpa kata kata dan setibanya di kelas aku memberi tahu semua yang terjadi pada isela, jawab isela “ya udahlah jalanin aja toh kan Cuma sain kamu kan pinta” iya juga sih tapi aku gak sepintar genta dalam hal ini (aku akui).
Kesesokan harinya kami mulai di latih oleh pak sidar ya aku pasrah dan genta benar-benar terdiam, aku megulang lagi semua materi yang kami pelajari dan contoh contoh soal tahun tahun sebelumnya, sedangkan genta mencoba dasar-dasar melukis dan untungnya perlombaan ini ada tema di setiap tahunnya dan tahun ini bertemakan “LINGKUNGAN KOTA YANG RAMAI”. Dan berbagai macam sketsa yang di coba genta latihan ini Cuma berjalan selama 2 minggu lebih, karena olimpiade makin dekat.
Genta mulai memahami dasar-dasar dari melukis tetepi masih sangat kaku, is okey karena gak akan bisa secepat itu untuk bisa atau ahli dalan melukis. Aku dan genta latihan di ruangan olahraga yang sangat besar, saat itu aku dan genta ditinggalkan okeh pak sidar karena beliau ada kepentinagn yang darurat, jadinya hanya tinggal aku dan genta yang ada di ruangan tersebut, suasananya terasa begitu dingin kerana kami berdua yang sedikit canggung, aku mulai membuka obrolan dengan genta walaupun dia begitu menyebalkan tanyaku “sudah bisa dasarnya?” dia jawab dengan nada sangat dingin “sudah” dalan hatiku ya allah anak ini sudah dibaikin malah makin dingin, dan aku mulai kelaparan karena latihan terus tanpa istirahat ya otakku butuh nutrisi, aku bangun dari kursiku dan ingin berjalan ke kantin tapi aku malah tersandung dengan kursiku sendiri dan malah genta yang menangkapku saat aku hampir jauh suasananya makin canggung, dalam hatiku “ahhh bagaimana ini” mukaku memerah dan begitu juga dengan muka genta pipinya benar-benar merah, aku berlari menuju kantin tanpa menoleh kebelakang, dan sembari kudengar teriakan genta “jangan lari nanti kesandung lagi”, hatiku berdegung dengan kencang sampai dadaku sedikit sesak, setelahnya kami pulang tanpa kata-kata karena jam latihan habis.
Tibalah saatnya olimpiade dan lomba melukis, hari ini aku benar-benar gugup dan gak tenang, sedangkan genta malah terlihat begitu tenang, aku ditemani oleh ibu nadia guru ipa di sekolah sedangkan genta ditemani oleh pak sidar, lomba berjalan dengan sengit, dan akhirnya aku memenangkan olimpiade dengan peringkat ke-2, sedangkan genta mendapaikan harapan satu untuk lomba melukis yang dia ikuti kami berdua tidak berhasil mempertahankan peringkat masing-masing, pada akhirnya kami berdua hanya diam dan tertegun tanpa kata. Lalu pak sidar berkata “jangan bersedih setidaknya kita masih membawa piala” aku dan genta hanya mengangguk untuk menjawab perkataan pak sidar.
Pada akhirnya mereka tau arti perlombaan sebenarnya tidak harus menang yang terpenting niat dan prosesnya, permusuhan di antara genta dan aku pun mulai sedikit hilang tapi memang tidak dipungkiri bahwa genta benar-benar menyebalkan. Tapi anehnya semakin aku melihat genta semakin aku mulai merasakan ada cinta di hatiku untuknya walau cuek dan dingin dia benar-benar manis.
Bagian GENTA: Perasaan GENTA yang sebenarnya Genta juga memiliki sisi penyayang genta, aku juga bukan anak dari seseorang yang terhormat papaku adalah akmil darat dan mamaku adalah ibu rumah tangga yang begitu baik, meskipun kami hidup dalam kesederhanaan kami banyak memiliki kebahagiaan, aku juga punya seorang kakak laki-laki yang meninggal saat usianya masih muda ya dia terkena penyakit langka yang susah untuk disembuhkan. Dan dia menderita sampai akhir hidupnya, dan kini dia sudah tenang di alam sana.
Masalah yang kita hadapi tidak selamanya akan menderita jadi teruslah berjuang dan berusaha menggapai yang terbaik, saat aku pertama kali bertemu dengan tiara pas kita duduk di bangku sekolah dasar kami berteman dikarenakan orangtuaku dan orangtuanya itu berteman, tiara itu anak yang cukup manis, dia juga sangat pintar dalam bidang seni karya mengikuti jejak mamanya, dia anak yang ceria dan juga periang, ya begitulah dia di mataku. Kami selalu dekat tapi dia menganggapku sebagai musuhnya, dia membenciku karena sikapku yang cuek, bukannya aku cuek tapi aku masih selalu berkabung atas kematian kakakku tapi tak pernah aku lihatkan kepada orang orang di sekitarku karena itulah aku menjadi pendiam.
Saat kami masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) aku mulai menyukai tiara kerena sikapnya yang ceria dan periang, perasaan itu tak pernah kunyatakan hingga kami duduk di bangku SMP. Sampai saat itu pun aku masih tak berani, sekarang kami berdua tumbuh dewasa menjadi anak remaja yang biasanya merasakan jatuh cinta. Tiara itu kalau dekat denganku selalu saja kesal aku pun tak tau kenapa karena sikapku memang seperti biasanya tapi dia selalu kesal, saat dia marah terlihat manis di mataku.
Saat latihan olimpiade Kali ini olimpiade berubah peraturannya pesertanya harus perempuan jadinya aku tidak bisa ikut, dan malah tiara yang ikut dia itu pintar namun tak terlalu dalam sains dan matematika. Tapi aku yakin dia bisa, sialnya malah aku yang harus menggantikan dia untuk lomba melukis yang biasa dia ikuti dikarenakan persyaratan perlombaan itu harus tingkat 2 mau gak mau jadi harus aku, pak sidar yakin kalau aku mampu namun aku sendiri tidak yakin itu bisa atau tidak, kami menjalankan latihan aku berlatih semua dasar dan basic dari melukis aku cukup cepat dan pintar namun memang masih sedikit kaku jadi itu mustahil untuk juara 1, aku bekerja keras dan terus mencobanya.
Saat itu kami berdua ditinggal berdua saja oleh pak sidar karena beliau ada keberluan mendesak, aku diam dan tiara pun begitu, namun tiba-tiba tiara bangun dari bangkunya dan hendak berjalan tapi kakinya malah tersangkut dan hampir jatuh, sepontan aku menangkapnya kerena aku tak mau dia terluka, mukaku terasa panas dan juga muka tiara memerah, jantungku bedegung dengan kencang, mataku hanya tertuju pada tiara, seketika dia sadar dan langsung berlari dariku tanpa kata-kata lalu aku berteriak “jangan lari nanti kesandung lagi”. Dan dia menghilang begitu saja, kami lalu pulang karena jam latihan habis keluar dari ruangan sampai gerbang sekolah tanpa kata-kata, rasanya benar-benar canggung dalam hatiku bergumam “ahhh kenapa begitu canggung” keesokan harinya kami bersekolah seperti biasa dan pasti setelah olimpiade diadakan selalu ada acara penyelamatan untuk yang ikut dan tiaralah bintangnya hari ini, sedangkan aku hanya mampu mempertahankan harapan untuk sekolah.
Setibanya di kelas tiara menatapku dan saat aku membalasnya dia langsung memalingkan mukanya aku tau alasannya kerena kejadian kemaren di ruang olahraga, hari-hari kami seperti biasa dan seperti biasa juga aku selalu tidak berani untuk menyatakan perasaanku pada tiara pada akhirnya aku hanya bisa memendamnya.
Begitulah perasaan mereka satu sama lain yang terpendam tanpa satu sama lain tau hingga saatnya nanti mungkin di antara mereka akan bisa mengutarakan perasaan satu sama lain.
Cerpen Karangan: Mutia Ws Blog / Facebook: Mutia Witri Sari
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 1 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com