Denzel kelihatan seperti anak paling bahagia pada saat ini. Dia sedang mengambil beberapa foto di reuni keluarga besar dengan riang. Hari itu Denzel bahagia karena dua hal. Pertama, karena semua keluarganya bisa bertemu. Kedua, dia bisa memakai kamera barunya yang diberikan kepadanya untuk ulang tahunnya yang kesepuluh minggu lalu.
“Denzel! Kita akan segera pulang! Jangan lupa kembalikan kamera itu ke tasmu, supaya tidak kehilangan nanti!” seru Mama. “Iya, ok Ma” seru Denzel kembali. “Dia sangat suka kamera itu, huh?” tanya Tante Lilian. “Oh, kamu tidak tahu. Dia bahkan tidur di samping kamera itu. Itu barang warisan yang sangat berharga baginya, dan sangat langka. Kamera Makina W67” jelaskan Mama. Sisa hari itu Denzel menghabiskan waktu menggunakan kameranya dan bermain dengan saudara dan sepupu-sepupunya. Ah, hari yang sangat menyenangkan.
Akhirnya, waktunya Denzel dan keluarganya pulang. “Ayo, Ko!” teriak adiknya, Anthony. Denzel segera naik mobil ke keluarganya yang menunggu. Langitnya sudah gelap dan jamnya menunjukkan pukul enam. “Ma, aku lapar” kata Anthony merengek. “Aku juga. Boleh pesan McDonalds ga?” tanya Denzel. “Boleh, dimana McD terdekat?” kata Papa. Denzel memeriksa route jalan dengan HPnya. “Oh, 20 menit dari sekarang. Tinggal lurus saja. Aku juga mau ambil foto pemandangan” ucap Denzel yang sedang mencari di tasnya. Tiba-tiba ada suara yang membuat semuanya melompat. “AAAAAAAH” jerit suara yang mengerikan “kameraku hilang”. “APA?!?” jerit semuanya serempak. “Seharusnya di tasmu” komentar Papa. “Periksa lagi!” perintahkan Mama. Denzel panik dan mencoba cari kameranya di mobil. Dia menangis sepanjang jalan ke rumah.
Setelah beberapa waktu, Denzel menenangkan pikirannya dan berdoa. Untungnya dia mengingat bahwa dia menempatkan pelacak di kameranya. “Denzel, kamu akan kembali ke bandara dan cari kameramu sampai dapat! Awas kalau tidak ketemu! Jangan pulang!” ujar Papa dengan tegas. “Semoga berhasil, sayang” kata Mama dengan lembut.
Kemudian Denzel berangkat dari rumah dan kembali ke bandara dengan supir dan pembantunya. “Ko, kemana sekarang?” tanya supirnya. “Ke sini” Denzel menyesuaikan lokasi di HPnya dengan Google Maps supirnya. Sehabis 40 menit mereka sampai di kafe tua yang 20 menit dari bandara. “Apa yakin kameranya di sini, Ko? Katanya di bandara dan rupanya tempat ini sudah tutup” ucap pembantunya. “Aku tidak mengerti, HPku menunjukkan lokasinya di sini” katanya dengan bingung. “Coba periksa lagi” kata supir dengan tenang. Denzel memeriksa HPnya dan refresh lokasi kameranya dan betapa kejutnya dia. Kameranya pindah lokasi! “Lokasinya pindah!” serunya. “Tunjukkan jalannya. Sini Ko”. Pembantunya menerima HP supirnya dan meletakkannya di antara mereka.
Sesudah itu mereka berangkat lagi dan beberapa menit lagi sampai ke sebuah gudang tua. Tampaklah seseorang di kegelapan. “Coba tanya kalau dia punya kameraku dan tadi ke kafe itu!” perintahkan Denzel. Supirnya keluar dari mobil dan menyapa orang itu. Setelah mereka selesai bercakap-cakap, supirnya kembali ke mobil. “Katanya pegawainya tadi naik mobil dan ke kafe itu” kata supir. “Oh, sekarang dia di sini” Denzel menunjukkan supirnya lokasi barunya.
Mereka tiba di gerbang dekat bandara. “Permisi pak, boleh buka gerbangnya?” minta supir. “Maaf Pak, tapi gerbang ini hanya bisa dilewati orang-orang penting seperti president atau gubernur. Memang kenapa mau lewat sini?” tanya security agak penasaran. “Dia kehilangan kamera, pak” jawab supir “Apa ada taxi tadi di sekitar sini?” “Iya dia sempat mampir di situ tapi sudah pergi sekarang”.
“Pak, pak! Tadi waktu bapak bicara dengan security, lokasinya di tol tapi sekarang di bandara” kata Denzel, semangat. Sesampai di bandara Denzel dan Pembantunya langsung menghubungi security bandara dan melaporkan kasus mereka.
“Ok. Sepertinya kita bisa memeriksa CCTV dan melacak pencurinya, tapi kita butuh beberapa hari” kata seorang security. “Beberapa hari???” Denzel mulai menangis. “Sudahlah Ko, jangan menangis. Pasti ketemu nanti” pembantunya berkata. Denzel berdoa dan setengah jam kemudian datanglah seorang pria dengan tas kamera. “Permisi, tadi ada yang meninggalkan kameranya di bangku bandara dan saya mau mengembalikannya”. “Kameraku!!! Terima kasih, pak. Mamaku menyuruhku untuk memberi ini pada yang mengembalikan kameraku”. Denzel memberinya RP 300.000 sebagai rasa terima kasihnya.
Dengan itu mereka kembali pulang. Denzel menceritakan semua yang terjadi pada keluarganya dan semuanya langsung tidur nyenyak karena sudah pukul 00.00. Denzel sekarang tahu untuk selalu menjaga barang-barangnya dengan baik apalagi barang berharga seperti kameranya.
Cerpen Karangan: J Widyanto SMP Tarakanita 1