“Hups!” seruku sambil meletakkan kotak terakhir di atas meja. Akhirnya, semua barang-barangku sudah kupindahkan dan aku bisa istirahat di atas kasur baruku yang empuk ini. Fwup, suara tubuhku jatuh di atas tempat tidur. Hening seketika, dengan suasana yang tenang, semilir angin yang sejuk dari AC, kelembutan kasur dan bantal, semuanya begitu nyaman hingga mau tak mau aku terlelap setelah seharian memindahkan kotak-kotak berat.
Tak terasa bangun-bangun ternyata sudah cerah, dengan burung-burung bernyanyi ceria, sinar matahari mengintip melalui tirai, menerangi ruangan dengan cahaya redup. Ku bangun dan menguap dengan lebar serta menggerakkan badan supaya tidak pegal. Hari ini aku ingin membereskan dan menyusun barang-barangku supaya rumahku menjadi nyaman dan rapi, untung aku bawa barang tidak terlalu banyak.
Beberapa jam kemudian, “Ahh akhirnya, selesai juga kurapihin koleksi buku komikku. Sekarang apa ya?” aku menoleh ke jam dinding, “Hmm, masih jam 2 siang ini, aku makan siang deh.” Ku mulai jalan ke garasi untuk menyalakan mobil dan jalan. Hai, namaku Kiro, aku baru saja pindah dari desa ke kota Jakarta, khususnya Jakarta Timur. Aku dengar Jakarta Timur mempunyai banyak macam kuliner khas, mulai dari khas Betawi, Padang, Sumatera, Semarang dan banyak lagi! Tetapi, makanan yang paling kusuka adalah Mie Yamien khas Cirebon!
Tidak lama kemudian, aku menemukan rumah makan mie yamien dan parkir di tempat parkir, tidak semenit setelah aku keluar dari mobil, aku sudah bisa mencium aromanya yang sangat menggoda. Aku langsung duduk dan memesan “Mie Yamien Bakso plus Pangsit” serta “Es Teh Manis”, menunggu aku melihat ada seekor kucing yang sedang mengamati para pelanggan, karena aku pecinta kucing, aku memanggilnya, pspspspsps. Dia langsung menoleh dan menyamperin aku, betapa lucunya dia, dengan mantel putihnya yang indah dan berkilau yang melengkapi iris hijau mereka dan hidung merah mudanya yang amat menggemaskan.
Dia langsung menggosokkan dirinya ke kakiku—imutnya! Aku tidak kuat lagi menahan diri dan langsung mengangkat dia ke pangku ku, meow, bunyi dia. “Ya? Laper kau? Mau makan? Bentar ya, masih disiapin.” Namun, tidak lama kemudian, pesananku datang dan pelayan meletakkannya di atas meja. “Silahkan, kak.” Pelayan tersebut menunduk dan pergi, aku dan si putih berdua melihat makanannya dengan pandangan yang amat laper. Si putih mulai menaiki meja untuk mulai memakan tetapi untungnya aku sudah keburu menangkap dia dan meletakkannya kembali ke kursi, “Hey… sabar, sabar, aku potong-potong dulu. Duduk dulu deh.”
Dengan senang hati, aku menyiapkan tisu dan mulai memotong 2 buah bakso menjadi 6 potongan yang sedang dan meletakkannya di atas tisu tersebut, “Nihh, makan yaa.” Si putih tersebut mulai memakan dengan lahap dan setelah itu langsung pergi, “Auu, udah selesai? Dadahh, hati-hati ya, Putih!” Aku tersenyum dan melanjutkan makanku. Tetapi, waktu aku sudah selesai, aku masih laper, jadi aku pesan lagi 2 piring.
Beberapa jam lewat, “Akhirnyaa… kenyang juga nih, kemarin capek juga ya, punggungku masih terasa encok.” Aku melihat jam tanganku, terkejut karena sudah jam 4 sore, “Apa..?!” Ucapku dalam hati. “Lama banget aku makannya! Lebih baik buru-buru pulang deh keburu macet…” Aku mulai bergegas ke mobil tetapi sebelum menghidupkan mobil, aku berhenti, “Kak! Bayar dulu!” Tegurnya kasir. “Oh, iya!”
Sampai di rumah, aku langsung ke kamarku dan jatuh tepar ke kasur, “Malu nyaa… tadi aku lupa bayar sampai ditegur mbaknya… untung ga dilapor ke polisi…” Suaraku terdengar teredam saat aku berteriak ke bantal, kuangkat kepalaku saat aku baru ingat, “Oh, iya… kucing tadi kira-kira kemana ya? … Hm… auah! Nanti aja pikirnya, lebih baik turu aja sekarang.” Aku bangun dari tempat tidur untuk ganti baju dan menyiapkan diri untuk istirahat. Setelah itu, aku mematikan lampu dan kembali ke tempat tidur.
Pagi-pagi, Kiro terbangun oleh suara-suara yang terdengar dari depan pintu rumahnya, karena Kiro kira itu tetangganya, dia langsung bergegas membukanya karena tidak ingin terlihat tidak sopan dan merusak kesan pertama, tetapi waktu Kiro membuka pintunya dia terkejut melihat si Putih telah menemukan rumahnya dan membawa salah satu temannya. Kiro langsung melompat-lompat bahagia sementara pertanyaan muncul ke pikirannya, “Loh, bagaimana dia tau ini rumahku?” “Sejauh apa dia jalan demi menemuiku?” “Mengapa dia membawa temannya? Atau itu pacarnya? Saudaranya?” Kiro mikir sambil berdiri diam di tengah-tengah lorongnya sebelum dia menyingkirkan pikiran itu dan kembali ke kucing-kucing yang duduk dengan sabar di pintunya, “Haii, Putih.” Kiro menyapa dengan gembira. “Meow.” Putih menjawab. “Ini teman kau, Putih?” “Me-meow.”
Kiro tersenyum, “Lucunya kalian itu, ayok sini kalian masuk!” dengan itu kedua kucing lari kedalem dan menyamankan diri mereka di atas sofa, “Apakah kalian lapar? Pastilah, tunggu yaa.” Kiro berjalan ke dapur dan mengambil sebungkus Whiskas™ “Dry Cat Food” dari laci dan menuangkannya ke piring-piring.
Pspspsps, tidak sampai semenit kedua kucing tersebut langsung bergegas ke dapur dan memakan makanannya dengan lahap sambil Kiro tersenyum melihat mereka. Setelah itu Putih dan temannya duduk manis sambil menjilatkan badan, Kiro menginspeksikan temannya, dia dilapisi oleh mantel yang lebat dengan bervarian warna coklat yang dicocoki oleh sepasang mata hijau daun. “Hm, Putih, aku menamai teman kau ini… Koka! Apakah kau suka nama itu, Koka?” Koka langsung berbunyi dan mengelus dirinya ke kaki Kiro, Kiro tertawa riang dengan balasan kasih sayang Koka.
Beberapa puluhan menit telah lewat dan mereka semua sedang tiduran terlentang di sofa, Koka tidur dengan perut ke atas dan Putih sedang menonton siaran TV, tiba tiba Kiro mempunyai ide dan langsung berdiri untuk mengambil sesuatu dari gudangnya. “Aha! Ini dia… pasti mereka suka hehehe.”
Kiro kembali ke ruang tamu, Ia tidak sabar untuk menunjukkan barang tersebut kepada Putih dan Koka, pspspspsps, mereka langsung menoleh ke arah Kiro, “Hai-! Apakah kalian suka ini?” Kiro menunjukkan tangannya ke mereka yang memegang sepasang bola, kring-kring-kring mereka berbungi, Putih kelihatan tidak tertarik oleh mainan tersebut tetapi Koka sangat entusias dan penasaran tentang apa yang dipegang Kiro, Kiro melihat reaksi Koka dan langsung melempar bola-bola ke sisi sebelah ruang tamu, dengan itu Koka langsung bergegas lari dan menangkap salah satu bolanya, senangnya Kiro melihat Koka dengan matanya yang bulat hitam dan ekornya yang berayun sana-sini.
Kiro lalu melihat balik ke Putih, dia sibuk menonton kartun di TV, Kiro berusaha memikirkan ide lain untuk menarik perhatian Putih, dia menoleh lagi ke TV untuk mencari petunjuk, tersenyum dia akhirnya mempunyai sebuah rencana yang licik bahwa jika kau menyipitkan mata, kamu bisa melihat bola lampu di atas kepalanya.
Kiro bolak-balik dari gudang dan kembali ke ruang tamu, kini sekarang dia memegang sebuah stik yang mempunyai tali panjang dengan ujung berbulu. Dia melambaikannya ke Putih dan terlihat matanya Putih membesar serta kepalanya mengikuti arah bola bulu yang sedang melambai kanan-kiri didepannya. Pspspsps, Kiro lalu melemparkan stik ke atas yang membuat bola bulu ikut terbang ke atas, Putih melihatnya dan langsung lompat untuk menangkap bola tersebut. Kiro tertawa melihat sikap Putih dan meninggalkan mereka berdua untuk bermain.
Hari sudah menjadi malam dan waktu Kiro kembali untuk melihat Putih dan Koka, dia melihat mereka duduk tenang di atas sofa, beristirahat sebentar sebelum mereka berdiri dan jalan ke arah Kiro. Mereka berdua mengeong kepada Kiro dan jalan ke arah pintu, seperti mereka memberi tahu Kiro bahwa mereka ingin pulang. Kiro membuka pintu dan melihat mereka pergi, tersenyum sambil melambai. Setelah mereka telah pergi, Kiro menutup pintu dan jalan kearah kamar tidurnya untuk mengakhiri hari yang menyenangkan itu.
Pagi perlahan naik dan mulai menyinari lingkungan dengan cahayanya yang bersinar bahagia, tetangga sekitar mulai melakukan aktifitas paginya seperti lari pagi, bersepeda, senam ceria dan masih banyak lagi. Tetapi tidak untuk satu tetangga mereka, saat dia berdiri di sana, terdiam di depan pintunya dengan muka yang penuh oleh macam-macam perasaan. Kiro melihat dua kucing kemarin berlipat ganda menjadi sepuluh kucing… haha!
Cerpen Karangan: Pardes