“Kamu terlambat lagi Serra! Kali ini saya maafkan,” Ucap pak Dimas dilanjut menerangkan kembali mata pelajaran Bahasa Inggris. Akhirnya Serra mendatangi tempat yang biasa ia duduki dan terdengar suara disamping tempat duduknya.
“Lo kenapa telat lagi Serra?” Tanya Lyodra sambal melihat kearah Serra. “Ah, udah diem lo lagi badmood gue” Jawab Serra kesal. “Idih, sewot banget lo jadi orang. Untung-untung lo temen gue sendiri.”
Lyodra adalah teman dekat Serra sejak dia menduduki kelas satu SMP. Dia termasuk anak berkelas dan cerdas dan dia selalu mendapat kejuaraan olimpiade tingkat internasional. Berbeda jauh dengan Serra yang selalu menyontek Lyodra ketika ada ujian maupun ketika ada tugas.
KRIINNGGG… “yuk ke kantin ser” Ajak Lyodra sambal menarik tangan Serra. “bokek gue” Jawab Serra malas. “ohh gue tau penyebab lo badmood daritadi, pasti gara-gara uang jajan lo, lo pakai buat naik grab motor kan karena enggak ada angkot lewat” “shuttt… diem lo, udah jangan banyak ngomong dah” Ucap Serra dengan nada kesal. “kali ini gue traktir, gimana mau gak?” Serra pun mengikuti ajakan Lyodra, karena perut Serra juga sudah berbunyi.
Sesampainya di kantin. “kita duduk dimana?, tumben banget kantinnya rame” Ucap Lyodra sambal mencari tempat duduk yang kosong. “disitu aja” Jawab Serra dengan menunjuk tempat duduk yang berada disamping sekelompok cowok-cowok. “yakin lo mau disitu ser?” Tanya Lyodra. “ya… lagian mau dimana lagi?, emang lo mau makan sambal berdiri kaya di kondangan” Jawab Serra ketus. Dengan terpaksa Lyodra mengikuti ajakan Serra karena dia juga bingung harus dimana ladi dia duduk. Mereka memesan 2 spaghetti, 1 hamburger dan 2 jus strawberry. Karena sekolah mereka termasuk sekolah ternama jadi maklum saja kalau menu kantinnya juga high class.
“makasih traktirannya… Lyodra cantik!” Ujar Serra dengan senang. “iya sama-sama, lain kali kalau perutnya lapar bilang aja enggak usah malu malu kayak baru temenan aja” Jawab Lyodra dengan nada perhatian.
Memang mereka sangat perhatian satu sama lain sejak mereka berteman, tidak heran jika teman-temannya melihat kelakuan mereka yang sangat dekat. Setelah habis semua makanan mereka, mereka langsung kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran kelas selanjutnya.
Sesampainya di rumah, Serra membaringkan tubuhnya di kasur, dia sangat lelah dengan hari ini. “Serra…! bantu ibu menggoreng pisang goreng” Teriak ibu Serra. Serra pun segera bangkit dari kasur untuk menemui ibunya.
“ini bakwannya juga digoreng bu?” Tanya Serra. “enggak usah nak, biar ibu yang goreng bakwannya, setelah kamu goreng semua pisang gorengnya kamu bisa lanjutin istirahatmu” Sahut ibu Serra.
Keluarga Serra adalah keluaga yang bisa dibilang sangat cukup sederhana, ibunya memiliki warung dan ayahnya bekerja sebagai pekerja pabrik, meski keluarga mereka sangat cukup sederhana, mereka tetap keluarga yang rukun dan harmonis.
“aku balik ke kamar dulu yaa bu, kalau butuh Serra panggil aja bu” Ujar Serra. “iyaa nak, terimakasih bantuannya” Jawab ibu Serra dengan lembut. Serra pun pergi ke kamarnya untuk melanjutkan istirahatnya, tetapi sesampainya di kamar handphonenya berdering dan terlihat dilayar handphonnya tertera nama ‘Lyodra si paling’
“halo assalammualaikum” “waalaikumsalam lyodra, ada apa ya… ganggu gue istirahat aja” Jawab Serra sewot. “gue cuman ngingetin, jangan lupa ngerjain tugas IPA Biologi buku cetak hal 181” “siap bu guru, makasih yaaa udah ngingetin, tapi seperti biasa lo kasi contekan buat gue dikit-dikit lah hahahaha…” “udah gue duga jawaban lo selalu sama. Katanya lo mau jadi dokter, kalau IPA mah lo kerjain sendiri yaaa Serra pinter” “iyaa iyaa, yaudah demi cita cita gue, gue bakal ngerjain sendiri dengan usaha gue sendiri” “bagus kalau gitu, gue doain semoga cepet selesai tugas lo dan semoga tercapai cita-cita lo. Yaudah gue mau lanjut makan dulu yaa… semangat Serra!!” “thanks Lyodra, sindiran lo buat gue semangat. Selamat makan” Serra pun mengakhiri telepon tersebut.
Memang cita-cita Serra begitu tinggi oleh karena itu orangtua Serra mendukung cita-citanya dengan disekolahkan yang cocok untuk bisa mencapai cita-citanya meski harus meminjam uang untuk biaya sekolah Serra ke kerabat dekat keluarganya.
Esok harinya di sekolah Serra belajar seperti biasanya. Hari ini jam ke-5 adalah jam pelajaran IPA. “gimana tugas biologi lo?” Tanya Lyodra. “udah lah, kan gue udah bilang demi cita-cita gue, gue bakal berusaha ngerjain sebisa gue” “widihh.. sindiran gue kemaren manjur banget, hahahaa…” “ehh bu Rida udah dateng, pasti tugas biologinya dikoreksi bareng” Seru Serra sedikit kesal. “udah gak papa, bagus dong kalau dikoreksi bareng, biar lo bisa tau jawaban lo yang salah yang mana dan lo jadi tau caranya ngerjain kalau ada soal sama persis kaya gitu lagi” Ucap Lyodra “ya tapi gue malu kalau ditanyain nilainya berapa dan nilai gue paling jelek” “optimis dulu Serra!! masalah hasil belakangan yang penting lo kan udah usaha” Serra hanya meghela napas pasrah.
“ayo anak-anak keluarkan tugas yang kemaren ibu kasi ke kalian, untuk hari ini koreksi sendiri aja, agar kalian tau salah kalian dimana dan bagaimana cara menyelesaikan persoalan tersebut” Perintah bu Rida.
Anak-anak pun mengeluarkan tugas mereka dan mengoreksinya sendiri sesuai perintah bu Rida tadi. Setelah mengoreksi tugas biologi. Ternyata Serra mendapatkan nilai yang cukup baik dari hasil tugas-tugas yang sebelumnya.
“kan udah gue bilang optimis dulu, masalah hasil belakangan” Ujar Lyodra senang karena melihat temannya mendapatkan nilai yang baik. “gila gue gak percaya si, nilai gue lumayan bagus. Gue terharu” Jawab Serra senang. “keep fighting Serra!” Balas Lyodra menyemagati. Jam pelajaran pun berakhir dan waktunya mereka kembali ke rumah mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah, ibu Serra memanggilnya Serra. “Serra… ibu dan ayah mau ngomong sama kamu sebentar” Ucap ibu Serra. “iya bu ada apa?” Jawab Serra bingung.
“jadi gini, ini tentang sekolah kamu. Pengeluaran uang keluarga kita udah cukup banyak untuk bayar listrik, air, spp sekolah kamu, dan kebutuhan sehari-hari keluarga kita. Kamu kan tau kalau warung ibu akhir-akhir ini sepi. Gaji ayah juga tidak terlalu banyak dan hutang ibu sudah mulai menumpuk. Jadi apa kamu enggak keberatan kalau kamu pindah sekolah?, sebenarnya ibu dan ayah tetap ingin kalau kamu sekolah disana, tetapi ibu dan ayah bingung harus mencari uang dimana lagi, pemasukan ibu dan ayah sekarang tidak sebanyak dulu. Tapi akan tetap ibu carikan sekolah yang terbaik buat kamu” Jelas ibu Serra. “tetapi gimana dengan cita-cita Serra bu? Serra juga udah kelas 11” Jawab Serra lirih. “ibu akan tetap cari sekolah yang mendukung cita-cita kamu nak” “beri waktu Serra untuk berfikir bu” Jelas Serra.
Akhirnya Serra langsung meninggalkan ibu dan ayahnya. Serra segera menuju kamarnya dan Serra segera menelepon teman karibnya, Lyodra. Nomer yang anda tuju sedang tidah aktif. Serra tetap mencoba menelponnya, tetapi tetap saja tidak diangkat. Serra bingung harus bercerita pada siapa lagi karena hanya Lyodra yang bisa membatunya menemukan jalan keluar.
Paginya, seperti biasa Serra berangkat ke sekolah tetapi berbeda dengan hari ini, wajahnya murung karena ia masih bingung dengan keadaannya sekarang.
“kenapa wajah lo murung gitu?” Tanya Lyodra bingung karena tidak seperti biasanya wajahnya murung. “lo kemaren gue telepon kemana aja Lyodra?” “ohh iya ser, sorry gue kemaren habis bimbel terus diajak sama keluarga besar nyokap gue keluar makan. Jadi gue enggak sempat megang hp, sorry ser. Ini gue punya sesuatu buat lo” Sambil memberikan sebuah kotak yang didalamnya berisi baju. “apa ini?” Tanya Serra. “coba buka deh, itu kita kembaran. Jadi pas gue keliling mall gue liat hoodie lucu banget terus juga keinget lo, jadi ya gue punya ide buat kembaran sama lo, kan juga jarang-jarang kita kembaran hoodie, ini kedua kalinya gak sih?” “iya Lyodra, terimakasih banyak. Lo emang orang yang selalu inget gue.” Jawab Serra senang. “btw, kenapa lo telfon gue banyak banget?” “nanti gue certain pas istirahat.”
Setelah mereka melewati jam pelajaran pertama, kedua, dan ketiga, bel sekolah berbunhyi. Tanda waktu mereka istirahat telah tiba. “gue beli minum dulu ya. Kan kita mau cerita. Jadi takut kehausan hahahaha” Ucap Lyodra sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Serra dikelas.
Beberapa menit kemudian Lyodra datang dengan membawa tiga minuman. Satu jus jambu dan sisanya fruit tea. “nih buat lo. Jusnya kita minum bareng soalnya tadi jusnya habis diborong kelas 10. Katanya sih ada yang birthday.” Ucap Lyodra dengan napas yang tak karuan. Karna ia tadi terburu-buru takut menyita waktu istirahatnya.” “makasih, ya. Besok giliran gue yang traktir lo.” “santai aja. Kayak gue siapa aja. Gimana, jadi gak cerita?” “jadi gini,” Akhirnya Serra menceritakan semua kejadian kemarin. Ia bercerita dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak sanggup menceritakan semua pada Lyodra karna hidung Lyodra sudah mulai memerah menandakan Lyodra ingin menangis. Ingin rasanya ia menangis menumpahkan semua air mata yang terpendam pada matanya. Tetapi ia masih ingat keadaan yang tidak memungkinkan.
“jadi ser sekarang lo Cuma bisa pasrah sama Allah. Pasti jawaban Allah jawaban terbaik buat lo. Gue jamin ser. Jangan sampai lo putus asa. Harus tetap semangat. Lagian juga kita masih bisa main bareng, belajar bareng, Cuma beda sekolah aja, kan?” Jelas Lyodra dengan tegas. “tapi, ly,” “ya gue tau mungkin susah beradaptasi sama sekolah baru lo nanti. Tapi ini semua lo perjuangkan demi bisa mencapai cita-cita lo ser, gue tau lo anak yang keras usahanya apalagi kalau masalah ngejar cita-cita. Jangan lo peduliin apa omongan orang lain nanti. Lo cuman fokus sama tujuan lo yaitu lulus dengan nilai rapor yang memuaskan dan lo juga bisa kuliah ngambil beasiswa, dan pasti orangtua lo bangga. Enggak sia-sia juga mereka nyekolahin lo disini. Gue bisa bantuin lo kapan aja lo butuh ser” Jawab Lyodra menyemangati. “makasih banyak saran dan motivasi lo, emang cuman lo teman yang bisa diajak konsultasi, hahaha” Ujar Serra sambil bercanda. “iya sama-sama, oiya coba deh lo shalat istikharah, pati bakal ketemu jawabannya” Jawab Serra memberi saran. “ya gue coba nanti malam” “semangat Serra… kita pasti bakal tetep bisa ketemu kok”
Istirahat telah usai mereka pun melanjutkan pelajaran mereka hingga usai
Sesampainya di rumah, serra menemui ibunya yang berada diwarung sebelah rumahnya, dia mengabari ibunya bahwa dia ingin berbicara setelah pulang dari warung.
Waktu menjelang sore, ibu Serra pulang dari warung. Serra sudah menunggunya daritadi di ruang tamu. “ada apa Serra?” Ucap ibu Serra dengan nada lembut. “jadi gini bu, Serra nanti malam mau shalat istikharah dulu baru sehabis shalat istikharah Serra ngambil keputusan bu” Jawab Serra pelan. “masyaa Allah, bagus nak semoga Allah memberi yang terbaik buat kamu, Aamiin” “makasih bu, doanya”
Malam harinya Serra terbangunkan dari alarm handphonenya. Dia segera bangun dan segera mengambil wudhu setelah itu, ia shalat istikharah 2 rakaat. Dia berdoa agar pilihan sekolah dari ibunya yang terbaik buat dia dan cita-cita Serra bisa tercapai.
Keeseokan harinya Serra mengambil keputusan untuk pindah dari sekolahnya, dan pindah ke tempat sekolah pilihan ibunya yang bisa dibilang sederhana dan tidak semegah seperti sekolah Serra yang lalu. Serra bisa melanjutkan kelas 11nya di sekolah barunya dan kepribadian Serra berbeda jauh dengan kepribadian masa lalunya yang suka mecontek, dan malas. Dia sekarang menjadi lebih rajin, giat untuk belajar agar bisa mencapai cita citanya sebagai dokter dan dia juga sering kali mendapatkat nilai yang memuaskan. Dia juga mendapatkan penyemangat serta teman barunya yang bernama Zayn, ia lelaki yang cerdas, ceria dan juga bisa dibilang manis bukan ganteng hahaha.
“Serra ditunggu Zayn di depan” Ucap ibu Serra sambil menyiapkan bekal untuk Serra. “iya bu, Serra sudah siap” Jawab Serra.
Setelah Zayn dan Serra berpamitan kepada kedua ortu Serra, mereka berdua pergi ke tempat mereka menimba ilmu. Ibu Serra mengizinkan Serra dekat dengan Zayn dengan syarat, selama tidak mengganggu Serra dari kewajibannya sebagai seorang pelajar, dan tidak mengganggu semangat Serra untuk mengejar cita-citanya.
Sering kali Serra, Lyodra, Zayn belajar bersama. Sejak pertama kali Serra dekat dengan Zayn, Serra sudah mengenalkan Zayn kepada Lyodra. Dan Lyodra juga setuju jika Serra dekat dengan teman cowok dengan syarat sama seperti ibu Serra.
1 tahun berlalu Serra, Lyodra, Zayn lulus dari sekolah mereka. Mereka mendapatkan nilai yang sangat baik dan mereka senang bisa masuk kampus impian mereka. Serra berkuliah di UI dengan jurusan kedokteran, Lyodra berkuliah di UGM dengan jurusan arsitek dan Zayn mengambil jurusan bisnis di universitas yang sama dengan Serra, Zayn juga mulai mendirikan restaurant pertamanya.
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.”
Cerpen Karangan: Amirah Dwi Aryanti