Pagi ini matahari bersinar dengan hangatnya, memberikan kehangatan untuk semua orang, baik tua ataupun muda. Tetapi tidak dengan kelas yang spesial ini. Ketika yang lain merasakan keceriaan dipagi hari, dihari ini kelas itu mendapatkan sebuah masalah, membuat suasana suram didalamnya.
Terlihat seorang guru wanita yang sedang memijat pelipisnya, merasa pusing, marah dan lelah. Lelah menghadapi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh muridnya. Tetapi guru ini selalu sabar akan masalah itu. Memaafkan muridnya sekali lagi dan lagi. Mencoba memberi kesempatan lagi dan lagi, entah sampai kapan.
“Masalah apalagi yang kalian perbuat?” tanya guru itu. “Maaf bu,” sang murid hanya mampu untuk meminta maaf. “Saya sudah lelah untuk memberikan kalian kesempatan, hanya maaf yang bisa kalian ucapkan, apa tidak ada yang lain?” tanya guru itu sambil menatap sang pelaku pembuat masalah.
“Ini berawal dari Lina, bu,” ucap seorang murid memberi pembelaan pada dirinya sendiri. “Mana ada, Eva yang duluan yang mulai bu!” murid yang satunya pun tidak kalah membela diri. “Kamu, andai kamu tidak memukulku, pasti tidak akan menjadi sebesar ini!” Lina menaikkan nada suaranya. “Ya itu salahmu, siapa suruh membuat orang emosi!” ucap Eva tidak mau kalah.
“Stop! kalian semua sama sama salah,” sang guru melerai mereka berdua yang kembali terpancing amarah.
2 Remaja perempuan itu reflek menundukkan kepala. Terdiam setelah sang guru kembali berbicara walau masih terasa panas di hati. “Sebenarnya saya sudah lelah, sangat lelah dengan kalian semua yang selalu membuat masalah dan kalian tidak pernah menyerap baik baik apa nasehat saya,” sang guru mengeluarkan semua unek unek yang beliau simpan.
Satu kelas pun terdiam dan menundukkan kepala, beberapa diantara mereka merasa bersalah karena kembali membuat sang guru marah.
“Besok, suruh orangtua kalian kesini dan saya berharap kalian tidak akan membuat masalah lagi dan lagi,” sang guru memberi mereka berdua kesempatan. “Duduk di tempat kalian,” 2 remaja perempuan pun mengangguk dan duduk di tempat masing masing.
“Hari ini materinya tentang bab 2 yang kita bahas minggu lalu, masih ingat?” walaupun sang guru merasa lelah dengan permasalahan yang ada, beliau tetap memberikan materi untuk muridnya. “Masih bu” murid murid serempak menjawab.
Mereka pun mendengarkan materi yang diberikan oleh guru dengan tenang walau ada beberapa murid yang sedikit mengganggu. Sang guru tetap memberikan materi agar muridnya mendapatkan ilmu darinya.
25 November 2022 “Apasih, pergi sana pergi,” ucap Lina. “Kamu yang pergi, kamu itu nyebelin,” ucap Eva tidak mau kalah. “Heii, udah dong kok ribut lagi?” Ana melerai mereka. “Udahh, udahh,”
Beberapa murid ada yang memisahkan dan ada juga yang semakin memanas manasi keaadan.
“Kamu yang nyebelin,” ucap Lina. Karena Eva kesal, Eva pun menarik seragam yang Lina kenakan. Membuat keadaan semakin panas.
“Ada apa ini, ada apa!” sang guru pun akhirnya datang dan membuat dua pelaku menjadi terdiam. “Baru saja kemarin kalian sudah saya bilangi agar tidak melakukan kesalahan yang sama,” sang guru menghela nafas lelah. “Masalah apalagi ini?” tanya sang guru.
“Eva bu!” ucap Lina. “Kamu lah!” Eva tidak mau kalah. “Kamu duluan, padahal aku diam saja daritadi!” Lina membentak Eva. Karena Eva kesal, Eva langsung memukul wajah Lina. Plakkk “HEI!” yang melihat mereka pun berteriak dan memisahkan satu sama lain agar tidak bertengkar lagi.
Sang guru hanya terdiam.
Setelah Eva memukul Lina, Lina memegangi pipinya yang terasa panas dan menutupi wajahnya karena ingin menangis.
“Sini kalian berdua, ayo ikut saya,” sang guru memegangi lengan keduanya untuk dibawa ke ruang BK.
Namun sesuatu yang tidak pernah disangka pun muncul. “PRANKK!!” beberapa anak mulai masuk kedalam sambil membawa kue ulang tahun yang bertuliskan “selamat hari guru”. Seketika sang guru menjadi terdiam lagi tetapi bukan karena kesal melainkan terkejut dan akhirnya sang guru mulai mengeluarkan air mata.
“Kelakuan kalian ini…,” sang guru menjadi gemas. “SELAMAT HARI GURU BU!!” para murid berucap serentak sambil tertawa. Lina yang tadinya menangis pun ikut mengucapkan dan Eva yang emosi pun menjadi tertawa.
“Ayo bu tiup lilinnya!”. “Tiup lilinnya,”. “Tiup lilinnya,”.
Beberapa diantara mereka terutama anak lelaki sudah tidak sabar untuk mencoba kue yang terlihat menggiurkan itu.
Sang guru pun mulai meniup lilinnya dan mencium pipi murid perempuannya. “Terima kasih, terima kasih ya” sang guru mengucapkan rasa terima kasih begitu tulus kepada muridnya, kali ini sang guru menangis karena terharu bukan lagi karena lelah. “Sama sama bu!” ucap mereka serentak.
“Ayo bu dipotong kuenya!” anak anak mulai tidak sabar untuk memakan kue bersama sama. “Terima kasih untuk kalian yang sudah menyiapkan semua ini, terima kasih sekali” hari ini senyum terlihat jelas diwajah sang guru.
Senakal apapun muridmu, percayalah di lubuk hati kami yang paling dalam. Terdapat rasa untuk membanggakanmu.
Terima kasih telah mendidik kami dengan tulus. Walau kami selalu melelahkanmu dengan segala permasalahan yang ada, kau tetap memberikan kami kesempatan lagi dan lagi.
Selamat hari guru untuk Guruku.
Cerpen Karangan: Khoirunnisa ig; @janheavens Cerita ini saya persembahkan untuk guru saya, seseorang yang mempunyai kesabaran seluas samudra, tidak pernah menyerah ketika muridnya sangat susah untuk dinasehati.